Sinopsis Remember Episode 18 Part 1

== All images credit to the owner ==
 

[Sinopsis Remember Episode 17 Part 2]

Sinopsis Remember Episode 18 Part 1

Setelah terjadi kebingungan sesaat di dalam ruang sidang, Hakim Seok Kyu, memutuskan untuk menunda sidang sejenak.

Di luar ruang sidang, In Ah menanyakan keadaan Jin Woo, apakah Jin Woo masih bisa meneruskan sidang. Jin Woo mengatakan gejala penyakitnya hanya muncul sesaat tapi sekarang ia baik-baik saja, hanya saja ia khawatir Dong Ho akan mengetahuinya.

In Ah meminta Jin Woo untuk lebih mengutamakan kesehatannya, jika Jin Woo merasa sidang ini berat, ia bersedia menggantikan Jin Woo. Jin Woo meminta In Ah untuk tidak khawatir dan pamit untuk menemui Dong Ho.

Begitu melihat Jin Woo, Dong Ho langsung menanyakan keadaan Jin Woo. Jin Woo menyesal seharusnya ia mengatakan sejujurnya pada Dong Ho tapi ia tidak bisa. Jin Woo memperbolehkan Dong Ho mencari pengacara yang lain.

Dong Ho tertawa, ia tidak bisa karena hanya Jin Woo lah yang percaya padanya. Dong Ho memohon agar Jin Woo mau berjuang sampai akhir.

Kabar tentang keanehan Jin Woo di persidangan, juga sampai di telinga Gyu Man. Pengacara Hong yang memberitahukannya. Gyu Man tertawa mengejek, aneh bagaimana? Apa dia menari di persidangan?

Pengacara Hong merasa tingkah Jin Woo itu mirip dengan Tuan Seo, Jin Woo kehilangan ingatannya sesaat.

Gyu Man berpikir mungkin Jin Woo sudah tidak waras lagi sehingga mengambil kasus Dong Ho. Lalu Gyu Man meminta Sek. Ahn untuk mencari catatan medis Jin Woo, ia curiga, mungkin saja Jin Woo menderita penyakit yang sama dengan ayahnya.

Pengacara Hong tidak tahu ternyata penyakit itu bisa juga terkena pada orang yang masih muda. Gyu Man tersenyum senang.
 

Sidang dilanjutkan kembali.

Kali ini Jaksa Ko menghadirkan seorang saksi yang merupakan anak buah Joo Il. Menurut Jaksa Ko, dalam kasus pembunuhan dan percobaan pembunuhan, penting diketahui motif dari tindakan tersangka. Lalu ia menanyakan tentang pertengkaran yang terjadi antara Joo Il dan Dong Ho yang terjadi akhir-akhir ini.

Si saksi membenarkan. Tidak hanya ia yang melihat pertengkaran itu, ada banyak orang di sana.

Setelah Jaksa Ko selesai bertanya pada saksinya, giliran Jin Woo yang memanggil saksinya. Jin Woo menghadirkan Detektif Bae sebagai saksi.

Jin Woo menanyakan apakah benar Detektif Bae yang menangkap Dong Ho dan yang menemukan senjata di kantor Dong Ho. Detektif Bae membenarkan.

Lalu Jin Woo memperlihatkan hasil foto jari tangan Joo Il yang penuh luka. Dari gambar itu, Jin Woo menyimpulkan Joo Il mencoba melawan untuk melindungi diri dari serangan pembunuhan itu. Jin Woo menanyakan kemungkinan penyerang yang juga mengalami luka akibat perlawanan Joo Il. Detektif Bae membenarkan.

"Lalu kenapa terdakwa tidak memiliki luka?", tanya Jin Woo. Detektif Bae tidak bisa menjawab. Jin Woo tidak mendesak Detektif Bae, ia menanyakan pertanyaan lain. Ia ingin tahu bagaimana Detektif Bae bisa menangkap Dong Ho.

Detektif Bae mengatakan ia mendapatkan laporan, ia langsung ke TKP dan menemukan blackbox di mobil korban. Ia melihat Dong Ho di dalam rekaman blackbox dan kemudian baru menangkap Dong Ho.

Jin Woo ingin tahu apakah rekaman blackbox itu menunjukan bahwa Dong Ho memcoba membunuh korban. "Tidak", jawab Detektif Bae. Menurut Detektif Bae itu bisa disimpulkan secara logika.

Jin Woo mendengus, menertawakan jawaban Detektif Bae dan mengajak Detektif Bae melihat rekaman blackbox yang ia dapatkan dari mobil Joo Il.

Di dalam video terlihat Dong Ho masuk ke dalam mobil Joo Il dan tak lama kemudian Dong Ho terlihat keluar dari mobil Joo Il. Dong Ho sempat diam sesaat dan setelah Dong Ho benar-benar pergi, rekaman video terlihat terguncang.

Jin Woo menyuruh video dihentikan di sana. Ia bertanya, menurut Detektif Bae kenapa kamera itu bisa terguncang. Detektif Bae tidak bisa menjawab lagi. Jin Woo mengatakan kemungkinan itu terjadi saat Joo Il ditusuk. Detektif Bae masih diam.

Jin Woo bertanya kenapa kamera itu tidak terguncang saat Joo Il yang memiliki berat badan 95 kg dan Dong Ho yang memiliki berat badan 82 kg berada di dalam mobil. Lagi-lagi Detektif Bae tidak bisa menjawab.

Melihat Detektif Bae hanya diam, Jin Woo kembali mempertegaskan kesimpulannya bahwa Joo Il ditusuk sesaat setelah Dong Ho pergi. Jaksa Ko langsung membantah, alasannya Jin Woo hanya berspekulasi.

Seok Kyu menerima kesimpulan Jin Woo karena menurutnya kesimpulan Jin Woo itu masih ada hubungannya dengan kasus. Seok Kyu mempersilahkan Jin Woo untuk meneruskan pertanyaannya.

Jin Woo kembali pada Detektif Bae dan bertanya, "Mungkin atau tidak mungkin, saat kamera terguncang adalah saat terjadinya penyerangan?". Detektif Bae seperti tercekat, hingga akhirnya ia menjawab, mungkin saja.

Jin Woo beralih pada Seok Kyu dan menyatakan bahwa semua bukti yang ditunjukan adalah bukti tidak langsung, tidak ada satu pun bukti yang menyebutkan dengan jelas bahwa Dong Ho lah yang melakukan penyerangan itu. Video itu hanya menunjukkan bahwa Joo Il bersama Dong Ho tapi tidak menunjukkan Dong Ho menyerang Joo Il. Begitu juga dengan pisau, darah korban memang ditemukan di pisau tapi sidik jari Dong Ho tidak ditemukan di sana.

Menurut Jin Woo, jika Dong Ho dihukum karena bukti tidak langsung dan hanya atas dasar spekulasi, maka akan membuat Dong Ho dan keluarga Dong Ho menderita dan hidup dalam kesengsaraan.

--


Pengacara Hong bertemu dengan Tuan Nam. Tuan Nam tidak menyukai kenyataan Joo Il yang masih hidup dan Pengacara Hong tidak melakukan apa pun. Pengacara Hong meminta maaf dan meminta Tuan Nam tidak khawatir karena Joo Il sudah kritis. Tuan Nam tidak peduli, ia tetap khawatir selama Joo Il masih hidup. Karena Joo Il mengetahui segalanya. Tuan Nam memerintahkan Pengacara Hong untuk melakukan sesuatu. Dan Pengacara Hong berjanji akan mencari solusinya.

--

Jin Woo dan Sek. Byun berdiskusi tentang bukti yang mereka miliki di persidangan. Menurut Jin Woo, kedua belah pihak hanya memiliki bukti tidak langsung. Dengan begitu, ia tidak bisa menjamin Dong Ho akan divonis bebas. Menurutnya lagi, mereka membutuhkan bukti yang kuat. Dong Ho hanya bisa diselamatkan dengan menemukan pembunuh yang sebenarnya.

Jin Woo ingin tahu apakah Sek. Byun mungkin mencurigai seseorang dan Sek. Byun merasa ia mencurigai satu orang. Lalu Jin Woo membuat sebuah rencana untuk menjebak si pelaku yang sebenarnya.

--

Sementara itu, Sek. Ahn memberikan laporan catatan medis Jin Woo pada Gyu Man. Gyu Man sangat senang, karena tebakannya sangat tepat, Jin Woo menderita penyakit yang sama dengan Tuan Seo. Gyu Man tidak bisa lebih senang lagi daripada itu.

Namun ia heran saat melihat ekspresi muram Sek. Ahn. Apa kau merasa bersalah pada Jin Woo?, tanya Gyu Man.

Sek. Ahn terpaksa berbohong, mengatakan kalau ia senang dan tidak merasa bersalah pada Jin Woo. Ia bahkan mengatakan langit melindungi Gyu Man. Gyu Man memberi isyarat agar Sek. Ahn mendekat dan kemudian memeluk dan menepuk-nepuk punggung Sek. Ahn. Sek. Ahn cuma cengengesan dengan ekspresi yang aneh...

--

Jin Woo menemui anak buah Joo Il yang masih setia pada Joo Il. Ia memberitahukan pada pria itu kalau mereka harus membuat si penyerang itu kembali. Pria itu menganggukkan kepalanya, setuju untuk melakukan apa yang diinginkan oleh Jin Woo.

Lalu saat ia kembali ke kamar Joo Il, ia memberitahukan pada anak buah Joo Il yang lain, yang berjaga-jaga di depan pintu kamar rawat Joo Il, kalau Joo Il sudah sadar. Mereka bertiga tertawa bahagia dan terharu, merasa sangat bersyukur.

Dari balik dinding di sudut koridor, seorang pria mendengar pembicaraan itu dan menghubungi Tuan Nam. Tuan Nam merasa itu adalah kabar buruk dan memerintahkan si pria itu untuk segera membereskan Joo Il.

Seorang pria berpakaian hitam dan penutup wajah hitam, diam-diam masuk ke kamar rawat Joo Il. Anak buah Joo Il tidak ada lagi di sana. Diam-diam ia mendekati tempat tidur dan membuka alat pernafasan Joo Il. Saat itulah, ia sadar, orang yang berada di atas tempat tidur bukanlah Joo Il, tapi Sek. Byun.

 

Si pria itu kaget dan mundur, saat itulah Jin Woo masuk. Pria itu menghunuskan pisaunya pada Jin Woo.

--

Sementara itu, sidang trial kedua akan segera dimulai. Hingga Dong Ho dibawa masuk ke ruang sidang, Jin Woo belum juga nampak batang hidungnya.

Si pria itu menyerang Jin Woo, tapi untungnya Jin Woo bisa menahannya. Untungnya lagi, tak lama beberapa orang polisi masuk dan menangkap pria itu. Saat akan dibawa, polisi sempat membuka penutup wajah pria itu. Uhmmm... Kayaknya pria ini adalah orang yang pernah diperintahkan Joo Il untuk mengikuti Dong Ho... Siapa ya namanya? Lupa lagi...

Setelah pria itu dibawa, Jin Woo pun segera pergi ke pengadilan.

Hingga Seok Kyu masuk ruang sidang, Jin Woo belum juga sampai. Seok Kyu bertanya pada Dong Ho, kenapa Jin Woo belum datang. Dong Ho hanya meminta hakim untuk menunggu sebentar lagi.

Untungnya, tak lama Jin Woo sampai. Seok Kyu menanyakan alasan keterlambatan Jin Woo. Jin Woo mengatakan, jawabannya akan dijawab oleh jaksa. Seok Kyu menatap Jaksa Ko yang kebingungan sendiri. Tak lama seseorang masuk dan memberikan secarik kertas pada Jaksa Ko.

 

Jaksa Ko membaca pesan itu dan menatap Jin Woo. Jin Woo tersenyum tipis pada Jaksa Ko.

Jaksa Ko tidak punya pilihan lain selain memberitahukan Seok Kyu bahwa pelaku utamanya sudah tertangkap dan semua tuntutan terhadap Dong Ho resmi dicabut.

Semuanya terlihat sangat lega.

Setelah ruang sidang kosong, Dong Ho dan Jin Woo duduk di barisan penonton. Dong Ho mengucapkan terima kasih pada Jin Woo dan merasa tidak tahu bagaimana membalas hutang budi pada Jin Woo. Jin Woo hanya tersenyum tipis, menurutnya Dong Ho tidak bersalah karena Dong Ho memang tidak membunuh dan lagi Dong Ho tidak perlu membalas hutang budi padanya. Karena ia tidak pernah menghapus hutang Dong Ho padanya.

Jin Woo menanyakan bagaimana perasaan Dong Ho saat ini. Dong Ho mengatakan ia merasa berbeda dengan sebelumnya. Duduk di kursi terdakwa membuatnya melihat dari sudut pandang yang berbeda. Ia bisa duduk tenang di sana karena ia bisa mempercayai Jin Woo, ia percaya Jin Woo akan berjuang sampai akhir untuknya.

Dong Ho berjanji tetap akan meneruskan kesepakatan antara mereka berdua. Ia akan berjuang sampai akhir demi Jin Woo. Jin Woo memberitahukan ia akan meminta sidang ulang terhadap ayahnya, mereka sudah tidak punya waktu banyak lagi untuk menjatuhkan Gyu Man.

Jin Woo menemui Detektif Bae di kantor polisi. Jin Woo menyodorkan bukti catatan tranfer dari Il Ho Group untuk Detektif Bae sejumlah 70 juta won. Detektif Bae tidak takut dengan ancaman Jin Woo. Jin Woo menebak orang yang mencoba membunuh Joo Il adalah Tuan Seo. Tapi Detektif Bae menolak bicara, ia hanya mengatakan tidak tahu.

--

Dong Ho dan Sek. Byun menemui Joo Il yang sepertinya sudah setengah sadar. Joo Il mengangkat tangannya, memberi isyarat agar Dong Ho membantu membukakan alat bantu pernafasannya.

Setelah Dong Ho membuka alat bantu pernafasannya, Joo Il mulai berbicara, terbata-bata. Mengatakan alasan ia bertahan sampai sekarang, hanya karena ia ingin melihat Dong Ho sebelum ia pergi.

Dong Ho terlihat menahan tangis, "Apa yang kau bicarakan, kau bilang kau akan mendampingiku saat aku menikah...".

Joo Il hanya tersenyum samar. Lalu Joo Il menggepalkan tangannya, mengajak Dong Ho 'tos' dengan gaya khas mereka. Alat medis mulai berbunyi nyaring. Sebelum benar-benar pergi, Joo Il sempat mengucapkan permintaan maafnya pada Dong Ho.

Dong Ho panik melihat keadaan Joo Il dan menyuruh Sek. Byun segera memanggilkan dokter. Tapi Dong Ho tahu, ia sudah tidak bisa melakukan apa pun lagi.

Upacara pemakaman Joo Il tidak dikunjungi oleh banyak orang. Hanya terlihat beberapa anak buah Joo Il yang masih setia. Sementara Tuan Nam, sama sekali tidak kelihatan batang hidungnya. Dong Ho duduk sendirian dan menatap CD rekaman pengakuan Gyu Man yang dulu pernah dirampas oleh Joo Il.

=== Flashback ===

Flashback saat Joo Il mendatangi ruang kerja Dong Ho yang kosong.

Joo Il berbicara sendiri, teringat betapa ia sangat bahagia saat Dong Ho berhasil menjadi pengacara. Tapi sekarang ia menyesali semuanya. Saat menjadi seorang gangster, ia berpikir hukum memiliki kekuatan dan kekuasaan lebih tinggi dari kepalan tangan. Tapi sekarang ia sadar, ternyata uang memiliki kekuasaan dan kekuatan yang lebih tinggi daripada hukum. Orang-orang yang memiliki uang dan kekuasaan lah yang mengendalikan hukum. "Dam mereka itu adalah iblis...", ucap Joo Il lagi.

Joo Il mengatakan sebelum ia pergi, ada sebuah hadiah yang ingin ia berikan untuk Dong Ho.

=== Flashbcak End ===

Dan ternyata selain CD rekaman itu, Joo Il juga memberikan rekaman suara Tuan Nam, saat Tuan Nam memerintahkannya untuk membunuh semua orang yang terlibat dalam kasus Gyu Man, termasuk Dong Ho.

Jin Woo datang untuk memberi penghormatan terakhir. Ia dan Dong Ho akhirnya berbicara.

Jin Woo memberikan bukti catatan transaksi antara Detektif Bae dan Nam Il Ho. Dengan begitu, mereka juga bisa menyeret Detektif Bae. Tapi Dong Ho tidak mau menerimanya. Dong Ho sedang marah, sepertinya ingin membalaskan dendam. Mata dibayar mata, nyawa dibayar nyawa.

Jin Woo menatap Dong Ho khawatir. Ia memngingatkan Dong Ho bahwa Dong Ho adalah seorang pengacara. Oleh sebab itu, Dong Ho harus membereskan ini dengan hukum, bukan dengan kepalan tangan. Dong Ho agak tersentak mendengar nasehat Jin Woo, sepertinya ia menyadari, apa yang diucapkan oleh Jin Woo adalah hal yang benar.

Jin Woo sudah selesai menyiapkan berkas untuk permintaan sidang ulang atas nama ayahnya. Jin Woo memasukkan berkas itu ke dalam amplop coklat dan kemudian menatap fotonya bersama ayahnya.

--

Sek. Ahn masuk ke dalam ruangan Gyu Man dengan terburu-buru. Gyu Man menegur Sek. Ahn untuk menjaga sikapnya karena ia sedang rapat. Sek. Ahn membungkuk sedikit dan lalu berbisik pada Gyu Man. Memberitahukan kalau Dong Ho sudah bebas...

Gyu Man biasa saja, tidak ada respon. Lalu Sek. Ahn berbisik lagi. Memberitahukan kalau Jin Woo mengajukan sidang ulang lagi. Di sini Gyu Man mulai marah, ia membuka jasnya dan kemudian melempar apa yang ada di dekatnya dan menendang apa saja yang ada di dekatnya.

Orang-orang yang rapat dengannya menjadi heran dan melihat ke arah Gyu Man. Mereka lebih tua dari Gyu Man, tapi sepertinya memiliki posisi tertentu di perusahaan.

"Apa kalian lihat-lihat? Kalian tidak pernah melihatku marah? Pergi! Keluar!!!", teriak Gyu Man.

Mereka semua berlari terbirit-birit keluar dari ruangan Gyu Man...

Setelah semuanya pergi, Gyu Man memerintahkan Sek. Ahn untuk menyiapkan mobilnya. Mereka akan menemui Jin Woo.

--

Di tempat lain, Dong Ho juga pergi menemui Tuan Nam. Tuan Nam yang sudah menduga kedatangan Dong Ho, bahkan sudah menyiapkan teh untuk Dong Ho. Tapi Dong Ho menolak saat Tuan Nam mengajaknya minum teh.

Dong Ho datang untuk menuntut penjelasan Tuan Nam. Ia ingin tahu berapa orang yang sudah Tuan Nam bunuh seperti ia membunuh ayahnya dan juga Joo Il. "Kau pikir kau bisa menyingkirkanku dengan cara seperti itu?".

Tuan Nam balik bertanya, apa Dong Ho tahu betapa sulitnya menjalankan sebuah perusahaan yang besar. Mereka harus mengorbankan hal yang kecil untuk mendapatkan keuntungan yang besar. Tuan Nam menganggap bahwa apa yang dilakukannya selama ini adalah untuk kebaikan semua orang.

Dong Ho tertawa mengejek. Menurutnya apa yang yang dilakukan Tuan Nam bukan untuk kebaikan semua orang. Selama ini Tuan Nam hanya memanfaatkan orang dan membuang mereka begitu saja.

Tuan Nam mengusir Dong Ho pergi, jika memang Dong Ho tidak datang untuk minum teh. Sebelum pergi, Dong Ho berpesan pada Tuan Nam untuk bersiap karena semua hal baik menurut Tuan Nam itu, akan datang kembali dan menghantui Tuan Nam.

Setelah Dong Ho pergi, Tuan Nam menghubungi seseorang yang bernama Tuan Jang.

--

Gyu Man datang ke kantor Jin Woo untuk menanyakan kebenaran Jin Woo yang mengajukan sidang ulang untuk ayahnya. Belum sempat Jin Woo menjawab, Gyu Man malah mengejek Jin Woo. Mengungkit masalah penyakit Jin Woo, apa Jin Woo masih ingat dengan wajahnya.

Melihat Jin Woo hanya tersenyum tipis, Gyu Man belum mau berhenti. Ia mengejek Jin WOo yang dulu mengingat terlalu banyak hal dan sekarang mungkin langit menyuruh Jin Woo untuk istirahat. "Kasihan sekali... Sebentar lagi kau tidak akan mengingatku...", ucap Gyu Man sambil tersenyum senang.

"Ya.. paling tidak aku tidak punya masalah sepertimu...", sahut Jin Woo santai. Senyum di wajah Gyu Man mendadak hilang. Jin Woo mengatakan ia malah kasihan pada Gyu Man, dengan sifat Gyu Man seperti itu, Gyu Man tidak memiliki orang yang bisa dipercaya di sekeliling Gyu Man.

Gyu Man sangat kesal karena sekarang malah Jin Woo yang mencoba mengasihininya. Jin Woo tidak peduli, ia menyuruh Gyu Man untuk melihat sekelilingnya dan menilai sendiri, apa memang ada orang yang benar-benar Gyu Man percaya. Jin Woo menyuruh Gyu Man untuk menunggu karena ia yakin sebentar lagi semua kejahatan Gyu Man akan diketahui oleh semua orang di dunia ini. Dengan yakin Jin Woo mengatakan ia akan mampu menyeret Gyu Man ke penjara sebelum ingatannya menghilang.

Gyu Man hanya tersenyum menanggapi ancaman Jin Woo itu.

--

Detektif Bae datang mengunjungi Dong Ho di kantornya. Begitu melihat Detektif Bae, Dong Ho tidak bisa mengendalikan emosinya dan langsung mencengkeram kerah jaket Detektif Bae, mengancam Detektif Bae.

Detektif Bae memberi alasan kenapa ia mengkhianati Dong Ho. Ia melakukan semua ini demi biaya pengobatan ayahnya yang sakit. Jin Woo juga datang menemuinya dan mengetahui bahwa ia menerima uang dari Tuan Nam.

Dong Ho melepaskan cengkeramannya dan berusaha memahami alasan Detektif Bae. Ia hanya mengusir Detektif Bae pergi dari hadapannya. Detektif Bae berusaha meminta maaf pada Dong Ho tapi Dong Ho hanya diam saja. Lalu Detektif Bae memberitahukan Dong Ho bahwa Tuan Ha tidak pernah dikirim keluar negeri...
--

Pengacara Hong memberitahukan Gyu Man bahwa Jin Woo mengajukan sidang ulang dengan bukti video rekaman Detektif Gwak.

Sek. Ahn yang mendengar itu, matanya bergerak gelisah, mungkin ia khawatir masalah bukti alat pembuka wine akan disebut-sebut oleh Pengacara Hong.

Gyu Man sangat geram karena Detektif Gwak berada di penjara dan ia tidak bisa melakukan apa pun pada Detektif Gwak. Saat ia menyuruh Pengacara Hong untuk melakukan sesuatu, ataupun berbicara pada Detektif Gwak, Pengacara Hong hanya mengatakan ia akan melakukan yang terbaik.

Gyu Man semakin geram, mengatai Pengacara Hong yang cuma banyak bicara. Pengacara Hong terdiam...

--

Tuan Nam berbicara dengan Pengacara Hong dan Jaksa Tak. Tuan Nam menegur Pengacara Hong yang belum mampu menyelesaikan masalah Jaksa Chae. Pengacara Hong beralasan karena mereka masih memiliki satu kali sidang lagi dan kondisi mereka tidak begitu baik.

Jaksa Tak memberi usul. Menurutnya mereka bisa mengganti jaksanya jika memang Pengacara Hong kerepotan menghadapi Jaksa Chae. Pengacara Hong memandang Jaksa Tak, marah.

Tuan Nam ingin tahu apakah Jaksa Tak sudah menyiapkan jaksa penggantinya. Jaksa Tak membenarkan, ia sudah mempersiapkan seorang jaksa yang sempurna untuk Tuan Nam. Tuan Nam mengangguk kepalanya, terlihat lebih tenang.

--

Gyu Man harus memanggil dokter untuk memeriksa tekanan darahnya. Ia mengeluhkan gejala marahnya yang muncul lebih sering akhir-akhir ini. Dokter mengatakan biasanya seseorang marah disebabkan oleh satu dari dua hal, dari marah karena menurutkan kata hati dan marah karena kebiasaan. Menurut dokter, untuk kasus Gyu Man unik karena ada perpaduan antara keduanya. Dokter menyarankan agar Gyu Man agar menjauh dari tempat/lokasi yang membuatnya marah atau berpikir dari sudut pandang orang lain.

Gyu Man mulai marah dan membentak dokter. "Apa? Kau menyuruhku berpikir dari sisi Seo Jin Woo???". Gyu Man bahkan mencekik leher dokter itu dan memaki dokter itu. Untung saja, Sek. Ahn bisa mencegah Gyu Man dan menyuruhnya supaya tenang. Setelah terlepas dari cekikikan Gyu Man, dokter itu langsung lari ketakutan. :-D 

--


Tuan Jang yang tadi ditelpon oleh Tuan Nam, datang ke rumah Tuan Nam. Di sana juga sudah ada Pengacara Hong dan Jaksa Tak. Tuan Jang sepertinya bekerja di kejaksaan dan mmiliki posisi penting, di jasnya ada pin kejaksaan.

Maksud Tuan Nam memanggil Tuan Jang adalah ingin agar Tuan Jang membantu dalam persidangan Gyu Man. Pengacara Hong menambahkan, ia ingin Tuan Jang bekerja sama dengan mereka agar Tuan Nam bisa berkonsentrasi dalam penyelamatan ekonomi negara... Beuh....

Tuan Jang berjanji ia akan bekerja sama untuk membantu Tuan Nam. Lalu Pengacara Hong mengambil sebuah kotak dan mengatakan bahwa isinya adalah teh yang khusus dipesan dari UK oleh Tuan Nam. Tuan Nam mengatakan wangi tehnya sangat harum.

Tuan Jang membuka kotak itu. Di dalamnya, sepertinya memang ada teh, tapi diatasnya ada uang sejumlah 100 juta won, entah selembar atau lebih... Tuan Jang tersenyum tipis. Begitu juga dengan Jaksa Tak, atau lebih tepatnya Jaksa Tak seperti mendengus, tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.

Setelah pertemuan selesai, Pengacara Hong mengajak Jaksa Tak untuk bertemu Direktur Pajak Nasional untuk membicarakan tentang isnpeksi pajak Il Ho Group, besok. Jaksa Tak menolak dengan alasan besok ia sibuk dan menyuruh Pengacara Hong pergi sendirian. Pengacara Hong menegur Jaksa Tak karena menurutnya besok adalah rapat yang penting. Tapi Jaksa Tak tetap menolak, menurutnya pekerjaan itu adalah keahliannya Pengacara Hong. Dan lagi sekarang ia bukan lagi anak buah Pengacara Hong karena Pengacara Hong buk.

Jaksa Tak tersenyum dan kemudian pergi...

Bersambung...

[Sinopsis Remember Episode 18 Part 2]

Share:

Post a Comment

Designed by OddThemes | Distributed by Blogger Themes