[Sinopsis Remember Episode 5 Part 2]
Kdramastory - Persidangan Trial Kasus Kim Han Na yang kedua.
Pada jaksa Lee In Ah, Han Na mengakui semua ini adalah kesalahannya, ia terus memikirkan kejadian itu berulang kali dan merasa ingin mati saja. In Ah mencoba menyemangati Han Na, meminta Han Na tidak merasa melakukan kesalahan dan menegakkan kepalanya. Han Na mengatakan ia tidak tau masalah ini bisa menjadi seperti ini dan berada satu ruangan bersama 'orang itu' (Han Na melirik wapresdir Kang) membuatnya takut dan ngeri.
Jin Woo tersenyum samar.
Hakim menanyakan apakah Jin Woo ingin memberikan pertanyaan silang. Jin Woo mengatakan tidak, ia hanya ingin bertanya pada saksinya sendiri.
Saat saksi Jin Woo masuk, Han Na sempat terkejut melihatnya. Saksi Jin Woo memperkenalkan dirinya sebagai dosen di Sekolah Bisnis Administrasi di Universitas Seogyong dan pernah menjadi dosen Han Na.
Jin Woo bertanya, memastikan apakah waktu dulu Han Na juga pernah menuntut saksi dalam kasus pelecehan seksual. In Ah kaget dan lebih kaget saat saksi membenarkan pernyataan Jin Woo.
Lalu Jin Woo bertanya apakah saksi itu melalui sidang trial. Saksi itu menjawab tidak, saat ia memberikan Han Na uang, Han Na menarik kembali tuntutannya.
Han Na yang sudah gelisah sejak saksi itu masuk, langsung berdiri dan membantah dengan keras, mengatakan bahwa tidak ada kesepakatan seperti itu.
Jin Woo hanya tersenyum tipis dan kemudian memberikan bukti transfer uang dari saksi ke Han Na pada hakim.
In Ah langsung mengajukan keberatan karena Jin Woo membawa-bawa kejadian yang tidak ada hubungannya dengan sidang trial mereka.
Jin Woo membantah. Menurutnya, point penting yang ingin ia tunjukkan adalah Han Na pernah terlibat dalam kasus tuntutan pelecahan seksual sebelumnya.
Hakim mempersilahkan Jin Woo lanjut. Jin Woo kembali menanyakan pada saksi, apa sebenarnya hubungan antara saksi dan Han Na selain sebagai dosen dan mahasiswi.
Saksi mengatakan mereka adalah kekasih. Ruang sidang menjadi sedikit gaduh dan Dong Ho yang juga mengikuti jalannya persidangan, tersenyum.
"Jadi, anda mengatakan Kim Han Na menuntut kekasihnya sendiri sebagai pemerkosa?", Jin Woo memastikan pada saksi dan saksi membenarkan.
Han Na kembali membantah, kali ini ia berbicara, langsung tertuju pada saksi. "Kau menyembunyikan kenyataan dariku bahwa kau sudah menikah. Kau mempermainkanku!". Lalu Han Na mengadu pada hakim, "Hakim, saya mencintainya, tapi dia membohongi saya, oleh sebab itulah saya melaporkannya...".
Hakim meminta Han Na tenang.
Setelah Han Na duduk kembali, Jin Woo bertanya siapa yang meminta kesepekatan pertama kali. Saksi mengatakan Han Na, Han Na yang meminta uang.
Jin Woo terdiam sesaat dan kemudian berbicara pada hakim bahwa di dalam sidang trial ini, kehidupan seorang pria yang selama ini setia pada keluarga dan perusahaan dipertaruhkan. Karena kebohongan Kim Han Na yang pernah salah menggugat seorang pria di masa lalu, kehidupan seorang pria seharusnya tidak dihancurkan.
Dong Ho tersenyum, memuji Jin Woo yang sama sekali tidak buruk. Dong Ho juga memberikan applause diam-diam.
--
Setelah sidang trial selesai, In Ah langsung mendekati Jin Woo, bertanya kenapa Jin Woo mengambil trial ini. Apa Jin Woo tidak tau siapa pemilik Il Ho Life Insurance?
Dengan tenang Jin Woo mengatakan wapresdir Kang yang menunjuknya sebagai pengacara. Ia tidak punya alasan lain, bahkan walaupun kliennya melakukan kejahatn, tugasnya sebagai pengacara adalah memenangkan sidang trial.
Setelah mengatakan itu, Jin Woo langsung keluar dari ruang sidang.
In Ah berbicara dengan Han Na yang sedang menangis. Ia menyesal karena Han Na tidak menceritakan tentang kasus itu padanya. In Ah mengingatkan Han Na bahwa sidang trial ini sangat tergantung pada testimoni Han Na, jika mereka diserang seperti ini tanpa tau apa pun, maka akan sulit baginya untuk membantu Han Na.
Han Na tidak menyinggung kasus itu karena ia berpikir kasus itu sudah selesai, waktu itu pria itu memohon padanya bahwa jika ia dituduh melakukan pelecehan maka ia tidak akan pernah bisa mengajarkan lagi. Itulah mengapa ia menarik kembali tuntutannya.
Saat In Ah bertanya tentang uang kesepakatan, Han Na mengatakan itu bukan uang kesepakatan. Pria itu menyesal karena menyembunyikan kenyataan bahwa ia sudah berkeluarga dan mengirimkan uang padanya sebagai kompensasi.
--
Jin Woo bertemu diam-diam dengan saksi Han Na tadi di dalam mobilnya. Jin Woo memberikan sebuah map kuning pada pria itu. Pria itu membukanya dan ternyata isinya adalah dokumen bukti penggunaan lahan untuk judi ilegal oleh Cho Gun Won.
Gun Won (nama saksi tadi) kaget, bagaimana Jin Woo bisa mendapatkan informasi itu.
Jin Woo mengatakan 4 tahun lalu, ia sering berjudi ke sana dan ia bahkan masih ingat pakaian yang digunakan oleh Gun Won, tapi itu sudah tidak penting lagi sekarang. Jin Woo menyuruh Gun Won pergi dan berharap mereka tidak pernah bertemu lagi.
Tanpa bisa protes lagi, Gun Won keluar dari mobil.
Saat Jin Woo akan pergi, ia melihat Hong Do sudah menunggunya. Jin Woo keluar dari mobilnya dan menemui Hong Do.
Hong Do menyapa Jin Woo, mengomentari prestasi kemenangan Jin Woo yang mencapai 100%, menurutnya Jin Woo mirip sekali dengannya.
"Benarkah?", sahut Jin Woo dingin. Saat Dong Ho bertanya kenapa Jin Woo mengambil kasus ini, Jin Woo hanya mengatakan ia tertarik karena kasus ini adalah kasus pelecehan, jika seseorang bertemu dengan pengacara yang salah, maka hidupnya akan berakhir. Dan ia tidak akan melakukan itu untuk kliennya. Jin Woo menyindir Dong Ho.
Dong Ho tertawa kecil, menyuruh Jin Woo menyimpan komentar klisenya itu untuk kliennya saja. Menurutnya, jika Jin Woo menjadi pengacara demi ayahnya Jin Woo, Jin Woo harus menemukan pelaku yang sebenarnya terlebih dahulu. Dong Ho bertanya apa Jin Woo mengambil kasus ini untuk menangkap Gyu Man.
Jin Woo tidak mau menjawab, ia hanya mengatakan ia punya alasan lain. Kemudian Jin Woo masuk ke mobilnya dan pergi.
--
Jaksa Tak memuji In Ah yang makan sangat lahap. Ia mendengar In Ah kalah dipersidangan karena seorang pengacara yang masih muda. Jaksa Tak menyuruh In Ah datang ke restoran itu jika In Ah kalah dipersidangan lagi.
In Ah memandang jaksa Tak, merengut. Jaksa Tak mengumpamakan persidangan itu seperti pertandingan baseball, tidak penting siapa yang menang lebih dulu, yang penting menang di ronde terakhir. Ia meminta In Ah melupakan kekalahannya hari ini dan bersiap menghadapi sidang trial yang berikutnya saja, dengan begitu In Ah pasti akan bisa menang.
Mendengar nasehat dari seniornya itu, In Ah baru bersemangat dan tersenyum kembali.
Jaksa Tak mendapatkan telpon dari seseorang. Setelah menutup telponnya, jaksa Tak memberitahukan In Ah bahwa mereka harus menghadap seseorang. Saat In Ah bertanya siapa yang menelpon, jaksa Tak mengatakan kepala jaksa yang baru saja ditunjuk.
Saat melihat siapa sebenarnya orang yang dimaksud jaksa Tak, In Ah langsung terdiam. Karena orang tersebut adalah Jaksa Hong, jaksa yang menuntut ayah Seo sebagai pelaku pembunuhan dan pemerkosaan. In Ah tertegun dan tubuhnya gemetar. Jaksa Tak menegur In Ah yang masih diam dan belum memperkenalkan dirinya. In Ah baru sadar dan kemudian memperkenalkan dirinya.
Jaksa Hong mengajak jaksa Tak dan In Ah untuk makan bersama supaya lebih mengenal satu sama lain, tapi jaksa Tak menolak dengan halus, beralasan ia sibuk dan mereka bisa makan di lain waktu. Tapi jaksa Hong memaksa, ia mengajak jaksa Tak dan In Ah berkerja bersama dengan baik dan mengajak In Ah berjabat tangan. Dengan masih sedikit tertegun, In Ah terpaksa menyambut uluran tangan jaksa Hong.
Saat kembali ke ruangannya, In Ah sepertinya masih memikirkan sesuatu, entah itu pertemuannya dengan Jin Woo atau jaksa Hong. Lalu In Ah meminta asistennya untuk mencarikan contact info pengacara wapresdir Kang.
--
Jin Woo dan In Ah bertemu di sebuah kafe. In Ah menanyakan kabar Jin Woo, andai saja ia tau Jin Woo menjadi pengacara, ia pasti akan mencari Jin Woo. Tidak seperti In Ah yang senang bertemu kembali dengan Jin Woo, Jin Woo terlihat sedikit dingin. Ia merasa seharusnya mereka tidak saling bertemu karena pertemuan antara pengacara dan jaksa yang sedang berlawanan untuk membicaraan masalah pribadi itu terasa kurang nyaman.
Saat Jin Woo pamit pergi, In Ah langsung sedih, bertanya apa Jin Woo adalah orang yang pernah ia kenal. Jin Woo mendesah dan terpaksa mengurungkan niatnya untuk pergi. Ia bertanya apa In Ah masih ingat kata-kata yang pernah diucapkan In Ah dulu. Dulu In Ah pernah berkata, kebenaran akan menang melawan fakta. Jin Woo menggelengkan kepalanya, ia rasa ucapan In Ah itu tidak benar karena kebenaran itu relatif dan karena kebenaran itu relatif maka ia akan selalu berpegang pada kebenaran yang akan menang.
Jin Woo akan pergi, namun In Ah lagi-lagi menahan Jin Woo. Ia memberitahukan Jin Woo bahwa kepala jaksa yang baru ditunjuk adalah jaksa Hong dan alasan mengapa ia ingin bertemu dengan Jin Woo adalah karena ia ingin mengatakan sesuatu pada Jin Woo, selama empat tahun ini ia tidak pernah sedikit pun melupakan sidang trial ayah Jin Woo.
Jin Woo lagi-lagi menghela nafasnya dan pergi dari kafe.
--
Jin Woo pulang ke kantornya dan mengatakan pada Jae Ik bahwa setelah persidangan hari ini, jaksa pasti akan mencari bukti video rekaman kejadian pemerkosaan. Jae Ik dengan yakin mengatakan bahwa video semacam itu tidak ada karena black box di mobil wapresdir Kang rusak. Namun Jin Woo merasa jaksa pasti akan mencari rekaman dari mobil yang ada di disekitar mobil wapresdir Kang, jadi ia meminta Jae Ik untuk mencari informasi mobil-mobil yang keluar masuk di basement pada hari itu dan mencari kemungkinan adanya video rekaman kejadian.
Jae Ik awalnya keberatan karena membutuhkan waktu sedikit lama untuk mendapatkan video itu, tapi ia tidak bisa menolak desakan Manager Yoon dan terpaksa pergi.
Jin Woo masuk ke kamar rahasianya (sy menyebutkannya rahasia karena belum tau apa Jae Ik tau tentang ruangan ini atau tidak). Jin Woo memperhatikan catatan tentang Yeo Kyung, Manager Yoon yang ikut masuk ke ruangan itu berkomentar tentang Yeo Kyung yang merupakan adik Gyu Nam dan putri Tuan Nam yang manis.
Jin Woo merasa Yeo Kyung adalah jalan pintas baginya untuk bisa mendapatkan informasi dan mendekati Gyu Man lebih cepat namun walaupun begitu, ia tetap merasa perkembangannya sangat lambat sementara waktu yang dimilikinya sangatlah sempit.
--
Dong Ho datang ke rumah Tuan Nam dan sedikit kaget melihat Joo Il juga ada di sana. Tuan Nam bertanya pendapat Dong Ho, menurutnya apakah wapresdir Kang akan bisa menang dalam persidangan.
Dong Ho mengatakan ia tidak tau, masih ada dua persidangan lagi, namun ia yakin kejadiannya akan terbalik seandainya ada bukti yang jelas.
Tuan Nam merasa ia tidak bisa membiarkan Gyu Man ikut campur dalam masalah ini dan ia ingin Joo Il melakukan sesuatu supaya wapresdir Kang tidak menang di persidangan. Ia memerintahkan Joo Il melakukan apa yang sudah ia rencanakan dan menjelaskan rencana tersebut pada Dong Ho sehingga mereka dapat bekerja bersama-sama.
Saat di kedai minum, Dong Ho bertanya pada Joo Il, sejak kapan Ketua terlibat dalam kasus wapresdir Kang dan apakah insiden itu direncanakan sendiri oleh ketua. Joo Il merasa Ketua memang terlibat dari awal, karena Tuan Nam tidak pernah membiarkan apa pun akan menghalangi masa depan Gyu Man.
Dong Ho kesal sekaligus tidak percaya, Joo Il juga terlibat dalam rencana Ketua dan bahkan menyembunyikan rencana itu darinya.
Joo Il membela diri. Alasan ia menyembunyikan semua ini dari Dong Ho sama dengan alasan Ketua menyembunyikannya dari Gyu Man. Ketua tidak ingin membahayakan Gyu Man dan ia juga tidak ingin membahayakan Dong Ho, ia tidak sanggup melihat Dong Ho terluka. Dong Ho memejamkan matanya, kecewa pada Joo Il dan ingin tau rencana selanjutnya yang disebut oleh Ketua tadi. Dengan jujur, Joo Il mengatakan tentang bukti yang tidak dapat dibantahkan.
--
Jin Woo sedang mengawasi Yeo Kyung saat In Ah menelponnya. Jin Woo mengangkat telponnya dan dari cara In Ah berbicara, ia menduga In Ah pasti mabuk. In Ah membantah tapi tanpa menutup telponnya, ia memesan minuman lagi pada pemilik restoran. Jin Woo menutup telponnya dan wajahnya terlihat sedikit khawatir.
Sementara di restoran, In Ah yang sudah mabuk mengganggu sepasang kekasih yang sedang asik selfie, membuat si pacar marah dan mendekati In Ah. Untung saja tidak terjadi keributan karena Jin Woo datang dan meminta maaf pada pria itu.
In Ah curhat tentang sulitnya ia menjadi jaksa namun ia yakin Jin Woo pasti sangat mudah melewati ujiannya. Ia yakin untuk Jin Woo yang pintar dan dapat mengingat semuanya hanya dalam satu kali melihat, namun baginya tidak, ia harus mengulang membaca 10 kali bahkan hingga 30 kali. Ia yakin Jin Woo pasti akan mampu membela Il Ho Group. In Ah juga mengejek Jin Woo yang percaya kemenangan adalah kebenaran dan mirip seperti Park Dong Ho. Ia menyuruh Jin Woo meniru saja aksen Dong Ho.
Saat In Ah berdiri dan sempoyongan, Jin Woo mencoba membantu In Ah tapi In Ah menepis tangan Jin Woo dengan kasar dan bertanya apa Jin Woo tau kenapa ia menjadi jaksa. Jin Woo diam saja. In Ah mengatakan itu karena ia ingin menggantikan Jin Woo untuk membela ayah Jin Woo. Mata In Ah berkaca-kaca, menyesali kenapa sekarang mereka berdua malah saling bertengkar satu sama lain.
Jin Woo menatap In Ah yang tertidur sambil meneteskan air mata.
Malam itu, Jin Woo mengantar In Ah pulang sambil menggendong In Ah di punggungnya. Ia Ah bergumam, berterima kasih karena Jin Woo kembali.
Saat menutup toko, ibu In Ah melihat Jin Woo yang menggendong In Ah tapi ia tidak mengenali itu In Ah dan Jin Woo. Ibu memuji pria itu dapat diandalkan. Adik In Ah menyadari wanita yang digendong itu adalah kakaknya dan memberitahukan ayah.
Ayah dan ibu langsung mendekati Jin Woo dan ayah membantu memegangi In Ah. Jin Woo menyapa ayah In Ah dan kedua orang tua In Ah baru menyadari pria yang mengantarkan In Ah pulang adalah Jin Woo.
Setelah membantu ayah membawa In Ah ke kamarnya, Jin Woo berbicara dengan orang tua In Ah. Ayah sangat senang mendengar Jin Woo sekarang menjadi pengacara. Ibu juga senang karena Jin Woo menjalani hidupnya dengan baik. Ia memberitahukan Jin Woo, In Ah sekarang sudah menjadi jaksa.
Adik In Ah tidak begitu senang ibunya memuji kakaknya, sepertinya ibu memang sering memuji In Ah di depan orang lain.
Ayah bertanya tentang kesehatan ayah Jin Woo dan Jin Woo mengatakan ayahnya baik-baik saja. Ibu memberitahukan Jin Woo bahwa In Ah berubah setelah kasus ayahnya Jin Woo, berkat kasusnya ayah Jin Woo, In Ah menjadi jaksa.
Ayah menegur ibu yang berbicara seperti itu. Ibu tersenyum kecut, merasa bersalah.
Adik In Ah sudah selesai menghias pohon natal dan berteriak senang saat melihat lampu hias pohon natalnya menyala dengan indah. Jin Woo menatap pohon natal itu dan teringat natal yang dirayakannya bersama ayahnya dulu. Saat itu ayah menggoda dirinya karena di malam natal malam malah merayakannya berdua dengannya, seharusnya Jin Woo merayakan dengan pacarnya. Saat itu Jin Woo balik menggoda ayahnya, ia tidak ingin ayahnya merayakan sendirian. Ayah merangkul Jin Woo dan menggelitik Jin Woo, mengajak Jin Woo tidak lagi merayakan natal berdua saja tahun depan. Jin Woo tertawa dan mengajak ayahnya meniup lilin yang menyala di atas cake. Mereka berdua bertepuk tangan satelah meniup lilin dan saling mengucapkan selamat natal.
Jin Woo mendatangi kembali rumahnya dan hanya berdiri saja di depan pintu pagar. Jin Woo melihat banyak tumpukan surat di depan pintu pagar. Sambil menahan tangisnya, Jin Woo berjanji pada dirinya sendiri tidak akan masuk ke dalam rumah itu sampai ia bersama dengan ayahnya kembali. Jin Woo menggenggam erat-erat kalungnya.
Jin Woo mengunjungi ayahnya di penjara. Ayah tidak mengenali Jin Woo, ia memperkenalkan dirinya dan menebak Jin Woo pasti pengacara yang baru yang terlihat sangat muda, tidak seperti yang ia bayangkan.
Jin Woo mengambil kalungnya dan memperlihatkan cincin yang ada di kalungnya. Ia mengatakan cincin itu adalah cincin yang diberikan ayah saat ayah menyatakan perasaannya pada ibu. Ayah masih tidak mengenali cincin itu dan juga Jin Woo.
Jin Woo mulai menangis, meminta ayah melihatnya baik-baik, dia adalah Seo Jin Woo, putra ayah. Ayah melihat Jin Woo takut-takut dan langsung mengembalikan kalung itu dan mengatakan bahwa Jin Woo salah orang dan ia tidak punya seorang putra. Jin Woo hanya bisa menangis.
--
Sek. Ahn melaporkan pada Gyu Nam tentang profil Jin Woo. Ia mengatakan bahwa Jin Woo langsung mengambil ujian pengacara setelah keluar dari SMU dan Jin Woo adalah pengacara termuda yang ada di Korea, usianya masih 22 tahun. Setelah satu tahun mendapatkan izin pengacara, Jin Woo langsung membuka praktek dan terlihat berhasil. Ada satu kelebihannya, ia memiliki ingatan yang baik, tambah Sek. Ahn.
Gyu Man tersenyum tipis, tidak percaya dengan ucapan Sek. Ahn. Sek. Ahn meyakinkan Gyu Man bahwa ingatan Jin Woo bukan sembarangan, Jin Woo mampu mengingat apa pun yang dilihatnya hingga sampai ke detailnya. Berkat ingatannya itu, Jin Woo berhasil menjadi pengacara di usia yang sangat muda.
Gyu Man mengelus alisnya. Sek. Ahn menambahkan, ia mendengar dari rumor bahwa Jin Woo sedang mempersiapkan sidang trial ulang untuk kasus pembunuhan siswi Seochon College dan mulai menemui orang-orang yang berhubungan dengan kasus itu.
Gyu Man bertanya tentang Tuan Seo, ia mendengar Tuan Seo menderita alzeihmer. Sek. Ahn meminta Gyu Man tidak khawatir karena Tuan Seo bahkan tidak mengenali putranya sendiri.
Gyu Man tersenyum tipis, ia merasa terganggu dengan kenyataan bahwa Tuan Seo tidak mengingat sedikit pun sementara putranya bisa mengingat segalanya. Gyu Man mengambil dokumen profil Jin Woo, merobek-robeknya hingga kecil dan meremasnya. Ia kesal karena selalu saja ada lalat yang mengganggu banyak orang di menit-menit terakhir dan walaupun lalat itu dibiarkan, lalat itu akan mati dengan sendirinya. Gyu Man melempar kertas-kertas itu ke meja.
--
Dong Ho menatap uang 50.000 won, kontrak antara dirinya dan Jin Woo saat Sek. Byun masuk. Ia memberi perintah pada Sek. Byun untuk mengawasi Jin Woo sampai persidangan trial selesai.
--
Jin Woo berada di sebuah galeri dan sedang menatap sebuah lukisan. Tak jauh darinya, Yeo Kyung sedang berbicara dengan dua orang wanita. Mereka memuji Yeo Kyung yang sudah sibuk bekerja tapi masih sempat melukis, bahkan salah satu dari mereka ingin membeli lukisan Yeo Kyung. Yeo Kyung yang sedari tadi melirik ke arah Jin Woo, minta izin dari kedua wanita itu dan mendekati Jin Woo, menyapa Jin Woo yang sudah menatap lukisan itu cukup lama.
Jin Woo mengatakan ia tertarik dengan dalamnya kesedihan dalam warna biru di dalam lukisan itu. Jin Woo menceritakan tentang Chagall pada Yeo Kyung. Chagall mengatakan 'Sepanjang hidupku, dialah lukisanku' saat wanita yang dicintainya meninggal dunia dan dalam kesedihannya, Chagal sering menggunakan warna biru. Yeo Kyung menatap Jin Woo dengan ekspresi tertarik.
Saat Yeo Kyung mengantarnya ke depan galeri, Jin Woo mengatakan bahwa ia sangat menikmati lukisan Yeo Kyung. Yeo Kyung mengucapkan terima kasih dan mengatakan akan bertemu dengan Jin Woo lagi.
Dong Ho yang sudah menunggu Jin Woo keluar dari dari mobilnya dan berdiri di depan Jin Woo. Ia bertanya sejak kapan Jin Woo dan Yeo Kyung saling mengenal satu sama lain, jika Gyu Man tau tentang hal ini, ia yakin Gyu Man akan pingsan karena shock.
Jin Woo tidak menjawab dan berjalan, melewati Dong Ho. Jin Woo terpaksa menghentikan langkahnya saat Dong Ho kembali berbicara, mengatakan bahwa ia tau alasan kenapa Jin Woo mengambil kasus wapresdir Kang. wapresdir Kang sudah lama mengelola keuangan Nam Il Ho dan orang yang memegang keuangan pasti mengetahui banyak rahasia, baik itu di perusahaan yang besar maupun yang kecil. Dan ia yakin Jin Woo pasti sudah bertanya pada wapresdir Kang tentang pembukuan dana ilegal.
"Kenapa? Apa kau takut? Setelah Nam Gyu Man, kau berikutnya", ancam Jin Woo.
Dong Ho hanya tersenyum dan mengatakan ia selalu berpikir kontrak mereka masih berlaku dan ia tulus pada Jin Woo. Dong Ho mendekati Jin Woo, memperingatkan Jin Woo untuk tidak melewati batas lagi.
Namun Jin Woo tidak percaya, ia mengatakan kontrak mereka sudah berakhir dan ia sangat menyesal sudah mempercayai Dong Ho. Saat Jin Woo pergi, wajah Dong Ho terlihat sedih.
Beersambung...
[Sinopsis Remember Episode 6 Part 2]
Note : All images credit to SBS
Sinopsis Remember Episode 6 Part 1
![]() |
Credit : SBS |
Pada jaksa Lee In Ah, Han Na mengakui semua ini adalah kesalahannya, ia terus memikirkan kejadian itu berulang kali dan merasa ingin mati saja. In Ah mencoba menyemangati Han Na, meminta Han Na tidak merasa melakukan kesalahan dan menegakkan kepalanya. Han Na mengatakan ia tidak tau masalah ini bisa menjadi seperti ini dan berada satu ruangan bersama 'orang itu' (Han Na melirik wapresdir Kang) membuatnya takut dan ngeri.
Jin Woo tersenyum samar.
Hakim menanyakan apakah Jin Woo ingin memberikan pertanyaan silang. Jin Woo mengatakan tidak, ia hanya ingin bertanya pada saksinya sendiri.
Saat saksi Jin Woo masuk, Han Na sempat terkejut melihatnya. Saksi Jin Woo memperkenalkan dirinya sebagai dosen di Sekolah Bisnis Administrasi di Universitas Seogyong dan pernah menjadi dosen Han Na.
Jin Woo bertanya, memastikan apakah waktu dulu Han Na juga pernah menuntut saksi dalam kasus pelecehan seksual. In Ah kaget dan lebih kaget saat saksi membenarkan pernyataan Jin Woo.
Lalu Jin Woo bertanya apakah saksi itu melalui sidang trial. Saksi itu menjawab tidak, saat ia memberikan Han Na uang, Han Na menarik kembali tuntutannya.
Han Na yang sudah gelisah sejak saksi itu masuk, langsung berdiri dan membantah dengan keras, mengatakan bahwa tidak ada kesepakatan seperti itu.
Jin Woo hanya tersenyum tipis dan kemudian memberikan bukti transfer uang dari saksi ke Han Na pada hakim.
In Ah langsung mengajukan keberatan karena Jin Woo membawa-bawa kejadian yang tidak ada hubungannya dengan sidang trial mereka.
Jin Woo membantah. Menurutnya, point penting yang ingin ia tunjukkan adalah Han Na pernah terlibat dalam kasus tuntutan pelecahan seksual sebelumnya.
Hakim mempersilahkan Jin Woo lanjut. Jin Woo kembali menanyakan pada saksi, apa sebenarnya hubungan antara saksi dan Han Na selain sebagai dosen dan mahasiswi.
Saksi mengatakan mereka adalah kekasih. Ruang sidang menjadi sedikit gaduh dan Dong Ho yang juga mengikuti jalannya persidangan, tersenyum.
"Jadi, anda mengatakan Kim Han Na menuntut kekasihnya sendiri sebagai pemerkosa?", Jin Woo memastikan pada saksi dan saksi membenarkan.
Han Na kembali membantah, kali ini ia berbicara, langsung tertuju pada saksi. "Kau menyembunyikan kenyataan dariku bahwa kau sudah menikah. Kau mempermainkanku!". Lalu Han Na mengadu pada hakim, "Hakim, saya mencintainya, tapi dia membohongi saya, oleh sebab itulah saya melaporkannya...".
Hakim meminta Han Na tenang.
Setelah Han Na duduk kembali, Jin Woo bertanya siapa yang meminta kesepekatan pertama kali. Saksi mengatakan Han Na, Han Na yang meminta uang.
Jin Woo terdiam sesaat dan kemudian berbicara pada hakim bahwa di dalam sidang trial ini, kehidupan seorang pria yang selama ini setia pada keluarga dan perusahaan dipertaruhkan. Karena kebohongan Kim Han Na yang pernah salah menggugat seorang pria di masa lalu, kehidupan seorang pria seharusnya tidak dihancurkan.
Dong Ho tersenyum, memuji Jin Woo yang sama sekali tidak buruk. Dong Ho juga memberikan applause diam-diam.
--
Setelah sidang trial selesai, In Ah langsung mendekati Jin Woo, bertanya kenapa Jin Woo mengambil trial ini. Apa Jin Woo tidak tau siapa pemilik Il Ho Life Insurance?
Dengan tenang Jin Woo mengatakan wapresdir Kang yang menunjuknya sebagai pengacara. Ia tidak punya alasan lain, bahkan walaupun kliennya melakukan kejahatn, tugasnya sebagai pengacara adalah memenangkan sidang trial.
Setelah mengatakan itu, Jin Woo langsung keluar dari ruang sidang.
In Ah berbicara dengan Han Na yang sedang menangis. Ia menyesal karena Han Na tidak menceritakan tentang kasus itu padanya. In Ah mengingatkan Han Na bahwa sidang trial ini sangat tergantung pada testimoni Han Na, jika mereka diserang seperti ini tanpa tau apa pun, maka akan sulit baginya untuk membantu Han Na.
Han Na tidak menyinggung kasus itu karena ia berpikir kasus itu sudah selesai, waktu itu pria itu memohon padanya bahwa jika ia dituduh melakukan pelecehan maka ia tidak akan pernah bisa mengajarkan lagi. Itulah mengapa ia menarik kembali tuntutannya.
Saat In Ah bertanya tentang uang kesepakatan, Han Na mengatakan itu bukan uang kesepakatan. Pria itu menyesal karena menyembunyikan kenyataan bahwa ia sudah berkeluarga dan mengirimkan uang padanya sebagai kompensasi.
--
Jin Woo bertemu diam-diam dengan saksi Han Na tadi di dalam mobilnya. Jin Woo memberikan sebuah map kuning pada pria itu. Pria itu membukanya dan ternyata isinya adalah dokumen bukti penggunaan lahan untuk judi ilegal oleh Cho Gun Won.
Gun Won (nama saksi tadi) kaget, bagaimana Jin Woo bisa mendapatkan informasi itu.
Jin Woo mengatakan 4 tahun lalu, ia sering berjudi ke sana dan ia bahkan masih ingat pakaian yang digunakan oleh Gun Won, tapi itu sudah tidak penting lagi sekarang. Jin Woo menyuruh Gun Won pergi dan berharap mereka tidak pernah bertemu lagi.
Tanpa bisa protes lagi, Gun Won keluar dari mobil.
Saat Jin Woo akan pergi, ia melihat Hong Do sudah menunggunya. Jin Woo keluar dari mobilnya dan menemui Hong Do.
Hong Do menyapa Jin Woo, mengomentari prestasi kemenangan Jin Woo yang mencapai 100%, menurutnya Jin Woo mirip sekali dengannya.
"Benarkah?", sahut Jin Woo dingin. Saat Dong Ho bertanya kenapa Jin Woo mengambil kasus ini, Jin Woo hanya mengatakan ia tertarik karena kasus ini adalah kasus pelecehan, jika seseorang bertemu dengan pengacara yang salah, maka hidupnya akan berakhir. Dan ia tidak akan melakukan itu untuk kliennya. Jin Woo menyindir Dong Ho.
Dong Ho tertawa kecil, menyuruh Jin Woo menyimpan komentar klisenya itu untuk kliennya saja. Menurutnya, jika Jin Woo menjadi pengacara demi ayahnya Jin Woo, Jin Woo harus menemukan pelaku yang sebenarnya terlebih dahulu. Dong Ho bertanya apa Jin Woo mengambil kasus ini untuk menangkap Gyu Man.
Jin Woo tidak mau menjawab, ia hanya mengatakan ia punya alasan lain. Kemudian Jin Woo masuk ke mobilnya dan pergi.
--
Jaksa Tak memuji In Ah yang makan sangat lahap. Ia mendengar In Ah kalah dipersidangan karena seorang pengacara yang masih muda. Jaksa Tak menyuruh In Ah datang ke restoran itu jika In Ah kalah dipersidangan lagi.
In Ah memandang jaksa Tak, merengut. Jaksa Tak mengumpamakan persidangan itu seperti pertandingan baseball, tidak penting siapa yang menang lebih dulu, yang penting menang di ronde terakhir. Ia meminta In Ah melupakan kekalahannya hari ini dan bersiap menghadapi sidang trial yang berikutnya saja, dengan begitu In Ah pasti akan bisa menang.
Mendengar nasehat dari seniornya itu, In Ah baru bersemangat dan tersenyum kembali.
Jaksa Tak mendapatkan telpon dari seseorang. Setelah menutup telponnya, jaksa Tak memberitahukan In Ah bahwa mereka harus menghadap seseorang. Saat In Ah bertanya siapa yang menelpon, jaksa Tak mengatakan kepala jaksa yang baru saja ditunjuk.
Saat melihat siapa sebenarnya orang yang dimaksud jaksa Tak, In Ah langsung terdiam. Karena orang tersebut adalah Jaksa Hong, jaksa yang menuntut ayah Seo sebagai pelaku pembunuhan dan pemerkosaan. In Ah tertegun dan tubuhnya gemetar. Jaksa Tak menegur In Ah yang masih diam dan belum memperkenalkan dirinya. In Ah baru sadar dan kemudian memperkenalkan dirinya.
Jaksa Hong mengajak jaksa Tak dan In Ah untuk makan bersama supaya lebih mengenal satu sama lain, tapi jaksa Tak menolak dengan halus, beralasan ia sibuk dan mereka bisa makan di lain waktu. Tapi jaksa Hong memaksa, ia mengajak jaksa Tak dan In Ah berkerja bersama dengan baik dan mengajak In Ah berjabat tangan. Dengan masih sedikit tertegun, In Ah terpaksa menyambut uluran tangan jaksa Hong.
Saat kembali ke ruangannya, In Ah sepertinya masih memikirkan sesuatu, entah itu pertemuannya dengan Jin Woo atau jaksa Hong. Lalu In Ah meminta asistennya untuk mencarikan contact info pengacara wapresdir Kang.
--
Jin Woo dan In Ah bertemu di sebuah kafe. In Ah menanyakan kabar Jin Woo, andai saja ia tau Jin Woo menjadi pengacara, ia pasti akan mencari Jin Woo. Tidak seperti In Ah yang senang bertemu kembali dengan Jin Woo, Jin Woo terlihat sedikit dingin. Ia merasa seharusnya mereka tidak saling bertemu karena pertemuan antara pengacara dan jaksa yang sedang berlawanan untuk membicaraan masalah pribadi itu terasa kurang nyaman.
Saat Jin Woo pamit pergi, In Ah langsung sedih, bertanya apa Jin Woo adalah orang yang pernah ia kenal. Jin Woo mendesah dan terpaksa mengurungkan niatnya untuk pergi. Ia bertanya apa In Ah masih ingat kata-kata yang pernah diucapkan In Ah dulu. Dulu In Ah pernah berkata, kebenaran akan menang melawan fakta. Jin Woo menggelengkan kepalanya, ia rasa ucapan In Ah itu tidak benar karena kebenaran itu relatif dan karena kebenaran itu relatif maka ia akan selalu berpegang pada kebenaran yang akan menang.
Jin Woo akan pergi, namun In Ah lagi-lagi menahan Jin Woo. Ia memberitahukan Jin Woo bahwa kepala jaksa yang baru ditunjuk adalah jaksa Hong dan alasan mengapa ia ingin bertemu dengan Jin Woo adalah karena ia ingin mengatakan sesuatu pada Jin Woo, selama empat tahun ini ia tidak pernah sedikit pun melupakan sidang trial ayah Jin Woo.
Jin Woo lagi-lagi menghela nafasnya dan pergi dari kafe.
--
Jin Woo pulang ke kantornya dan mengatakan pada Jae Ik bahwa setelah persidangan hari ini, jaksa pasti akan mencari bukti video rekaman kejadian pemerkosaan. Jae Ik dengan yakin mengatakan bahwa video semacam itu tidak ada karena black box di mobil wapresdir Kang rusak. Namun Jin Woo merasa jaksa pasti akan mencari rekaman dari mobil yang ada di disekitar mobil wapresdir Kang, jadi ia meminta Jae Ik untuk mencari informasi mobil-mobil yang keluar masuk di basement pada hari itu dan mencari kemungkinan adanya video rekaman kejadian.
Jae Ik awalnya keberatan karena membutuhkan waktu sedikit lama untuk mendapatkan video itu, tapi ia tidak bisa menolak desakan Manager Yoon dan terpaksa pergi.
Jin Woo masuk ke kamar rahasianya (sy menyebutkannya rahasia karena belum tau apa Jae Ik tau tentang ruangan ini atau tidak). Jin Woo memperhatikan catatan tentang Yeo Kyung, Manager Yoon yang ikut masuk ke ruangan itu berkomentar tentang Yeo Kyung yang merupakan adik Gyu Nam dan putri Tuan Nam yang manis.
Jin Woo merasa Yeo Kyung adalah jalan pintas baginya untuk bisa mendapatkan informasi dan mendekati Gyu Man lebih cepat namun walaupun begitu, ia tetap merasa perkembangannya sangat lambat sementara waktu yang dimilikinya sangatlah sempit.
--
Dong Ho datang ke rumah Tuan Nam dan sedikit kaget melihat Joo Il juga ada di sana. Tuan Nam bertanya pendapat Dong Ho, menurutnya apakah wapresdir Kang akan bisa menang dalam persidangan.
Dong Ho mengatakan ia tidak tau, masih ada dua persidangan lagi, namun ia yakin kejadiannya akan terbalik seandainya ada bukti yang jelas.
Tuan Nam merasa ia tidak bisa membiarkan Gyu Man ikut campur dalam masalah ini dan ia ingin Joo Il melakukan sesuatu supaya wapresdir Kang tidak menang di persidangan. Ia memerintahkan Joo Il melakukan apa yang sudah ia rencanakan dan menjelaskan rencana tersebut pada Dong Ho sehingga mereka dapat bekerja bersama-sama.
Saat di kedai minum, Dong Ho bertanya pada Joo Il, sejak kapan Ketua terlibat dalam kasus wapresdir Kang dan apakah insiden itu direncanakan sendiri oleh ketua. Joo Il merasa Ketua memang terlibat dari awal, karena Tuan Nam tidak pernah membiarkan apa pun akan menghalangi masa depan Gyu Man.
Dong Ho kesal sekaligus tidak percaya, Joo Il juga terlibat dalam rencana Ketua dan bahkan menyembunyikan rencana itu darinya.
Joo Il membela diri. Alasan ia menyembunyikan semua ini dari Dong Ho sama dengan alasan Ketua menyembunyikannya dari Gyu Man. Ketua tidak ingin membahayakan Gyu Man dan ia juga tidak ingin membahayakan Dong Ho, ia tidak sanggup melihat Dong Ho terluka. Dong Ho memejamkan matanya, kecewa pada Joo Il dan ingin tau rencana selanjutnya yang disebut oleh Ketua tadi. Dengan jujur, Joo Il mengatakan tentang bukti yang tidak dapat dibantahkan.
--
Jin Woo sedang mengawasi Yeo Kyung saat In Ah menelponnya. Jin Woo mengangkat telponnya dan dari cara In Ah berbicara, ia menduga In Ah pasti mabuk. In Ah membantah tapi tanpa menutup telponnya, ia memesan minuman lagi pada pemilik restoran. Jin Woo menutup telponnya dan wajahnya terlihat sedikit khawatir.
Sementara di restoran, In Ah yang sudah mabuk mengganggu sepasang kekasih yang sedang asik selfie, membuat si pacar marah dan mendekati In Ah. Untung saja tidak terjadi keributan karena Jin Woo datang dan meminta maaf pada pria itu.
In Ah curhat tentang sulitnya ia menjadi jaksa namun ia yakin Jin Woo pasti sangat mudah melewati ujiannya. Ia yakin untuk Jin Woo yang pintar dan dapat mengingat semuanya hanya dalam satu kali melihat, namun baginya tidak, ia harus mengulang membaca 10 kali bahkan hingga 30 kali. Ia yakin Jin Woo pasti akan mampu membela Il Ho Group. In Ah juga mengejek Jin Woo yang percaya kemenangan adalah kebenaran dan mirip seperti Park Dong Ho. Ia menyuruh Jin Woo meniru saja aksen Dong Ho.
Saat In Ah berdiri dan sempoyongan, Jin Woo mencoba membantu In Ah tapi In Ah menepis tangan Jin Woo dengan kasar dan bertanya apa Jin Woo tau kenapa ia menjadi jaksa. Jin Woo diam saja. In Ah mengatakan itu karena ia ingin menggantikan Jin Woo untuk membela ayah Jin Woo. Mata In Ah berkaca-kaca, menyesali kenapa sekarang mereka berdua malah saling bertengkar satu sama lain.
Jin Woo menatap In Ah yang tertidur sambil meneteskan air mata.
Malam itu, Jin Woo mengantar In Ah pulang sambil menggendong In Ah di punggungnya. Ia Ah bergumam, berterima kasih karena Jin Woo kembali.
Saat menutup toko, ibu In Ah melihat Jin Woo yang menggendong In Ah tapi ia tidak mengenali itu In Ah dan Jin Woo. Ibu memuji pria itu dapat diandalkan. Adik In Ah menyadari wanita yang digendong itu adalah kakaknya dan memberitahukan ayah.
Ayah dan ibu langsung mendekati Jin Woo dan ayah membantu memegangi In Ah. Jin Woo menyapa ayah In Ah dan kedua orang tua In Ah baru menyadari pria yang mengantarkan In Ah pulang adalah Jin Woo.
Setelah membantu ayah membawa In Ah ke kamarnya, Jin Woo berbicara dengan orang tua In Ah. Ayah sangat senang mendengar Jin Woo sekarang menjadi pengacara. Ibu juga senang karena Jin Woo menjalani hidupnya dengan baik. Ia memberitahukan Jin Woo, In Ah sekarang sudah menjadi jaksa.
Adik In Ah tidak begitu senang ibunya memuji kakaknya, sepertinya ibu memang sering memuji In Ah di depan orang lain.
Ayah bertanya tentang kesehatan ayah Jin Woo dan Jin Woo mengatakan ayahnya baik-baik saja. Ibu memberitahukan Jin Woo bahwa In Ah berubah setelah kasus ayahnya Jin Woo, berkat kasusnya ayah Jin Woo, In Ah menjadi jaksa.
Ayah menegur ibu yang berbicara seperti itu. Ibu tersenyum kecut, merasa bersalah.
Adik In Ah sudah selesai menghias pohon natal dan berteriak senang saat melihat lampu hias pohon natalnya menyala dengan indah. Jin Woo menatap pohon natal itu dan teringat natal yang dirayakannya bersama ayahnya dulu. Saat itu ayah menggoda dirinya karena di malam natal malam malah merayakannya berdua dengannya, seharusnya Jin Woo merayakan dengan pacarnya. Saat itu Jin Woo balik menggoda ayahnya, ia tidak ingin ayahnya merayakan sendirian. Ayah merangkul Jin Woo dan menggelitik Jin Woo, mengajak Jin Woo tidak lagi merayakan natal berdua saja tahun depan. Jin Woo tertawa dan mengajak ayahnya meniup lilin yang menyala di atas cake. Mereka berdua bertepuk tangan satelah meniup lilin dan saling mengucapkan selamat natal.
Jin Woo mendatangi kembali rumahnya dan hanya berdiri saja di depan pintu pagar. Jin Woo melihat banyak tumpukan surat di depan pintu pagar. Sambil menahan tangisnya, Jin Woo berjanji pada dirinya sendiri tidak akan masuk ke dalam rumah itu sampai ia bersama dengan ayahnya kembali. Jin Woo menggenggam erat-erat kalungnya.
Jin Woo mengunjungi ayahnya di penjara. Ayah tidak mengenali Jin Woo, ia memperkenalkan dirinya dan menebak Jin Woo pasti pengacara yang baru yang terlihat sangat muda, tidak seperti yang ia bayangkan.
Jin Woo mengambil kalungnya dan memperlihatkan cincin yang ada di kalungnya. Ia mengatakan cincin itu adalah cincin yang diberikan ayah saat ayah menyatakan perasaannya pada ibu. Ayah masih tidak mengenali cincin itu dan juga Jin Woo.
Jin Woo mulai menangis, meminta ayah melihatnya baik-baik, dia adalah Seo Jin Woo, putra ayah. Ayah melihat Jin Woo takut-takut dan langsung mengembalikan kalung itu dan mengatakan bahwa Jin Woo salah orang dan ia tidak punya seorang putra. Jin Woo hanya bisa menangis.
--
Sek. Ahn melaporkan pada Gyu Nam tentang profil Jin Woo. Ia mengatakan bahwa Jin Woo langsung mengambil ujian pengacara setelah keluar dari SMU dan Jin Woo adalah pengacara termuda yang ada di Korea, usianya masih 22 tahun. Setelah satu tahun mendapatkan izin pengacara, Jin Woo langsung membuka praktek dan terlihat berhasil. Ada satu kelebihannya, ia memiliki ingatan yang baik, tambah Sek. Ahn.
Gyu Man tersenyum tipis, tidak percaya dengan ucapan Sek. Ahn. Sek. Ahn meyakinkan Gyu Man bahwa ingatan Jin Woo bukan sembarangan, Jin Woo mampu mengingat apa pun yang dilihatnya hingga sampai ke detailnya. Berkat ingatannya itu, Jin Woo berhasil menjadi pengacara di usia yang sangat muda.
Gyu Man mengelus alisnya. Sek. Ahn menambahkan, ia mendengar dari rumor bahwa Jin Woo sedang mempersiapkan sidang trial ulang untuk kasus pembunuhan siswi Seochon College dan mulai menemui orang-orang yang berhubungan dengan kasus itu.
Gyu Man bertanya tentang Tuan Seo, ia mendengar Tuan Seo menderita alzeihmer. Sek. Ahn meminta Gyu Man tidak khawatir karena Tuan Seo bahkan tidak mengenali putranya sendiri.
Gyu Man tersenyum tipis, ia merasa terganggu dengan kenyataan bahwa Tuan Seo tidak mengingat sedikit pun sementara putranya bisa mengingat segalanya. Gyu Man mengambil dokumen profil Jin Woo, merobek-robeknya hingga kecil dan meremasnya. Ia kesal karena selalu saja ada lalat yang mengganggu banyak orang di menit-menit terakhir dan walaupun lalat itu dibiarkan, lalat itu akan mati dengan sendirinya. Gyu Man melempar kertas-kertas itu ke meja.
--
Dong Ho menatap uang 50.000 won, kontrak antara dirinya dan Jin Woo saat Sek. Byun masuk. Ia memberi perintah pada Sek. Byun untuk mengawasi Jin Woo sampai persidangan trial selesai.
--
Jin Woo berada di sebuah galeri dan sedang menatap sebuah lukisan. Tak jauh darinya, Yeo Kyung sedang berbicara dengan dua orang wanita. Mereka memuji Yeo Kyung yang sudah sibuk bekerja tapi masih sempat melukis, bahkan salah satu dari mereka ingin membeli lukisan Yeo Kyung. Yeo Kyung yang sedari tadi melirik ke arah Jin Woo, minta izin dari kedua wanita itu dan mendekati Jin Woo, menyapa Jin Woo yang sudah menatap lukisan itu cukup lama.
Jin Woo mengatakan ia tertarik dengan dalamnya kesedihan dalam warna biru di dalam lukisan itu. Jin Woo menceritakan tentang Chagall pada Yeo Kyung. Chagall mengatakan 'Sepanjang hidupku, dialah lukisanku' saat wanita yang dicintainya meninggal dunia dan dalam kesedihannya, Chagal sering menggunakan warna biru. Yeo Kyung menatap Jin Woo dengan ekspresi tertarik.
Saat Yeo Kyung mengantarnya ke depan galeri, Jin Woo mengatakan bahwa ia sangat menikmati lukisan Yeo Kyung. Yeo Kyung mengucapkan terima kasih dan mengatakan akan bertemu dengan Jin Woo lagi.
Dong Ho yang sudah menunggu Jin Woo keluar dari dari mobilnya dan berdiri di depan Jin Woo. Ia bertanya sejak kapan Jin Woo dan Yeo Kyung saling mengenal satu sama lain, jika Gyu Man tau tentang hal ini, ia yakin Gyu Man akan pingsan karena shock.
Jin Woo tidak menjawab dan berjalan, melewati Dong Ho. Jin Woo terpaksa menghentikan langkahnya saat Dong Ho kembali berbicara, mengatakan bahwa ia tau alasan kenapa Jin Woo mengambil kasus wapresdir Kang. wapresdir Kang sudah lama mengelola keuangan Nam Il Ho dan orang yang memegang keuangan pasti mengetahui banyak rahasia, baik itu di perusahaan yang besar maupun yang kecil. Dan ia yakin Jin Woo pasti sudah bertanya pada wapresdir Kang tentang pembukuan dana ilegal.
"Kenapa? Apa kau takut? Setelah Nam Gyu Man, kau berikutnya", ancam Jin Woo.
Dong Ho hanya tersenyum dan mengatakan ia selalu berpikir kontrak mereka masih berlaku dan ia tulus pada Jin Woo. Dong Ho mendekati Jin Woo, memperingatkan Jin Woo untuk tidak melewati batas lagi.
Namun Jin Woo tidak percaya, ia mengatakan kontrak mereka sudah berakhir dan ia sangat menyesal sudah mempercayai Dong Ho. Saat Jin Woo pergi, wajah Dong Ho terlihat sedih.
Beersambung...
[Sinopsis Remember Episode 6 Part 2]
Note : All images credit to SBS
Post a Comment