Sinopsis Remember Episode 14 Part 1


== All images credit to the owner ===

[Sinopsis Remember Episode 13 Part 2]

Sinopsis Remember Episode 14 Part 1

In Ah menyusul Jin Woo dan saat tiba di dekat rumah Jin Woo, ia melihat Jin Woo duduk di depan pintu gerbang rumahnya.

Jin Woo melihat kedatangan In Ah dan tersenyum pada In Ah. Jin Woo berjalan mendekati In Ah.

In Ah sudah mulai meneteskan air matanya, bertanya kenapa Jin Woo ada di sana. Jin Woo mengatakan ia sedang menunggu kepulangan ayahnya.

Jin Wo kaget melihat In Ah menangis, In Ah tidak sanggup membendung kesedihannya dan memeluk Jin Woo. Jin Woo hanya diam, kebingungan.

In Ah pulang dengan lunglai. Manager Yeon kaget melihat In Ah pulang sendirian, bukankah seharusnya In Ah berkencan dengan Jin Woo? Dimana Jin Woo, tanya Manager Yeon.

"Jin Woo di rumahnya", jawan In Ah. Manager Yeon tampak bingung. In Ah bertanya apa Manager Yeon mengetahui Jin Woo menderita penyakit sama seperti Tuan Seo.

Manager Yeon tampak enggan bercerita tapi In Ah sedikit mendesak Manager Yeon, ia tau segalanya tentang Jin woo, jadi ia berhak untuk tau tentang penyakit Jin Woo juga.

Manager Yeon terpaksa membenarkan, tebakan In Ah memang benar. Ia terpaksa merahasiakannya dari In Ah karena Jin Woo memintanya melakukan itu.

In Ah bertanya apakah Manager Yeon tau siapa dokter Jin Woo. "Ya", jawab Manager Yeon. In Ah ingin menemui dokter Jin Woo untuk mengetahui keadaan Jin Woo yang sebenarnya, ia tidak bisa hanya duduk diam tanpa melakukan apa pun.

Jin Woo terbangun dan kaget saat menyadari ia berada di kamarnya sendiri. Ia teringat pertemuannya dengan Gyu Man, saat itu Gyu Man memberitahukan bahwa yang menyebabkan kecelakaan hingga menewaskan ibu dan kakaknya adalah ayah Park Dong Ho.

--
 



Jaksa Hong menemui Tuan Nam dan Gyu Man di kediaman mereka. Ia melaporkan bahwa ia sudah mengurangi laporan kerugian dari 30 juta dolar menjadi 1 juta dolar pada semua media dan berita yang ditayangkan di headline tentang kerjasama Il Ho Group dengan subkontraktornya. Jaksa Hong percaya, yang sudah ia lakukan itu akan membantu revitalisasi Il Ho Group.

Tuan Nam merasa seharusnya ia tidak membiarkan masalah ini menjadi besar.

Gyu Man memuji Jaksa Hong yang berbeda dengan Dong Ho, Jaksa Hong sudah bekerja sangat lama untuk Il Ho Group. Jaksa Hong tersenyum senang, ia berterima kasih dan mengatakan itu semua ia lakukan berkat dukungan dari keluarga Nam. "Aku hanya melakukan yang harus aku lakukan", ucap Jaksa Hong.

Gyu Man tersenyum senang dan akan memuji Jaksa Hong lagi, namun kalimatnya berhenti saat ia melihat Tuan Nam menatapnya tajam. Gyu Man langsung pias.

Jaksa Hong melihat hal itu, entah ia sadar tau tidak. Ia berjanji akan melayani Tuan Nam dan Gyu Man dengan lebih baik kedepannya.

--


Jin Woo mendatangi Dong Ho di kantor Il Ho firma. Tanpa basa basi, Jin Woo langsung meninju Dong Ho. Jin Woo menuduh Dong Ho sudah mengetahui tentang kecelakaan Yongin yang terjadi 17 tahun lalu dan sengaja mendekatinya. "Apa kau benar-benar manusia? Bagaimana kau bisa menghadapiku saat mengetahui semua itu?", marah Jin woo.

Dong Ho berlutut pada Jin Woo, mengatakan itu murni kecelakaan, ia juga kehilangan ayahnya saat kecelakaan itu dan itu terjadi tidak disengaja.

Jin Woo berteriak marah, menyuruh Dong Ho berhenti bicara sembarangan. Jin Woo menyesal pernah bertemu dengan Dong Ho dan lebih menyesal lagi pernah memohon agar Dong Ho mau membela ayahnya, karena kalau tidak, ia tidak merasa perlu mengasihani dan membenci dirinya sendiri hingga sebesar ini. "Aku tidak akan pernah memaafkanmu", ucap Jin Woo sebelum pergi dari ruangan Dong Ho.

Langkah Jin Woo terpaksa berhenti saat Dong Ho mengatakan ada hal lain yang tidak diketahui Jin Woo tentang kecelakaan itu. "Kecelakaan itu terjadi karena Nam Il Ho. Aku kehilangan ayahku karena Nam Il Ho. Dan kau kehilangan ibu dan kakakmu karena Nam Il Ho".

Jin Woo menatap Dong Ho tidak percaya. Dong Ho berjanji pada Jin Woo, hari ini sudah berlutut di depan Jin Woo dan ia akan membuat Nam Il Ho dan Nam Gyu Man berlutut di depan Jin Woo dan di depannya.

--

In Ah dan Manager Yeon bertemu dengan dokter yang merawat Jin Woo. Dokter menjelaskan umumnya penyakit alzeheimer akan membuat penderitanya kehilangan ingatan saat sekarang sebelum kehilangan ingatan masa lalu. Mereka juga akan kehilangan ingatan tentang urutan waktu, lokasi, dan orang-orang. Menurut dokter, penyakit ini semakin memburuk pada Jin Woo karena Jin Woo menderita hyperthymesia. Penyakit itu tidak bisa disembuhkan namun dapat diperlambat dengan obat-obatan.

"Tapi, dia tidak akan kehilangan ingatannya sekaligus, bukan?", tanya In Ah.

"Skenario terburuk, ia akan kehilangan semua ingatannya dalam waktu 6 bulan", jelas dokter lagi.

In Ah menyusuri koridor rumah sakit dengan perasaan yang sedih. In Ah teringat ucapan dokter lagi, yang mengatakan bahwa dengan kondisi Jin Woo, Jin Woo akan semakin sulit untuk bekerja dan tidak akan mampu memahami apa yang dikatakan oleh orang lain, Jin Woo tidak akan bertahan tanpa orang lain di sisinya. In Ah mulai menangis.

Tidak jauh dibelakang In Ah, Manager Yeon juga terlihat sangat sedih.
 

--

Dong Ho terus dihantui perasaan bersalah. Ia teringat saat mengunjungi Jin Woo di hari upacara pemakaman ayah Jin Woo. Saat itu Jin Woo menangis, menuduhnya sudah membunuh ayah Jin Woo, seandainya saja Dong Ho tidak mengkhianati mereka, semua ini tidak akan terjadi.

--

Sek. Byun datang dan memberitahukan bahwa ia mendapat kabar, kemarin Gyu Man memanggil Jin Woo ke kantornya. "Mungkin oleh sebab itulah Jin Woo mengetahui tentang kecelakaan itu", simpul Sek. Byun.

--

Dong Ho datang ke ruang Gyu Man dalam keadaan emosi. "Kau menggali masa laluku!", marah Dong Ho.

"Kau melakukan hal yang sama pada ayahku. Kau pikir aku tidak akan tau", sahut Gyu Man, tidak peduli. Gyu Man mengatakan ia mendapatkan informasi tentang ayah Dong Ho yang membunuh keluarga Jin Woo, jadi apakah Dong Ho mendapatkan informasi tentang rahasia ayahnya? Karena ia sangat penasaran.

"Berhenti memata-mataiku. Kalau tidak, aku tidak akan tinggal diam", Dong Ho memperingatkan Gyu Man.

"Tidak akan tinggal diam? Kau mengancamku sekarang?".

"Itu peringatan. Tapi aku tidak yakin akan berakhir dengan peringatan...", Dong Ho menjatuhkan lampu meja Gyu Man ke lantai, "Atau berakhir dengan ancaman... Itu tergantung padamu, Tuan Nam".

Gyu Man mengancam Dong Ho, "Tuan Park, bahkan seekor ikan lumpur yang memuntahkan lumpur ke sekitarnya akan mati hanya dengan mengacaukan sedikit air. Apapun yang kau lakukan, ayahku dan aku...".

"Kalau begitu, kau boleh lihat, seberapa banyak lumpur yang bisa aku muntahkan...", sahut Dong Ho, menatap tajam pada Gyu Man.

Dong Ho keluar dari ruangan Gyu Man, Gyu Man menghela nafasnya, berusaha mengendalikan marahnya.

--

Saat pulang ke rumah, ibu dan ayah kaget melihat In Ah ada di rumah. In Ah mengatakan ia ingin bicara dengan ayah.

In Ah bicara berdua dengan ayahnya. In Ah menceritakan bahwa ia baru saja mengetahui temannya sakit parah dan tidak tau apa yang harus ia lakukan.

"Hanya karena temanmu sakit, tidak berarti segalanya berubah. Aku mengerti mungkin kau merasa kesal tapi tetaplah kuat. Bayangkan betapa beratnya bagi temanmu itu", ucap ayah.

In Ah mulai akan menangis. Ia tidak mengerti kenapa hal yang buruk terus terjadi pada temannya itu, ia sangat kesal karena tidak ada yang bisa ia lakukan.

"Penyakit temanmu itu hanya bagian dari dirinya. Kau hanya perlu memperlakukannya sama seperti biasanya", nasehat ayah.

--

Saat In Ah kembali ke kantor, Manager Yeon sudah menunggunya. Manager Yeon memohon agar In Ah berpura-pura tidak tau tentang kondisi Jin Woo.

Tapi dia mungkin akan kehilangan semua ingatannya, bantah In Ah.

Tapi Manager Yeon menganggap, jika Jin Woo tau In Ah mengetahui tentang keadaannya, maka itu akan lebih berat untuk Jin Woo. "Aku hanya ingin membiarkan dia menjalani hidupnya seperti yang ia inginkan untuk waktu yang tersisa", ucap manager Yeon lagi.

Pembicaraan serius In Ah dan Manager Yeon terhenti saat Jin Woo tiba-tiba datang. Jin Woo menyinggung masalah makan malam mereka pada In Ah. In Ah berusaha tersenyum dan mengatakan makan malamnya menyenangkan dan tas yang diberikan Jin Woo juga terlihat bagus saat ia pakai.

Jin Woo tersenyum dan berjanji akan mengajak In Ah makan di tempat yang lebih bagus lain kali. "Tentu saja", sahut In Ah, tersenyum senang.

Lalu Jin Woo pamit masuk ke dalam ruang rahasianya.

Jin Woo berusaha mengingat kejadian yang terjadi kemarin tapi tidak berhasil. Saat Manager Yeon masuk dan bertanya apa yang terjadi kemarin, Jin Woo mengatakan ia tidak bisa mengingatnya, ia hanya ingat sampai saat ia bertemu dengan Gyu Man.

Manager Yeon kaget saat mendengar Jin Woo bertemu dengan Gyu Man, tapi Jin Woo mengatakan pertemuan itu tidak penting dan tidak ada yang serius. "Kau yakin penyakitmu tidak semakin memburuk?", tanya Manager Yeon lagi.

"Sampai hari aku membawanya ke pengadilan, aku tidak boleh sakit", sahut Jin Woo singkat.

--


Seok Kyu pergi ke NFS untuk meminta laporan forensik kasus Jung Ah. Di dalam laporan disebutkan bahwa semua luka di tubuh Jung Ah konsisten. Seok Kyu bertanya tentang adanya sidik jari pembunuh yang ditemukan di senjata yang dipakai untuk membunuh. Dokter forensik mengatakan tidak ditemukan sidik jari Tuan Seo di alat pembuka wine yang dipakai untuk membunuh.

Seok Kyu melihat foto alat pembuka tutup botol wine di dalam laporan. Ia merasa semua bukti seperti kebetulan dan tidak ada bukti yang solid.

"Tidak pernah aku bayangkan akan membela seorang gangster", komentar pertama Jaksa Hong saat mengunjungi Joo Il. 

Joo Il terlihat tidak senang mendengarnya. Jaksa Hong memberitahukan tuduhan yang diberikan pada Joo Il, yaitu penggelapan dana sejumlah satu juta dolar, dana untuk politik kurang dari 100.000 dolar, menghindari pajak, dan beberapa tuduhan yang lainnya.

Joo Il tidak sabar dan memotong ucapan Jaksa Hong, ia ingin Jaksa Hong langsung mengatakan berapa lama hukumannya.

"Kau tidak mengerti apa yang kukatakan, ya? Kau hanya dihukum jika kau terbukti bersalah... Ini bukan trial pertamamu, kan?".

"Tidak penting aku mengerti atau tidak, tapi kita di sini sama-sama untuk melayani Ketua, bukan?", tanya Joo Il.

Jaksa Hong tidak suka mendengar Joo Il menyamakan diri dengannya. Hanya karena Joo Il melayani Ketua beberapa tahun tidak berarti akan menghapus semua kejahatan masa lalu Joo Il yang kotor. Jaksa Hong mengatakan ia datang karena perintah Ketua dan menyuruh Joo Il menghabiskan waktunya sebentar di penjara bersama dengan teman-teman Joo Il.

Joo Il terpaksa menerima perintah Tuan Nam.
 

--


Gyu Man makan bersama Sek. Ahn dan Seok Kyu. Gyu Man menatap Seok Kyu yang sedang asik makan, teringat ucapan Jaksa Hong yang memberiatahukan bahwa saat ini Seok Kyu sedang menyelidiki kasus pembunuhan mahasiswi Seochon.

Gyu Man mengatakan saat ini Seok Kyu pasti punya banyak waktu luang. Seok Kyu agak kaget mendengarnya. "Jangan salah paham. Aku hanya senang bisa sering-sering bertemu denganmu", ucap Gyu Man lagi.

"Aku juga senang bisa sering bertemu denganmu, Gyu Man", sahut Seok Kyu. Seok Kyu mengajak mereka membuka sebotol wine. Dan Sek. Ahn pun meminta pelayan mengambil wine dan membukanya di depan mereka bertiga.

Seok Kyu menatap pelayan yang sedang membuka tutup botol wine dan berkata, "Gyu Man, kau pikir apakah mungkin membunuh seseorang dengan alat pembuka wine?", tanya Seok Kyu.

Gyu Man langsung terdiam, begitu juga dengan Sek. Ahn. Lalu perlahan Gyu Man tersenyum, "Aku tidak tau. Aku tidak pernah membunuh orang jadi bagaimana aku tau".

Seok Kyu tersenyum tipis dan melanjutkan makannya.

"Aku ingin menanyakan satu hal padamu. Katakanlah seorang temanmu membunuh seseorang. Apa yang akan kau lakukan? Menghukumnya atau membantunya lari dari takdirnya?", tanya Gyu Man pada Seok Kyu.

Seok Kyu mengatakan sebagai hakim, tentu saja ia harus membuat orang itu membayar atas kejahatannya, tapi sebagai teman yang sesungguhnya, ia tidak boleh menutupi kejahatannya. "Itulah tugas utama seorang teman", jelas Seok Kyu lagi.

Gyu Man membenarkan ucapan Seok Kyu dan meminum wine. Lalu tersenyum menatap Seok Kyu.

--

Jin Woo mengunjungi Detektif Gwak lagi. Detektif Gwak merasa Jin Woo terlalu sering mengunjunginya, ia merasa Jin Woo sedang mengecek kesetiaannya. Menurut Jin Woo, detektif Gwak punya terlalu banyak kejahatan, mustahil bagi orang seperti detektif Gwak berpaling hanya dalam satu malam saja. Detektif Gwak meminta Jin Woo langsung to the point saja.

Jin Woo meminta bantuan detektif Gwak, ia ingin detektif Gwak memperkenalkannya pada seorang dealer narkoba yang terpercaya. Jika detektif Gwak mau bekerja sama, ia berjanji hal ini akan memberi keuntungan bagi detektif gwak. "Aku akan menempatkan Nam Gyu Man di sel di sampingmu", janji Jin Woo. Dan detektif Gwak tersenyum senang.

Berkat bantuan detektif gwak, Jin Woo berhasil bertemu dengan salah seorang pemasok narkoba. Dari pria itu ia mendapatkan informasi bahwa ada pesta obat-obatan VIP setiap satu bulan sekali dan ia bertugas untuk memasok obat-obatan di pesta tersebut. Dan untuk pesta selanjutnya akan diadakan di Imperial Class jam 9 malam. Pria itu mengingatkan, tidak akan mudah untuk bisa masuk ke sana.

In Ah menemui Jaksa Tak untuk menanyakan perkembangan penyelidikan kasus kematian ayah Jung Ah. Belum ada perkembangan, jawab Jaksa Tak, Jaksa Hong sudah membereskannya dengan sempurna sebelum keluar dari kejaksaan.

In Ah meminta Jaksa Tak untuk terus berusaha, ia berjanji akan memberitahukan Jaksa Tak jika menemukan bukti yang baru.

Jaksa Tak membicarakan tentang Jaksa Hong yang sepertinya berkerja dengan sangat baik di Il Ho Firma. Menurut Jaksa Tak lagi, Jaksa Hong itu hidup seperti tanpa beban, ia hanya berpikir apa yang akan ia dapat sebagai imbalan dan bekerja keras untuk mendapatkannya.

"Kedengarannya, anda seperti cemburu pada Jaksa Hong", komentar In Ah. Jaksa Tak tertawa kecil. Lalu seseorang menelponnya. Nam Il Ho.

--

Jaksa Hong menemui Gyu Man di kantornya. Ia melaporkan tentang latar belakang dan aset yang dimiliki Jin Woo. Menurut penyelidikan Jaksa Hong, kedua orang tua Jin Woo meninggal dan tidak meninggalkan harta warisan, Jin Woo hanya mendapatkan penghasilan dari pekerjaannya sebagai pengacara dalam dua tahun belakangan,

Gyu Man sangat kesal, kenapa lawannya begitu miskin hingga membuatnya tidak dapat melakukan apa pun pada Jin Woo. "Kalau dia tidak punya apa-apa, bagaimana aku bisa membuatnya menyedihkan?", ucap Gyu Man . Sek. Ahn yang mendengar komentar Gyu Man, terlihat tidak begitu senang.

Lalu Jaksa Hong memberitahukan sebuah kelemahan Jin Woo, yaitu In Ah. Menurut Jaksa Hong, In Ah lebih dari sekedar teman bagi Jin Woo, dan begitu juga dengan In Ah. In Ah sudah bersama dengan Jin Woo saat kasus ayah Jin WOo dimulai, In Ah menjadi pengacara karena Jin Woo dan berhenti menjadi pengacara karena Jin Woo, dan sekarang In Ah bekerja di kantor Jin Woo.

Gyu Man sangat puas mendengar laporan dari Jaksa Hong, ia yakin ada sesuatu antara Jin Woo dan In Ah. "Kelemahan Jin Woo adalah In Ah", simpul Jaksa Hong yakin.

Jae Ik datang ke kantor dengan perasaan yang bahagia. Ia mengajak semua orang berkumpul karena mau membuat sebuah pengumuman, untuk pertama kalinya ia akan bersidang sendirian...

Semua orang sangat senang dan Manager Yeon sampai memeluk Jae Ik tapi Jae Ik langsung mendorong Manager Yeon agar menjauh darinya. In Ah dan Jin Woo memberi selamat dan Jae Ik mengucapakan terima kasih pada mereka. Karena semua ini terjadi berkat dukungan teman-temannya. Untuk merayakannya, Jae Ik mentraktir mereka ayam goreng.

--

Jaksa Tak memenuhi undangan makan Tuan Nam di sebuah restoran mewah. Tuan Nam berbasa-basi, mengatakan bahwa ia mendengar Jaksa Tak adalah kandidat terkuat yang akan menjadi Kepala Jaksa. Jaksa Tak tidak ingin berbasa-basi, meminta Tuan Nam langsung pada intinya saja.

Tuan Nam memberikan sebuah tawaran pada Jaksa Tak, ia mengajak Jaksa Tak bergabung di Il Ho Firma. Jaksa Tak tertawa. Tuan Nam berkata, keputusan Jaksa Tak akan mengubah hidup Jaksa Tak seperti yang terjadi pada Jaksa Hong.

Jaksa Hong juga mencoba membujuk Jaksa Tak. Menurutnya, jaksa dan pengacara sama-sama bekerja di bidang hukum, tidak peduli siapa yang mereka layani. Jaksa Tak meneguk minuman yang dituangkan Jaksa Hong untuknya.

Jaksa Tak tersenyum lalu mengambil sumpitnya, berniat akan makan. Tapi tiba-tiba Jaksa Tak meletakkan kembali sumpitnya dengan kasar di atas meja, mengatakan bahwa sepertinya ia tidak sanggup makan karena merasa sangat jijik. "Aku akan meninggalkan formalitas di sini. Tuan, apa begini cara anda menjalankan bisnis anda?", tanya Jaksa Tak geram. Tuan Nam hanya menatap Jaksa Tak tajam.

Jaksa Hong menegur Jaksa Tak agar menjaga sikap di depan Tuan Nam dan jika Jaksa Tak menolak, suatu saat pasti akan menyesal. Jaksa Tak tidak peduli, ia mengambil uang dari dompetnya sendiri dan meletakkan uangnya untuk membayar minumannya sendiri.

Lalu Jaksa Tak pergi.

Saat berjalan di koridor restoran, Jaksa Tak mendapatkan telpon dari DOng Ho. Dan mereka pun makan bersama.

--

Dong Ho mengomentari Jaksa Tak yang sepertinya akan makan dengan mangkuk-mangkuknya. Jaksa Tak merasa sangat aneh, ia bisa menolak suap dengan penuh rasa percaya diri, sungguh aneh.

"Apa yang terjadi?", tanya Dong Ho.

"Aku bertemu Nam Il Ho. Kau tidak tau apa yang aku lepaskan untuk bisa makan di sini".

"Kalau begitu, kau harus lebih menikmatinya lagi karena hidup itu tidak akan menghantuimu kembali".

Jaksa Tak tertawa, mendengar ucapan Dong Ho, supnya terasa lebih nikmat.

"Kita sudah saling mengenal cukup lama. Kau mempercayaiku?"

Jaksa Tak tertawa, "Aku tidak percaya siapa pun yang bekerja di Il Ho Firma".

Dong Ho tertawa, masam. Ia mengatakan ia menemukan seorang korban ledakan pabrik Seogwang dan ia merasa ia mendapatkan bukti yang kuat untuk menjatuhkan Tuan Nam segera. "Kau tertarik menjatuhkan Nam Il Ho bersama denganku?", ajak Dong Ho. Dan Jaksa Tak pun setuju.

--

Jae Ik segera akan mulai sidang dan diserang rasa panik lagi. Ia sangat khawatir akan menghancurkan hidup seseorang. In Ah mencoba menyemangati Jae Ik, hanya Jae Ik lah yang bisa membela terdakwa itu.

"Kau percaya klienmu tidak bersalah?", tanya Jin Woo.

"Aku percaya".

"Jadi lakukanlah hal yang seharusnya kau lakukan empat tahun lalu di sidang ayahku. Ia akan mendapatkan hukuman 10 tahun penjara. Jadi lindungilah dia dengan hukum... sebagai pengacara", ucap Jin WOo lagi.

Tak lama, Jae Ik melihat kliennya, seorang wanita, dibawa masuk ke ruang sidang.

Saat hakim meminta Jae Ik memberikan penutup, Jae Ik semakin gugup dan panik. Jae Ik berusaha berbicara namun masih terbata-bata. Jae Ik menatap ke arah teman-temannya. Jin Woo, In Ah dan Manager Yeon, menganggukkan kepala mereka, menyemangati Jae Ik. Lama-kelamaan Jae Ik mulai lancar berbicara dan berhasil menyampaikan maksudnya.

Klien Jae Ik adalah seorang wanita, ibu rumah tangga yang dituduh membunuh suaminya. Padahal, menurut Jae Ik, wanita itu melakukannya karena kondisi yang terdesak. Ia harus menyelamatkan anaknya yang memiliki keterbelakangan mental dari serangan ayahnya yang sedang dalam keadaan mabuk.

Saat keputusan dibacakan, hakim memberikan keringanan hukum menjadi 2 tahun penjara.

Wanita itu sangat senang dan terharu. Ia sangat berterima kasih pada Jae Ik. Jae Ik pun terlihat sangat lega dan senang karena berhasil melewati persidangan dengan baik. Ia menatap lagi ke arah teman-temannya dan mereka saling tersenyum senang.

--


Pria pengedar narkoba menemui teman Gyu Man di sebuah bar, melaporkan bahwa ia sudah mempersiapkan segalanya untuk pesta. "Aku hanya ingin kualitas terbaik", ucap teman Gyu Man.

Ternyata, Jin Woo juga ada di sana, ikut mendengarkan.

Bersambung...

[Sinopsis Remember Episode 14 Part 2]

Share:

Post a Comment

Designed by OddThemes | Distributed by Blogger Themes