Sinopsis Remember Episode 4 Part 1

[Sinopsis Remember Episode 3 Part 2]

Sinopsis Remember Episode 4 Part 1

Sinopsis Remember Episode 4 Part 1
Credit : SBS
Kdramastory - Setelah hanya mendapatkan jawaban pendek dari Dong Ho, Jin Woo mencoba menelpon Dong Ho lagi. Tapi ternyata Dong Ho sudah mematikan ponselnya.


Tuan Nam mengatakan ia akan membantu Dong Ho jadi ia minta Dong Ho membantunya juga. Dong Ho tersenyum, ia merasa Tuan Nam ingin berhubungan dengannya. Namun Tuan Nam merasa tidak seperti itu, Dong Ho lah yang langsung mengambil kesempatan ingin menemuinya saat ia menelpon Dong Ho. Dong Ho mengatakan ia datang untuk membujuk Tuan Nam, tapi Tuan Nam malah menganggap sebaliknya, Dong Ho datang untuk dibujuk olehnya.

--

Gyu Man sedang di dalam mobilnya, kali ini ia hanya berdua Sek. Ahn. Sek. Ahn melirik Gyu Man melalui kaca spion depan, ia melihat Gyu Man sedang sibuk dengan pikirannya sendiri.

"Kau pikir aku takut dengan persidangan trial? Jika ayahku tidak mengakuiku, itu baru lebih buruk daripada eksekusi. Karena aku penerus perusahaan, ia mengatakan berkali-kali supaya aku tetap merendah. Kematian Oh Jung Ah itu benar-benar nasib buruk", omel Gyu Man kesal.

Dengan takut-takut Sek. Ahn mengatakan bahwa sebenarnya Tuan Nam sudah tau masalah itu karena ia sudah melaporkannya. Menurut pendapat Sek. Ahn, masalah Jung Ah ini sudah diluar kendalilnya.

Gyu Man kaget menatap Sek. Ahn marah dan menyuruh Sek. Ahn menghentikan mobil.

Begitu mobil sudah berhenti, Gyu Man langsung turun dari mobil, mendekati pintu bagian sopir dan membukanya dengan kasar. Gyu Man menarik Sek. Ahn keluar dan mencekik Sek. Ahn, menuntut penjelasan Sek. Ahn.

Dalam keadaan tidak bisa bernafas, Sek. Ahn memberitahukan bahwa Tuan Nam akan mengurusnya dengan baik. Gyu Man kaget dan melepaskan cekikannya. Kaget karena merasa reaksi ayahnya tidak seperti yang ia bayangkan.

Sek. Ahn bertanya, menurut pendapat Gyu Man kenapa selama ini polisi tidak pernah menyebut-nyebut nama perusahaan mereka ataupun nama Gyu Man, apa Gyu Man pikir itu karena Gyu Man punya nasib baik? Sek. Ahn memberitahukan bahwa semua ini karena ayah Gyu Man dan mungkin saja saat ini ayah Gyu Man sedang bertemu dengan pengcara untuk menyelesaikan semuanya.

Gyu Man mengelus kepalanya sendiri, wajahnya berubah khawatir.

--

Tuan Nam menanyakan tentang video yang merekam putranya itu, ia pikir video itu tidak akan mengubah jalannya sidang.

Dong Ho setuju, memang video itu tidak bisa dijadikan alat bukti karena Gyu Man tidak mengetahui dirinya sedang direkam.

Tuan Nam sedikit lega karena Dong Ho mengetahui kenyataan itu.

Tapi kemudian Dong Ho menasehati Tuan Nam, mengatakan bahwa jika ada batu kecil yang mengganjal di dalam sepatu Tuan Nam, maka hal itu tentu akan mengganggu larinya Tuan Nam, walaupun hakim tidak menerima video itu sebagai bukti, namun ia berjanji akan menyebarkan video itu ke koran-koran, televisi dan internet.

Dong Ho berjanji akan mengirimkannya ribuan pesan spam dalam satu jam saja dan akan memastikan semua orang di Korea akan melihat video itu. Dong Ho yakin ini akan menjadi sensional dan dengan begitu, jalan persidangan akan berubah dan semua orang akan tau apa yang dilakukan oleh penerus Tuan Nam.

Tuan Nam mengetahui dirinya tidak bisa berdebat lagi dengan Dong Ho dan bertanya apa yang diinginkan Dong Ho, berapa pun itu ia akan memberikannya pada Dong Ho.

"Aku hanya ingin satu hal. Sebelum sidah trial dilaksanakan, bujuk dia supaya mau menyerahkan diri", ucap Dong Ho. Tuan Nam langsung kaget. Menurut Dong Ho akan lebih baik jika Gyu Man mau menyerahkan dirinya daripada dengan kekerasan karena itu tidak akan menciptakan suasana yang jelek dan itu akan lebih baik untuk semua pihak.

Dong Ho tidak menunggu tanggapan dari Tuan Nam lagi. Sebelum pergi, Dong Ho berpesan satu hal pada Tuan Nam, karena Tuan Nam dan putranya itu terus membujuknya dengan uang, walaupun ia bukan orang yang baik, tapi ia mengerti kalau cukup ya cukup (asrtinya Dong Ho tidak akan menerima uang dari Tuan Nam atau Gyu Man). Dong Ho juga meminta Tuan Nam makan dengan banyak, karena kali ini ia yang mentraktir Tuan Nam.

Setelah membungkukkan badannya, Dong Ho keluar, meninggalkan Tuan Nam yang hanya bisa menghela nafas, kesal.

--


Jin Woo dan In Ah masih di ruang kerja Dong Ho. In Ah terus berbicara dengan dirinya sendiri, khawatir Dong Ho merencanakan sesuatu karena Dong Ho tiba-tiba mematikan ponselnya. In Ah terus berbicara tanpa sadar Dong Ho sudah msauk ke dalam ruang kerjanya.

"Kau bilang aku merencanakan sesuatu?", Dong Ho menegur In Ah.

Jin Woo langsung mendekati Dong Ho, mengatakan bahwa ia sudah melihat video itu dan mendengar pengakuan Gyu Man. Ia juga sudah tau bahwa Jung Ha pernah ke vila itu dan saat itu Gyu Man juga ada di sana.

Dong Ho mengatakan ia sudah membayar mahal supaya bisa mendapatkan video itu. Ia akan menggunakan video itu sebagai bukti di persidangan dan juga sudah menghubungi dokter untuk menjadi saksi di persidangan. Jika para hakim mengetahui kalau Tuan Seo memiliki masalah dengan ingatannya, maka ia yakin jalan persidangan akan berubah. Ia meminta Jin Woo mempercayainya.

In Ah ingin tau bagaimana cara Dong Ho mendapatkan rekaman itu. Tapi Dong Ho mengatakan itu rahasia, sama seperti restoran yang merahasiakan resep masakannya, ia juga sama.

In Ah kembali bertanya, apa Dong Ho yakin bukti itu akan valid di persidangan. Dong Ho mengatakan paling tidak dengan bukti itu mereka bisa menggantikan orang yang duduk di kursi tersangka.

"Kalau begitu, ayahku bisa dibebaskan, kan?", tanya Jin Woo penuh harap.

Dong Ho meminta Jin Woo mempercayainya, ia yakin ayah Jin Woo pasti akan bisa pulang ke rumah kembali.

Jin Woo baru bisa merasa lega.

--


Yeo Kyung memberikan sebuah buku yang ditulis oleh Tuan Nam sendiri untuk Tuan Nam. Yeo Kyung mengatakan ia melihat buku itu di toko buku dan membelikan untuk ayahnya. Tuan Nam tertawa kecil karena Yeo Kyung membelikan bukunya sendiri untuknya.

Yeo Kyung berniat memperlihatkan quote yang ditulis oleh Tuan Nam yang membuatnya tersentuh, tapi wajah Tuan Nam mendadak berubah serius saat Gyu Man bersama Sek. Ahn masuk ke ruang kerjanya. Tuan Nam menyuruh Yeo Kyung keluar sebentar. Yeo Kyung melempar pandangan tidak senang pada Gyu Man dan terpaksa keluar.

Begitu juga dengan Sek. Ahn. Tanpa diminta, Sek. Ahn keluar dari ruang kerja Tuan Nam.

Gyu Man langsung berlutut. Tuan Nam mengambil tutup kepala yang biasa dipakai untuk olah raga anggar dan memerintahkan Gyu Man memakainya.

Mata Gyu Man berkaca-kaca, memohon pada ayahnya dan mengakui berkali-kali bahwa ia salah. Tuan Seo tidak peduli dan kembali berteriak, mengulang perintahnya, "Pakai!!!". Gyu Man mulai menangis.

Dari luar ruang kerja, Yeo Kyung dan Sek. Ahn mendengar Tuan Nam memukul Gyu Man dan Gyu Man terus meminta maaf sambil berteriak dan menangis. Yeo Kyung bertanya oppanya pasti sudah menyebabkan semacam kecelakaan.

Sek. Ahn mengatakan itu cuma kecelakaan kecil dan meminta Yeo Kyung untuk tidak membayangkan hal yang tidak-tidak. Yeo Kyung tidak bertanya lagi dan pergi dari depan ruang kerja ayahnya.

Tuan Nam melempar rotan ke lantai dan dengan lega Gyu Nam membuka tutup kepala itu, Tuan Nam memerintahkan Gyu Man menceritakan padanya, segalanya, dari awal sampai akhir.

=== Flashback ===

Gyu Man mengancingkan bajunya kembali, sementara Jung Ah terbaring di atas karpet sambil terisak-isak. Tangannya memegang erat-erat bajunya. "Kenapa? Kenapa?", tanya Gyu Man sinis, tanpa perasaan pada Jung Ah yang terisak.

Gyu Man mengeluarkan satu lembar uang dan melemparkannya pada Jung Ah, entah berapa yang pasti nolnya sangat banyak, mengatakan itu upah untuk menyanyi. Lalu Gyu Man mengeluarkan dua lembar lagi dan menambahkan satu lembar lagi, untuk transportasi Jung Ah. Dan kemudian Gyu Man mengeluarkan satu lembar lagi karena Jung Ah sudah memberinya kesenangan. (itu ruang yang sama dengan ruang yang dimasuki oleh Jin Woo dan In Ah, ruang rias)

Tiba-tiba pintu kamar terbuka dan teman Gyu Man masuk. Ia tidak kaget melihat apa yang terjadi dan hanya mengucapkan maaf sambil lalu dan lalu memberitahukan Gyu Man bahwa ia pulang lebih dulu. Gyu Man hanya ber'hmm' saja. Sebelum menutup pintu, teman Gyu Man itu melemparkan kecupan jauh untuk Jung Ah.

Gyu Man sedang mematut-matut diri di depan cermin, tidak menyadari Jung Ah bangun dan mengambil gelas kaca. Ia baru sadar dan berbalik saat Jung Ah memecahkan ujung gelas dan menghunuskan gelas itu padanya.

"Kau ingin memotongku? Potong saja... Potong...", tantang Gyu Man santai dan memdekatkan wajahnya pada Jung Ah.

Dengan marah, Jung Ah langsung menebaskan gelas itu dan melukai rahang kanan Gyu Man. Gyu Man sangat marah dan menampar Jung Ah dengan keras, sampai-sampai Jung Ah terjatuh. Gyu Man menarik rambut Jung Ah, Jung Ah berhasil mendorong Gyu Man sehingga ia terlepas dari Gyu Man.

Jung Ah berlari ke arah pintu rahasia yang menuju ke arah dapur (rute yang sama dilewati oleh Jin Woo dan In Ah), ia berlari sambil sesekali melihat ke belakang.

Saat keluar dari dapur dan tiba di area depan dekat pintu keluar, Gyu Man sudah menunggunya di sana. Dengan memain-mainkan pisau lipat di tangannya. Gyu Man menyuruh Jung Ah lari. Jung Ah bertambah takut dan berlari keluar.

"Jika aku menangkapmu, kau akan mati", gumam Gyu Man. Dan Gyu Man pun mengejar Jung Ah.

Gyu Man masih mengejar Jung Ah hingga ke hutan. Tiba-tiba Gyu Man menjadi aneh, seperti suatu sensasi, entah itu pusing atau apa.

Jarak hutan dengan vila yang cukup jauh, membuat Jung Ah kelelahan dan terjatuh. Begitu melihat tumpukan kayu, ia langsung memutuskan bersembunyi di sana sambil sesekali melihat ke belakang.

Tiba-tiba Jung Ah terdiam ketakutan saat mendengar suara langkah kaki di dekatnya. Begitu menoleh, Gyu Man sudah berdiri di dekatnya. Jung Ah menangis ketakutan. Gyu Man akan mendekati Jung Ah dan tiba-tiba ia mengalami hal yang aneh lagi, "Oh... kenapa aku ini?", gumam Gyu Man.

Setelah sensasi itu hilang, Gyu Man kembali mendekati Jung Ah dan menusuknya dengan pisau lipat. Berkali-kali. Persikan darah mengenai wajah Gyu Man. Gyu Man tidak peduli dan terus menusukkan pisaunya berkali-kali, hingga tangan Jung Ah terkulai lemas.

Gyu Man baru merasa puas dan menjauh dari Jung Ah, pingsan di samping Jung Ah.

Keesokan paginya, Gyu Man terbangun dan terlihat kebingungan. Gyu Man langsung menelpon Sek Ahn, mengatakan bahwa sepertinya ia membutuhkan pertolongan Sek. Ahn. Cara Syu Man mengatakannya seperti anak kecil yang mengatakan bahwa ia sudah melakukan suatu kesalahan tapi tidak merasa menyesal.

Sek. Ahn datang dan kaget melihat Jung Ah yang tergeletak penuh darah. Gyu Man menyuruh Sek. Ahn menguruh Jung Ah. Sek. Ahn dengan gemetar mengambil ponselnya, ingin menelpon seseorang. Tapi Gyu Man merampas ponselnya, "Apa kau sudah gila?", teriak Gyu Man.

"Mungkin saja... ia masih hidup", ucap Sek Ahn gemetar.

"Apa kau mau masuk penjara menggantikan aku?".

Sek. Ahn tidak bisa menjawab. Gyu Man menyuruh Sek. Ahn untuk mengurus Jung Ahn dan pisau lipat itu juga. Setelah memberi perintah pada Sek. Ahn. Gyu Man pergi begitu saja.

Sek. Ahn menggaruk kepalanya dengan kesal.

=== Flashback End ===


"Aku tidak bermaksud membunuh Jung Ah. Aku tidak pernah berpikir seseorang akan mati semudah itu. Aku tidak pernah berpikir seperti itu, ayah", ucap Gyu Man.

"Ini semua disebabkan oleh satu orang wanita. Sekarang masa depan tergantung pada keputusanmu. Kau akan bertanggung jawab atas banyak kehidupan, jika hanya karena satu gadis yang mati, kau sudah menangis dan takut, bagaimana bisa kau mengurus perusahaan?", tegas ayah.

Gyu Man menghela nafasnya dan kembali meminta maaf pada Tuan Nam. Tuan Nam berteriak, menyuruh Gyu Man keluar.

--


In Ah membersihkan coretan yang ada di dinding rumah Jin Woo sambil berteriak-teriak memanggil Jin Woo keluar. Jin Woo keluar dan menanyakan apa yang dilakukan In Ah. In Ah melemparkan sebuah sikat pembersih dan mengatakan bahwa mereka harus membersihkan semua ini sebelum ayah Jin Woo pulang. In Ah mengatakan bahwa semua orang yang melakukan ini bisa dituntut atas perusakan properti.

Jin Woo hanya tersenyum dan mengatakan mereka tidak akan sampai ke sini jika bukan karena Dong Ho. Ji Ah tertawa senang, mengatakan bahwa ia sudah lapar karena sudah bekerja dari tadi dan menebak Jin Woo pasti belum makan juga. Jin Woo tersenyum dan menganggukkan kepalanya.

--

Tuan Nam berbicara dengan Sek. Ahn. Ia tidak menyangka bahwa masalah ini bisa menjadi besar. Menurutnya seseorang harus menjadi terdakwa menggantikan Gyu Man sehingga semua ini akan menjadi tenang kembali. Ia juga meminta Sek. Ahn untuk merahasiakan semua ini supaya tidak terdengar sampai keluar.

Sek. Ahn berjanji dan akan melakukan seperti apa yang diperintahkan Tuan Nam.

Tuan Nam mengatakan ia sudah memiliki rencana, jika waktunya tiba, ia minta Sek. Ahn membukanya.

Sek. Ahn menyanggupinya.

Sambil berpikir, Tuan Nam mengatakan masalah yang terbesar adalah pengacara itu, ia yakin pengacara itu punya kelemahan.

Sek. Ahn memberikan sebuah dokumen. Ia memberitahukan Tuan Nam bahwa pengacara itu dekat dengan Seok Joo Il, pemimpin dari sebuah geng. Sek. Ahn mengatakan bahwa Seok Joo Il memiliki beberapa anak buah dan sedang mencari seseorang yang pintar untuk gengnya dan menjadikan Dong Ho sebagai pengacaranya. Ia melihat saat tuntutan hukum yang terakhir, sepertinya Dong Ho menganggap Joo Il seperti ayahnya sendiri.

Tuan Nam yakin jika perkataan Sek. Ahn ini benar, Seok Joo Il pasti seorang pemimpin geng yang ambisius. Sek. Ahn membenarkan, saat ini Seok Joo Il memang ingin memperluas bisnisnya tapi menghadapi kesulitan karena kekurangan dana. Tuan Nam menghela nafasnya dan memikirkan sebuah rencana.

--


Dong Ho bersiap akan ke persidangan. Sek. Byun memuji penampilan Dong Ho yang terlihat berbeda dari persidangan trial yang lainnya. Dong Ho mengatakan ia memakai baju yang khusus dijahit dan bahkan merapikan dirinya.

Lalu Dong Ho mendapatkan sebuah panggilan telpon. Dong Ho terlihat senang dan menerimanya, "Halo, Jaksa Tak...".

--


Jin Woo menemui ayah. Jin Woo menanyakan kabar ayah. Tuan Seo mengatakan ia baik-baik saja dan menanyakan kabar Jin Woo. Jin Woo mengatakan ia baik-baik juga dan meminta ayah untuk bersabar sedikit lagi. Karena ia yakin setelah persidangan hari ini, ayah pasti akan bisa pulang ke rumah. Ia meminta ayah untuk mempercayai pengacara karena ia yakin pengacara kali ini memiliki kemampuan dan seorang pengacara yang baik.

Ayah tertawa sambil menahan tangis. Ia mengatakan sejujurnya, selama ini ia merasa takut akan menghabiskan seluruh hidupnya di dalam penjara. "Ayah tidak melakukan kesalahan apa pun, jadi kenapa ayah harus menghabiskan hidup ayah di penjara...", ucap Jin Woo, mencoba menenangkan ayahnya.

"Benar... Karena ayah yang menyedihkan ini, kau menjadi susah...", ucap ayah sambil tertawa. Jin Woo menggelengkan kepalanya dan ikut tertawa bersama ayahnya.

--


Dong Ho sedang makan bersama Jaksa Tak saat televisi sedang menyiarkan berita Tuan Nam Il Ho dari Il Ho Group yang memberikan donasi sebanyak 3 juta won untuk Hope Children Foster Center. Jaksa Tak langsung meletakkan sendoknya, ia mengatakan ia kehilangan selera karena si brengsek itu. Jaksa Tak menyebutkan Tuan Nam dengan si brengsek.

"Maksudmu CEO itu?", tanya Dong Ho.

Jaksa Tak mengatakan semua itu hanya untuk pertunjukan saja. Dari luar Tuan Nam terlihat baik, tapi ia akan melakukan apa pun untuk perusahaannya. Jaksa Tak mengatakan Jaksa Moon sudah berusaha menangkap Tuan Nam selama delapan tahun tapi belum berhasil.

"Walaupun begitu, jika kau terjebak dalam hal yang kecil, kau pasti akan hancur", ucap Dong Ho. Jaksa Tak tertawa, setuju dengan ucapan Dong Ho dan mengajak Dong Ho minum. Jaksa Tak menanyakan tentang sidang trial Dong Ho hari ini, apa Dong Ho yakin ia akan menang lagi?

"Kau tau kan ungkapan dalam permainan baseball? Semuanya belum berakhir sebelum sampai akhir".

Jaksa Tak tertawa dan Dong Ho mengajak jaksa Tak bersulang lagi.

--

Dong Ho berjalan ke arah ruang sidang dengan gembira. Ia terkejut saat melihat Joo Il sudah menunggunya di depan pintu ruang sidang. Joo Il mengajaknya berbicara, sebentar saja, hanya untuk menghisap satu batang rokok saja.

Dong Ho melihat jam dan mengikuti Joo Il.

Sementara itu, para peserta sidang sudah mulai memasuki ruang sidang, termasuk Jaksa Hong. Jin Woo melihat, kursi pembela masih kosong.

Seok Il mengajak Dong Ho berbicara di atap. Joo Il mengambil rokoknya dan Dong Ho menyalakan korek api untuk Joo Il. Joo Il menolaknya dan langsung mengatakan, "Dong Ho, kau harus kalah dalam kasus ini". Dong Ho menatap Joo Il bingung. "Jika kau memenangkan kasus ini, maka karirmu akan berakhir juga".

"Apa CEO Nam menemuimu? Untuk membujukku supaya mengalah?", tanya Dong Ho.

Joo Il tidak menjawab, ia hanya mengatakan bahwa Dong Ho adalah pengacara yang baik dan akan bisa memenangkan kasus ini sekarang tapi Dong Ho tidak akan bisa memenangkan jaksa yang akan menghakimi.

Dong Ho kesal karena ia tidak mengerti maksud Joo Il... (Hehe... sy juga ga ngerti...) Dong Ho berpamitan, mengatakan ia harus ke ruang sidang. Joo Il tidak menahan Dong Ho lagi, ia menghela nafasnya dan membuang rokok yang sama sekali belum dihisapnya.

--

Saat Dong Ho duduk di kursi pembela, Jin Woo dan In Ah menatap Dong Ho dan tersenyum penuh harap. Dong Ho membalas senyum mereka.

Sidang dimulai dengan Dong Ho yang mendatangkan saksi seorang dokter, yaitu dokter yang merawat Tuan Seo. Dong Ho menanyakan tentang kondisi Tuan Seo pada dokter.

Sangat mengejutkan, dokter mengatakan hal yang berbeda dari yang pernah ia katakan pada Jin Woo beberapa waktu yang lalu. Dokter mengatakan Tuan Seo mengalami ketidakstabilan mental dan secara keseluruhan tidak berbeda dari orang lain. Dokter juga mengatakan Tuan Seo tidak memiliki gejala umum penderita Alzeimer.

Dong Ho terkejut. Begitu juga dengan Jin Woo. Joo Il masuk ke ruang sidang, tapi melalui pintu atas dan memperhatikan Dong Ho dari atas. Dong Ho bertanya pada dokter, apakah dokter itu tau betapa seriusnya kejahatan sumpah palsu. Dokter itu mengatakan ia tau dengan baik. Ia juga memberitahukan Dong Ho bahwa putra dari Tuan Seo menemuinya untuk meminta mengatakan bahwa Tuan Seo menderita Alzeimer.

Jin Woo sangat terkejut, ia teringat dokter itu sendiri yang mengatakan padanya untuk menghubunginya jika Jin Woo memerlukan bantuan, dokter itu sudah berjanji akan membantu Jin Woo.

Ruang sidang menjadi sedikit gaduh. Dong Ho sendiri bahkan tidak bisa mengontrol emosinya dan membentak dokter, "Kau jelas-jelas mengatakan dia menderita Alzeimer! Jangan bohong!".

Dengan sangat tenang dan yakin, dokter menjawab ia tidak berbohong.

Hakim mengetuk palunya dan menegur Dong Ho. Dong Ho tersentak dan tidak sengaja melihat ke atas, ia melihat Joo Il di sana. Joo Il menganggukkan kepalanya pada Dong Ho.

Karena Dong Ho hanya diam, hakim memanggil Dong Ho kembali. Dong Ho berbalik, menghadap hakim. Hakim meminta Dong Ho untuk menahan diri dan mempersilahkan jakas untuk mengajukan pertanyaan pada dokter.

Jaksa meminta putra dari tersangka untuk menjadi saksi. Dong Ho langsung menolak karena putra tersangka tidak pernah menyatakan bahwa akan menjadi saksi. Jaksa Hong mendesak, ia meminta hal ini karena tersangkan menggunakan putranya untuk membuat sebuah alibi. Jaksa merasa membutikan hal ini sangatlah penting.

Hakim setuju dengan jaksa dan Dong Ho yang tadi berdiri, langsung duduk kembali dengan wajah yang bingung, memikirkan apa yang sebenarnya terjadi. Hakim menutup sidang dan mengatakan akan melanjutkan kembali setelah istirahat.

Jin Woo dan In Ah bertukar pandang, sama-sama bingung. Dong Ho melonggarkan dasinya untuk bisa menghilangkan stresnya.


Dong Hoo dan Joo Il berbicara lagi di atap. Joo Il mengatakan Dong Ho sudah kalah dalam kasus ini sejak awal. Dong Ho tidak mengerti maksud Joo Il.

"Kau tidak lihat bagaimana permainan itu diatur? JIka kau menunjukkan video itu sekarang, itu tidak akan mendatangkan banyak manfaat".

Dong Ho meminta Joo Il berbicara jujur padanya, apakah Joo Il dijanjikan sesuatu. Joo Il mengaku, ia memang dijanjikan bergabung dalam proyek konstruksi shopping mall oleh Ill Ho Contruction.

Dong Ho memejamkan matanya, kesal dan memaki Nam Il Ho. Joo Il mengatakan bahwa ia tidak tau berapa lama lagi harus hidup hanya dengan mencari uang dari menjaga tempat-tempat hiburan malam dan mendapatkan penghasilan yang hanya cukup untuk bulanan saja. Ia yakin Dong Ho tidak tau bagaimana kotor dan menyedihkan hidup seperti itu dan dengan uang kotor itulah ia menyekolahkan Dong Ho menjadi pengacara. Jika Il Ho Construction mendukung mereka, maka impian mereka akan menjadi kenyataan.

--

Setelah selesai mencuci tangannya di toilet, Dong Ho teringat ucapan Joo Il lagi, "Setelah ayahmu meninggal, siapa yang mengurusmu?". Dong Ho menghela nafasnya.

== Flashback ===

Dong Ho remaja duduk di samping ayahnya yang sedang mengendarai truk. Ayah Dong Ho terlihat sedikit panik saat melihat ke depan dan melirik fotonya bersama Dong Ho. Di depan ada polisi yang sedang memeriksa kendaraan yang lewat. Semua mobil yang akan lewat dihentikan dan diperiksa.

Dong Ho melihat tingkah aneh ayahnya dan bertanya ada apa dengan ayahnya. Ayah tidak menjawab dan saat melihat ada kesempatan, ayah langsung memutar balik truknya dan melarikan diri. Polisi melihat truk ayah dan mengejarnya.

Dong Ho bingung dan bertanya kenapa ayah harus melarikan diri, padahal ayah juga tidak mabuk. Jika ayah seperti itu, ia khawatir ayah akan menyebabkan kecelakaan. Sambil sesekali melihat spion, ayah mengatakan ia memiliki alasan kenapa ia harus melarikan diri, ia meminta maaf karena tidak bisa mengatakan pada Dong Ho sebelumnya.

Tentu saja Dong Ho kaget dan meminta ayah menjelaskan padanya. Ayah hanya menyuruh Dong Ho mengambil tiket yang ada di dalam dashboard depan, ia mengatakan itu adalah tiket ke Amerika.

Dong Ho bertanya darimana ayah bisa mendapatkan uang untuk membeli tiket itu. Lagi-lagi ayah tidak menjelaskan, ia hanya berpesan jika ia tidak ada, Tuan Seok lah yang akan menjadi ayah bagi Dong Ho. Dong Ho semakin tidak mengerti dengan maksud ayah, meminta ayah menjelaskan padanya dan bertanya kenapa hanya ada satu tiket.

Ayah tidak menjawab dan menatap Dong Ho. Ayah yang ngebut sama sekali tidak menyadari sudah melanggar lampur merah dan langsung menyambar mobil yang lewat di depannya.


Mobil itu adalah mobil yang ditumpangi oleh keluarga Jin Woo. Ternyata ayah Dong Ho adalah penyebab kecelakaan yang menyebabkan kematian ibu dan adik Jin Woo. Hari itu tidak hanya Jin Woo yang kehilangan ibu dan kakaknya, tapi Dong Ho juga kehilangan ayahnya.

=== Flashback End ===

Dong Ho kembali ke ruang sidang seperti tanpa nyawa, badan di sana tapi pikiran di tempat yang lain. Jin Woo yang sudah duduk di kursi saksi dan melirik pada Dong Ho, sementara Dong Ho masih tenggelam dalam pikirannya sendiri.

Jaksa Hong menanyakan apakah Jin Woo pernah meminta informasi medis yang tidak benar dari dokter.

"Ti... Tidak. Dokter melakukan test dan jelas-jelas mengatakan padaku bahwa itu alz...".

"Hanya jawab apa yang ditanyakan. Pernahkah kau memintanya atau tidak?", potong Jaksa Hong. Jin Woo menjawab tidak. Jaksa Hong kembali mengulang pertanyaannya dan Jin Woo tetap menjawab ia tidak pernah meminta informasi palsu dari dokter. Jaksa Hong menyimpulkan bahwa kalau begitu, kalau bukan Jin Woo atau tersangka, salah satu dari mereka pasti telah berbohong.

Dong Ho menyatakan keberatannya karena Jaksa Hong sudah mengenelarisir penyataannya. Jaksa Hong membantah, ia hanya menganalisisnya berdasarkan akal sehat saja. Hong Do membantah lagi, mengatakan itu hanyalah kesimpulan objektif dari seorang jaksa penuntut saja. Jaksa Hong menatap Dong Ho sesaat.

Jin Woo terlihat sudah tidak tahan lagi dan berteriak, mengatakan bahwa pembunuh yang sebenarnya adalah Nam Gyu Man, penerus dari Il Ho Construction. Ruang sidang jadi gaduh. Jaksa Hong menanyakan apakah Jin Woo ada bukti.

Jin Woo memberitahukan ada video rekaman, di dalamnya Gyu Man mengakui sendiri bahwa ia telah membunuh Jung Ah. Yeo Kyung yang duduk di tempat juri sangat kaget.

Jin Woo beralih pada Dong Ho, meminta agar Jin Woo memutarkan video itu. Dong Ho diam saja. Jaksa memotong, mengatakan pada hakim bahwa saksi telah memnggunakan fakta palsu dan menimbulkan fitnah.

Jin Woo kembali meminta Dong Ho memutar video itu, bukankah Dong Ho mengatakan ia akan memperlihatkan pada semua oran? Dong Ho masih diam.

Hakim menanyakan pada Dong Ho apakah Dong Ho memiliki video yang dimaksud oleh saksi. Dong Ho masih terdiam, hakim menegur Dong Ho, meminta Dong Ho menjawab pertanyaannya.

Sambil menatap Jin Woo, Dong Ho mengatakan tidak ada. Jin Woo sangat kecewa dan terkejut. In Ah sendiri hampir menangis. Dong Ho memberitahukan hakim bahwa Jin Woo sudah salah.

Jin Woo berlari, memegang tangan Dong Ho, dengan putus asa ia bertanya kemana video itu, bukankah Dong Ho berencana akan memutarnya hari ini?

Dong Ho hanya diam. Hakim memerintahkan penjaga untuk membawa Jin Woo keluar karena sudah mengganggu persidangan.

Saat dibawa oleh petugas, Jin Woo terus berteriak, memanggil-manggil Dong Ho. Menanyakan tentang video itu, bertanya kenapa Dong Ho melakukan ini padanya, padahal Dong Ho memintanya mempercayai Dong Ho.

Tuan Seo juga akan berlari ke arah Jin Woo, tapi ia juga ditahan oleh petugas.

Dong Ho terdiam. Wajahnya menunduk sedih tapi ia tidak bisa melakukan apa apa lagi. In Ah menatap Dong Ho marah. Jaksa Hong menatap Dong Ho penuh arti.


Saat akan naik ke mobilnya, Yeo Kyung dihadang oleh In Ah. In Ah meminta Yeo Kyeong untuk menyuruh oppanya menyerahkan diri.

"Apa ku gila?", seru Yeo Kyeong marah.

Dengan marah, In Ah mengatakan bahwa ia melihat video pengakuan Gyu Nam itu. Tapi Yeo Kyung tidak peduli dan langsung masuk ke dalam mobilnya, pergi begitu saja.

Bersambung...

Mian, part 2 nya malam ya... Sy mendadak ada keperluan dan harus keluar dulu. Sekali lagi mian. Udah jafi sih tapi belum ada gambarnya. Jadi sabar yaaa. Terima kasih... :-)

[Sinopsis Remember Episode 4 Part 2]
Share:

Post a Comment

Designed by OddThemes | Distributed by Blogger Themes