== All images credit to the owner ==
[Sinopsis Maids Episode 1 Part 2]
Sinopsis Maids Episode 2 Part 1
[Drama ini adalah drama fiksi/rekaan berdasarkan tokoh dan peristiwa sejarah yang sebenarnya]
Yoon Ok keluar dari kamarnya dengan membawa bungkusan kain sutra hadiah yang diterimanya dari In Yub. Ia berjalan dengan angkuh. Sampai di luar, ia melempar bungkusan itu di hadapan In Yub dan memberi perintah pada Moo Myeong, "Bentangkan kain ini untuknya!".
Sa Wol terkejut mendengar perintah Yoon Ok. Moo Myeong pun terlihat tidak enak hati dan melihat sekilas ke arah In Yub.
Sekarang Nyonya Yoon juga sudah ada bersama mereka. Yoon Ok berkata, "Daripada menilai bahwa pelayan di rumah kami itu kasar lebih baik kau menganggap mereka sangat ramah".
"Apakah ini cukup? Kumpulkan semua kain sutra yang ada di rumah dan bentangkan untuknya. Lakukan seperti yang diinginkan oleh tamu kita! Bentangkan kain sutra di tanah untuk setiap langkahnya!", perintah Nyonya Yoon juga.
In Yub menghela nafasnya. Mungkin dia tidak menyangka akan menjadi seperti ini.
Kain sutra yang dibawa In Yub untuk Yoon Ok mulai dibentangkan oleh Moo Myeong. Pelayan yang lain juga membawa banyak gulungan kain sutra. Gulungan kain lain mulai dibuka. Nyonya Yoon dan Yoon Ok dengan sengaja mengawasi kerja para pelayan. Yoon Ok tersenyum sinis pada In Yub.
Kain sudah selesai dibentang sampai ke tandu In Yub. Moo Myeong memberi hormat pada Nyonya Yoon pertanda perintah sudah selesai dilaksanakan.
In Yub tertegun melihat ke arah kain yang sudah dibentangkan. Ia terlihat sedikit gugup. Apalagi Nyonya Yoon dan Yoon Ok memperhatikannya. In Yub menguatkan tekadnya dan mulai melangkahkan kakinya. Namun Sa Wol langsung menahan, "Mohon jangan lakukan ini! Mengapa Anda sangat keras kepala?"
"Minggir!", perintah In Yub pada Sa Wol.
Sa Wol masih berusaha menahan kaki In Yub dan memohon agar In Yub tidak melakukannya lagi.
"Aku bilang minggir!!", perintah In Yub lagi dengan nada yang lebih keras.
Sa Wol terpaksa melepaskan pegangannya pada kaki In Yub. Lalu ia menutup wajahnya dengan kedua tangannya. In Yub perlahan-lahan mulai melangkah turun dari tangga. Ia teringat hinaan dari Nyonya Yoon tentang tidak ada seorang pun di Do Seong yang berpikir bahwa ayahnya masih hidup. Nyonya Yoon juga menyuruhnya pergi mencari mayat ayahnya.
In Yub berpandangan dengan Nyonya Yoon dan Yoon Ok. Kemudian ia mengalihkan pandangannya ke depan dan berjalan lebih cepat. Putri Nyonya Yoon yang lain (maaf sy belum tahu siapa namanya dan apa ia anak dari Nyonya Yoon atau bukan..) berkata bahwa In Yub benar-benar sesuatu...
In Yub terus berjalan. Semua pelayan yang ada di sana memperhatikannya. Ternyata kediaman Menteri Pertahanan cukup besar. Dari kamar Yoon Ok ke pintu gerbang depan, In Yub harus melewati beberapa gerbang lagi.
In Yub duduk di tandunya dan dibawa pulang oleh pelayannya. Moo Myeong memperhatikan kepergian In Yub.
--
Eun Ki sedang berbicara dengan ibunya. Ia bertanya pada ibunya, bagaimana bisa ibu membuatnya menjadi seorang bermuka dua. Ibunya berkata bahwa menikah dengan In Yub tidak memberi keuntungan apa pun untuk keluarga mereka saat ini, "Jadi bukankah memutuskan pertunangan adalah hal yang wajar dilakukan?"
"Apa aku ini barang yang bisa dijual?", tanya Eun Ki. Ibu Eun Ki terkejut mendengar ucapan anaknya.
"Jika alasannya adalah untuk keuntungan bagi keluarga, maka aku sama saja dengan barang dagangan!", ucap Eun Ki lagi. Eun Ki cepat-cepat berdiri. Sebelum ia keluar dari kamar ibunya ia mengatakan bahwa apa pun yang terjadi, ia akan tetap menikah dengan In Yub. Eun Ki tidak menghiraukan panggilan ibunya dan bergegas membuka pintu kamar ibunya. Ibu mengejarnya. Di lorong depan kamar ia bertemu dengan ayahnya.
Eun Ki memberi hormat pada ayahnya. Ayah Eun Ki berkata bahwa saat ini Eun Ki sebaiknya berpikir realistis.
"Takdir yang dikirim dari langit tidak mudah dihancurkan", kata Eun Ki.
"Langit mungkin bisa memulai takdir, tapi manusialah yang mengakhirinya", tegas ayah Eun Ki.
Eun Ki agar tersentak mendengar ucapan ayahnya. Lalu ia berlutut di depan ayahnya. Ia memohon ayahnya melakukan sesuatu. "Mohon kirim seseorang ke Ham Heung dan selamatkan Penasihat Negara. Atau kalau tidak, kirim sebuah surat. Jika ayah mau menggunakan koneksi ayah di istana, maka kita akan mengetahui Penasihat masih hidup atau sudah mati!".
"Kenapa aku harus melakukan itu? Apa pun yang terjadi jangan tidak patuh. Kau siswa Sung Kyun Kwan. Kau bahkan belum lulus. Ketika kau masih tinggal di rumah ayahmu dan makan makanan dari ibumu, maka kau belum dewasa!", tegas ayah Eun Ki.
Eun Ki tertegun mendengar ucapan ayahnya. Lady Han, ibu Eun Ki, berkata pada suaminya bahwa Eun Ki masih polos.
"Sebutan <em>innocent</em> untuk laki-laki adalah suatu penghinaan! Jangan menjadi pria yang <em>innocent</em>! Jadilah pria yang punya ambisi! Jika kau menguasai dunia, In Yub atau siapa pun wanita yang kau inginkan akan berlutut di kakimu!", nasihat ayah pada Eun Ki. Kemudian ayah meninggalkan Eun Ki yang masih berlutut dan masuk ke kamarnya.
--
In Yub sudah sampai di rumahnya. Sa Wol tergesa-gesa masuk ke dalam rumah. Ia mengambil sepatu In Yub yang lain dari dalam rumah. Begitu In Yub sampai di depan rumah, Sa Wol langsung meletakkan sepatu di depan tandu In Yub, "Silahkan pakai sepatu ini!", kata Sa Wol.
In Yub turun dan memakai sepatunya. Sa Wol terlihat khawatir melihat In Yub yang terlihat berjalan dengan lesu. Ketika akan naik tangga ke rumah, In Yub hampir jatuh. Ia buru-buru berpegangan pada tiang. "Tidak apa-apa. Aku hanya sedikit pusing", kata In Yub pada Sa Wol.
"Kenapa anda begitu keras kepala sekali tadi?", tanya Sa Wol khawatir. In Yub duduk di tangga rumahnya, Sa Wol juga duduk di samping In Yub. "Aku tidak menyangka mereka akan benar-benar membentangkan kain sutra untukku!" kata In Yub lesu.
Sa Wol menyuruh Poong Yi pergi dari sana, begitu juga dengan para pengangkat tandu lainnya. Kemudian Sa Wol berkata pada In Yub bahwa ia yakin, saat ini orang-orang di Do Seong sedang membicarakan tentang kejadian hari ini. In Yub bertanya dengan terbata-bata pada Sa Wol, "Apa.. aku.. tadi sedikit.. kasar?"
Sa Wol dengan cepat menjawab,"Bukan sedikit.. kali ini sangat kasar!"
"Ah..!", In Yub menghela nafasnya, ia terlihat menyesal dan mengkhawatirkan apa yang akan ia lakukan jika Eun Ki mendengar kejadian hari ini.
Sa Wol bertanya apa hanya itu yang dipikirkan In Yub saat ini? In Yub hanya menghela nafasnya.
Malam hari, In Yub masih duduk termenung memikirkan kejadian tadi siang. Sa Wol menyiapkan makan malamnya dan menyuruh In Yub makan. "Anda bahkan tidak makan semangkuk mi pun di pesta tadi", bujuk Sa Wol.
"Aku tidak punya hak makan apa pun", jawab In Yub.
"Benar! Anda tidak punya hak, tapi walaupun begitu, makanlah sedikit!", kata Sa Wol sedikit tidak sabar. Ia memberikan sendok ketangan In Yub, "Makanlah satu sendok, anda terlihat seperti akan pingsan!".
In Yub bertanya pada Sa Wol," Apa kau pikir... ia selamat?". "Sampai saat ini benar-benar tidak ada berita darinya", kata In Yub lagi.
Sa Wol menenangkan In Yub, "Tidak ada berita apa pun mungkin berarti itu kabar baik".
"Jika ayahku benar-benar meninggal, apa yang terjadi padaku? Bukankah aku akan menjadi anak yatim piatu?", kata In Yub lagi.
"Agasshi! Aku sudah mengatakan agar anda berhenti bicara begitu! Ucapan buruk mereka seperti menusukku dengan pisau", ucap In Yub sedih.
Sa Wol terlihat sedih melihat In Yub dan berkata dengan lebih sabar, "Ayo makan saja dulu". In Yub diam dan menurut pada Sa Wol.
Ketika In Yub akan menyendokkan nasi, tiba-tiba dari luar kamar In Yub terdengar suara pelayan yang mengumumkan kedatangan seseorang dari kediaman Menteri Pertahanan. In Yub keluar menemui orang tersebut.
DI depan rumahnya ternyata Moo Myeong bersama beberapa pelayan lainnya datang untuk membawa kain sutra cukup banyak. In Yub bertanya pada Moo Myeng ada apa.
Moo Myeong menjelaskan bahwa ia dikirim oleh Nona Yoon Ok. Ia mengatakan bahwa ia tidak bisa memakai lagi kain sutra yang sudah diinjak. Ia juga berpikir bahwa sangat rugi jika barang-barang dari istana dibuang begitu saja. Jadi ia ingin mengembalikannya pada In Yub.
"Apa kau bercanda?" tanya In Yub marah.
Moo Myeon menjawab dengan tenang, ia berkata bahwa ia hanya menjalankan perintah. Kemudian ia membungkukkan badannya ke In Yub dan berbalik pergi dan mengajak para pelayan lain pergi dari sana.
In Yub mengambil gulungan kain sutra dan melemparnya ke Moo Myeong, "Beraninya kau membawa kain ini kesini!". Sa Wol berlari dan mengambil kain yang dilempar oleh In Yub. kemudian ia berdiri di sebelah Poong Yi.
In Yub menambahkan, "Jika ini dilakukan untuk membuatku tersinggung, maka maksud itu sangat bisa dimengerti. Bawa kain ini kembali!".
Moo Myeon seperti tersenyum sinis dan berbalik menghadap In Yub. "Jika anda tidak ingin hadiah dikembalikan pada anda, mengapa tidak anda kirimkan kain sutra baru yang lain untuknya? Saya percaya itu adalah hal yang benar dilakukan sekarang ini".
In Yub terlihat menahan marah. Ia berjalan menuruni tangga sambil memandang tajam ke Moo Myeong. "Apa yang kau katakan?"
"Jika anda ingin melampiaskan kemarahan pada saya, silahkan saja. Seorang bangsawan memukul seorang pelayan seperti seekor anjing, memotong kepalanya, dan menguburnya di gunung, siapa yang akan protes? Bahkan jika anda membunuh seorang pelayan milik orang lain, dunia kami hanya satu dimana anda hanya perlu membayar ganti rugi dan semua akan baik-baik saja", ucap Moo Myeong.
Mata In Yub terlihat berkaca-kaca mendengar ucapan Moo Myeong.
"Seorang pria tidak boleh menyentuh seorang wanita. Seorang budak tidak boleh menyentuh seorang bangsawan. Jadi agasshi, silahkan hukum saya sesuka Anda", tambah Moo Myeong.
"Apa kau pikir... aku tidak bisa melakukannya?", tanya In Yub.
Moo Myeong berkata bahwa ia tahu In Yub bisa melakukannya. "Jadi silahkan lakukan!", tantang Moo Myeong. "Tapi tahukah anda? Saat ini, pelayan yang hanya sekali memakai sepatu anda sedang dihukum dengan keras dan dipukul karena hal itu. Saya yakin harga diri anda penting, tapi bagaimanapun, apakah itu cukup penting sehingga membuat seseorang dipukuli?".
In Yub menggenggam erat roknya. Ia hanya terdiam memandang Moo Myeong sambil menahan tangisnya.
--
Di kediaman Menteri Pertahanan, terlihat Dan Ji sedang dihukum. Ia digantung di sebuah tali dan telapak kakinya dipukul. Matanya berkaca-kaca menahan rasa sakit. Pelayan lain memalingkan wajah tidak sanggup melihat Dan Ji dipukul. Hae Sang juga ada di sana. Dan Ji diperintahkan untuk memohon ampun. "Kenapa kau tidak memohon pengampunan?", usap pelayan yang memukul kaki Dan Ji sambil menangis. Dan Ji masih diam saja.
Hae Sang berkata, "Sudah cukup, mulai sekarang Gae Ddong yang akan melayani Yoon Ok!"
"Benarkah?", tanya Gae Ddong.
"Nyonya!", Dan Ji terkejut mendengar keputusan Han Seung.
"Apa kau mau dipukul lagi?", tanya Hae Sang.
Pelayan yang ditugaskan menghukum Dan Ji langsung menjawab tidak. Mulai sekarang ia yang akan mengurus Dan Ji.
"Turunkan dia!", perintah Hae Sang.
Semua pelayan membantu menurunkan Dan Ji. Tiba-tiba terdengar benda kecil yang jatuh ke tanah. Cincin Dan Ji terjatuh. Hae Sang akan berbalik. Pelayan yang tadi ditugaskan memukul Dan Ji langsung melangkah dan menginjak cincin itu. Ia mempersilahkan Hae Sang pergi, dia akan mengurus semua di sana. Hae Sang diam lalu berbalik pergi. Pelayan itu melihat ke arah Dan Ji, mungkin ia tidak habis pikir dengan kelakuan Dan Ji.
Sementara dikamarnya, nona yang sebelumnya kehilangan cincin masih mencari-cari di seluruh kamarnya. Ia berkata bagaimana sebuah cincin bisa hilang. Jika bukan si harimau Lady Yoon, apa mungkin si rubah Yoon Ok. Yoon Ok pernah mengambil pin rambutnya dan tidak mengembalikannya. Atau mungkin pelayan...
Sementara itu, di ruang bawah tanah, Dan Ji diinterogasi oleh temannya. Ia bertanya bagaimana Dan Ji bisa mencuri cincin itu. Dan Ji membantah tuduhan itu. Ia memang mencoba sepatu tapi ia tidak mencuri apa pun.
Temannya berkata bahwa Lady Kang (Ah..namanya Lady Kang!) sudah mencari cincin itu kemana-mana. "Bagaimana cincin ini bisa menjadi milik Lady Kang. Cincin ini hadiah. Jadi ini milikku", kata Dan Ji.
"Hadiah?", temannya terkejut. Ia memukul Dan Ji karena kesal. "Bukankah sudah kukatakan agar kau jauh-jauh dari pria yang ada di rumah ini? Kau bisa membuat dirimu terbunuh nantinya!".
Dan Ji kesal karena ia dipukul terus dari tadi. "Apa aku ini putrimu? Mengapa kau memukulku dengan begitu keras?", marah Dan Ji.
"Apakah benar seorang pelayan memakai sepatu tuannya? Karena ibumu maka kakimu selamat!", kata pelayan itu lagi. (Ah, ternyata pelayan yang memukul kaki Dan Ji itu adalah ibunya Dan Ji sendiri.)
Dan Ji bertanya apakah salahnya mencoba sebuah sepatu. Ibu menasihati Dan Ji agar bertahan. Sebagai pembantu mereka tidak boleh terlihat terlalu cantik ataupun terlalu jelek. Mereka juga tidak boleh berpenampilan terlalu bagus ataupun terlalu buruk. Dan Ji berkata bahwa ia tidak sanggup hidup seperti itu. Ibu membuat anaknya sendiri kelaparan hanya untuk memberi makan anak-anak dari keluarga ini. Semua saudara-saudaranya sudah tersebar di seluruh tempat. Ia bahkan tidak dapat mengenali mereka jika bertemu di jalan. "Apa ini hidup? Apa hanya cukup dengan makan yang lebih baik? Apakah hidup ini hanya untuk makan?", tanya Dan Ji pada ibunya.
Ibu bertanya jadi apa yang akan dilakukan Dan Ji. Jika Dan Ji tidak bisa hidup seperti ini, hidup yang bagaimana lagi yang Dan Ji inginkan. Ibu berkata sambil menangis. Apa Dan Ji pikir hidup akan mudah berubah, mentang-mentang Dan Ji itu cantik dan pintar. Disamping semua itu, Dan Ji hanyalah seorang pelayan.
"Tunggu dan lihatlah. Aku tidak akan menjadi pelayan sampai akhir hidupku", ucap Dan Ji.
Ibu menyuruh Dan Ji diam dan mengembalikan cincin itu pada tempatnya sebelum ia ketahuan. "Aku memperingatkanmu!", perintah ibunya.
--
Yoon Ok tertawa gembira. Ia mendengar laporan dari Moo Myeong. Moo Myeong meminta maaf karena ia merasa sudah bertindak melewati batas. Yoon Ok berkata tidak. Ia merasa Moo Myeong telah melakukan tugasnya dengan baik. Yoon Ok berkata bahakan setelah ia mengirim kain ke In Yub, rasa marahnya belum hilang. "Tapi sekarang setelah mendengar perkataanmu pada In Yub, aku merasa lebih baik". Moo Myeong sepertinya tersenyum amat sangat tipis.
--
Di rumahnya, In Yub mengeluarkan pakaiannya dari lemari. Sa Wol memohon pada In Yub untuk berhenti. In Yub berkata ia akan pergi ke Ham Heung dan menemukan ayahnya. Jika mereka mati, mereka akan mati bersama. Jika mereka hidup, maka mereka akan hidup bersama-sama.
Sa Wol terus mencoba menahan In Yub. In Yub tidak peduli dan melangkah keluar dengan membawa bungkusan yang berisi pakaiannya. Ia bertanya pada pelayan pria apa kudanya sudah siap. Para pelayan masih mencoba menahan In Yub. Mereka mengatakan bahwa sekarang sudah sangat larut malam.
In Yub kesal karena pelayannya sekarang bersikap tidak menghormatinya. Ia meminta kepada para pelayan untuk menyiapkan kudanya. Tapi karena pelayannya diam saja, ia berkata ia akan pergi berjalan kaki saja. In Yub berjalan ke arah pintu gerbang. Ketika ia membuka pintu gerbang, ia melihat sebuah surat dan sebuah bunga.
In Yub membuka surat dan membacanya.
'Karena kita belum menikah, maka kau hanya bisa memakai satu cincin saja. Jika kita sudah menikah, kita akan memakai masing-masing cincin. Tunggulah. Aku sedang ke Ham Heung untuk membawa kembali ayahmu. Aku akan menemuimu setelah kembali. In Yub-ku, wanita yang mengisi hatiku yang terdalam.'In Yub melihat Eun Ki mengirimkan sebuah cincin dan memasangkan cincin itu di jari manisnya. Sa Wol bertanya apakah surat itu dari Tuan Eun Ki. In Yub hanya diam saja. Sa Wol memberikan bunga pada In Yub. In Yub memandang ke luar dengan mata berkaca-kaca, seolah melihat Eun Ki yang sudah berangkat.
Eun Ki menunggangi kuda dan melewati pintu gerbang kota. Ia hanya sendirian. Sementara In Yub ditemani oleh Sa Wol pergi ke kuil. Ia berdoa sampai pagi.
Moo Myeong berdiri di luar sebuah rumah. Di dalam rumah Nyonya Yoon memberikan sebuah minuman kepada seorang pelayan. Pelayan itu bertanya minuman apa itu.
"Ini adalah obat yang dapat menyebabkan keguguran", jawab Lady Yoon.
Pelayan itu memohon ampun. Ia mengaku telah berbuat dosa tapi bayinya tidak bersalah. Ia memohon agar Lady Yoon memaafkannya. Lady Yoon berkata bahwa ia telah memberi tempat tinggal, baju, dan makanan untuk pelayan itu, tapi apa balasannya, ucap Lady Yoon.
Pelayan itu berkata bahwa ia tidak punya pilihan lain, dan Nyonya Yoon pasti mengerti dengan keadaannya. Nyonya Yoon tidak peduli. Ia memberi perintah pada ibu Dan Ji yang juga berada di sana untuk memberi minuman itu secara paksa.
"Nyonya!", ucap ibu Dan Ji.
"Kenapa? Apa kau bersimpati padanya karena kau pernah melalui hal ini juga?", tanya Lady Yoon pada ibu Dan Ji.
Ibu Dan Ji menjawab bukan begitu maksudnya. Pelayan wanita itu juga memohon agar Lady Yoon menyelamatkan hidupnya. Lady Yoon berkata bahwa pelayan itu tidak akan mati jika meminumnya, hanya anaknya saja yang akan mati. Ia memerintahkan ibu Dan Ji untuk memberikan minuman itu.
Dengan gemetar, ibu Dan Ji mengambil minuman dan memberikan pada pelayan wanita itu, "Yun Kyung...".
Yun Kyung masih bertahan dan bertanya pada ibu Dan Ji mengapa ia melakukan ini padanya. Ibu Dan Ji hanya mampu melihat ke arah Lady Yoon dengan pandangan memohon. Ia mencoba meminumkan ramuan itu lagi pada Yun Kyung.
Yun Kyung menepisnya hingga mangkuk minuman tersebut jatuh dan isinya tumpah. Ia berteriak pada Lady Yoon, "Apa tuan mengetahui apa yang anda lakukan?". Lady Yoon terkejut dengan ucapan Yun Kyung. Yun Kyung berkata bahwa bayi yang dikandungnya adalah anak tuan. Jadi Lady Yoon tidak bisa semena-mena memperlakukan anak itu. Lady Yoon sangat marah mendengar ucapan Yun Kyung.
"Ok Yi, apa kau sudah gila?", teriak ibu Dan Ji pada pelayan itu. (Ga ngerti tadi pelayan itu dipanggil dengan Yun Kyung, tapi sekarang jadi Ok Yi..)
Lady Yoon memanggil Moo Myeong yang sedang berjaga di luar. Ia memerintahkan Moo Myeong membawa Ok Yi pergi. Ia berkata karena Ok Yi tidak mau menggugurkan kandungannya, maka takdir Ok Yi adalah bersama anaknya. Ok Yi sangat terkejut mendengar perintah Lady Yoon. Ia memanggil-manggil tuan Menteri Pertahanan... Moo Myeong menyeretnya keluar dari sana.
Ibu Dan Ji terdiam melihat kepergian Ok Yi. Ia terkejut ketika Lady Yoon memanggilnya dan menyuruhnya untuk mengatakan bahwa Ok Yi sudah dikirim ke rumah keluarganya, apabila ada yang mencarinya. Ibu Dan Ji hanya mengangguk sedih.
Ok Yi dibawa ke suatu ruangan, sepertinya ruangan tersebut berada di bawah tanah. Badannya sudah diikat oleh Moo Myeong. Melihat Moo Myeong sedikit lengah, Ok Yi mendorong Moo Myeong dan berusaha lari menaiki tangga. Moo Myeong kemudian menarik/menyeret Ok Yi turun dari tangga. Ok Yi memohon ampun. Ia berkata bahwa ia sudah salah karena mencoba lari. Ia memohon agar diselamatkan.
Moo Myeong mengambil pisau dari atas meja. Kemudian terdengar teriakan dan darah yang mengalir di sungai dekat sebuah rumah di dalam hutan.
--
Eun Ki tiba di depan sebuah gerbang besar yang dijaga oleh beberapa penjaga. Ia bertanya pada seorang pria yang sudah menunggunya tentang kabar dari Penasihat Negara. Pria itu menjawab bahwa penasihat negara sekarang dipenjara. (Ah... sepertinya pria itu pelayan ayah In Yub).
Ia sudah keluar masuk membawakan makanan, tapi hari ini ia tidak diizinkan masuk. Dari tadi ia hanya berdiri di luar saja.
Eun Ki mencoba masuk melewati gerbang tapi ia ditahan oleh para penjaga. Para penjaga menanyakan identitasnya. Ia memperlihatkan nametag-nya dan memperknalkan diri sebagai Eun Ki, putra dari menteri Keuangan.
"Apa kau pikir raja mau menemui anak siapa saja yang mengaku mengikutinya?", tanya salah seorang penjaga.
Eun Ki menjelaskan bahwa Penasihat Kerajaan yang ditahan adalah ayah mertuanya. Sudah berbulan-bulan tidak ada kabar darinya. Jadi izinkan ia menemuinya.
Penjaga itu berkata tidakkah Eun Ki mendengar rumor bahwa semua kurir yang datang ke Ham Heung tidak akan kembali dengan selamat. Eun Ki menyerah. Ia mencari jalan masuk lain. Ia pergi memanjat tembok batu. Pelayan itu bertanya apa yang sebenarnya direncanakan oleh Eun Ki. "Anda akan berada dalam masalh besar", ucapnya.
Eun Ki menyuruh pelayan itu diam. Ia meminta pelayan itu untuk menunduk, ia akan melompat melewati pagar. Tiba-tiba para penjaga melihatnya dan berlari ke arah mereka. Eun Ki sudah berhasil masuk. Tinggallah pelayan itu terkepung, tidak tahu akan lari kemana. Pelayan itu mencoba melawan tapi ia hanya sendirian. Akhirnya ia tertangkap oleh penjaga.
--
Di dalam, ayah In Yub, Gook Yoo, masih diinterogasi oleh raja. Ia meminta agar raja berhenti bertentangan dengan anaknya. Raja kesal dengan ucapan Gook Yoo dan memerintahkan pengawalnya untuk membunuh Gook Yoo. Namun tiba-tiba pintu gerbang terbuka, dan Eun Ki menerobos masuk.
Ayah In Yub sangat terkejut melihat Eun Ki di sana. Eun Ki menghadap raja dan memohon agar raja tidak membunuh orang yang tidak bersalah.
Raja mendekati Eun Ki dan bertanya siapa Eun Ki, apakah Eun Ki kurir lain yang dikirim Bang Won.
Eun Ki berkata bahwa ia bukan seorang kurir. Ia bertindak atas nama kekasih yang dicintainya yang sekarang sedang menunggu kabar dari ayahnya. Ayah In Yub agak terkejut mendengar ucapan Eun Ki.
Raja berkata walaupun Bang Won menguasai delapan propinsi di negeri itu, tapi di tanah ini adalah miliknya, disini adalah kekuasaannya. "Kau mungkin bisa masuk dengan selamat, tapi kau tidak akan keluar hidup-hidup!".
"Ketika anda melepaskan rasa frustasi anda pada orang lain, tidak sadarkan anda bahwa orang itu mempunyai keluarga yang mencintainya?", tanya Eun Ki pada raja dengan berani.
Ayah In Yub mencoba untuk menyadarkan Eun Ki. Raja marah mendengar ucapan Eun Ki. Ia berkata dengan marah, ucapan Eun Ki malah mempercepat hukuman pada Gook Yoo. Lalu raja memerintahkan pengawalnya untuk segera membunuh Gook Yoo.
Si pengawal mengayunkan pedangnya ke arah Gook Yoo. Sementara di pintu gerbang, pelayan Gook Yoo melihatnya. Gook Yoo hanya bisa memejamkan kedua matanya.
--
Scene beralih ke sebuah rumah gisaeng. Hee Ah sedang memainkan alat musik didepan Menteri Pertahanan, Heo Eung Cham dan Menteri Keuangan, Kim Chi Kwon. Hee Ah memainkan alat musik sambil menatap ke arah Eun Cham.
Permainan musik selesai. Hee Ah bangkit dan duduk di dekat Eun Cham. Eung Cham memuji keahlian Hee Ah bermain musik. Ia berkata bahwa ternyata memang bukan rumor bahwa harta karun Seung Do sudah pindah ke Han Yang. Hee Ah mengucapkan terima kasih atas pujian Eung Cham.
Eung Cham bertanya apa alasan Hee Ah pindah dari kampung halamannya ke kota ini. Chi Kwon menambahkan bahwa biasanya seorang wanita pindah karena mengikuti seorang pria. Eung Cham bertanya apakah ada seseorang yang menjadi perhatian Hee Ah.
Hee Ah menjawab bahwa ia hanya menjalankan bisnis. Siapa yang dapat memberikannya uang paling banyak, itu yang menjadi perhatiannya.
"Jawaban yang bagus!", puji Eung Cham.
Hee Ah mengatakan bahwa ia lelah mendengar orang-orang yang mengeluhkan kegagalan mereka dalam ujian negara. Karena Han Yang adalah daerah baru, jadi ia berpikir bahwa banyak energi baru di sana, dan mungkin juga Han Yang berbeda dengan tempat yang lain. Oleh sebab itulah ia pindah ke sana.
Eung Cham dan Chi Kwon memuji Hee Ah. Hee Ah tersenyum tipis tapi sesaat wajahnya agak berubah.
Hee Ah mengantar Eung Cham yang akan pulang. Eung Cham terlihat mabuk. Moo Myeong yang menunggu di luar membantu tuannya naik ke tandu. Moo Myeong membungkuk pada Chi Kwon dan Hee Ah. Ia memandang Hee Ah sesaat. Begitu juga Hee Ah. Chi Kwon sepertinya memperhatikan mereka.
Sepeninggal rombongan Eung Cham, Chi Kwon berkata pada Hee Ah bahwa Moo Myeong memiliki keinginan besar pada banyak wanita dan juga mencurigakan. "Jika kau bertambah kuat, maka ia akan mulai mencurigaimu. Jangan menemuinya tanpa melaluiku. Walaupun kau bertemu tidak sengaja dengannya, jangan membuatnya curiga.
"Aku akan mencari tahu dengan caraku sendiri", jawab Hee Ah.
"Apa kau berkata bahwa kau percaya diri?", tanya Chi Kwon pada Hee Ah.
Hee Ah menjawab bahwa ini bukan bujukan, tapi ini adalah bisnis. Ia akan mampu menghitungnya.
"Ambil alih kediaman Heo Eung Cham!", perintah Chi Kwon pada Hee Ah. "Kau tak boleh terjebak dalam kenangan hubungan masa lalu yang tak berguna", nasihat Chi Kwon pada Hee Ah.
Hee Ah berjanji akan melupakan dan membuang semua masa lalunya. Ia mengatakan bahwa ia tidak memiliki perasaan apa pun sekarang. Ia meminta Chi Kwon untuk tidak khawatir.
Chi Kwon berkata bahwa ia tidak melihat perasaan yang tertinggal tapi ia melihat sebuah keserakahan untuk memiliki segalanya.
Hee Ah terkejut sesaat tapi kemudian ia tersenyum dan berkata, "Saya sudah merasa lebih dari cukup dengan apa yang anda berikan, tuan!".
Bersambung...
Post a Comment