Sinopsis Remember Episode 2 Part 2

[Sinopsis Remember Episode 2 Part 1]

Sinopsis Remember Episode 2 Part 2

Sinopsis Remember Episode 2 Part 2
Credit : SBS
Kdramastory - Melihat Dong Ho hanya diam saja, Gyu Man bertanya apa Dong Ho tidak percaya ia bisa melakukannya, membunuh Dong Ho saat itu juga?

"Kedengarannya kau sudah sering melakukannya...", sahut Dong Ho terengah-engah. Dong Ho berkata ia pernah mendengar obrolan antara mahasiswa hukum Harvard bahwa seorang mahasiswa hukum Harvard harus pernah melepaskan diri dari kasus pembunuhan jika memang mau diakui sebagai mahasiswa hukum Harvard. Dong Ho menganggap, dengan kekuasaan yang dimiliki Gyu Man, ia yakin semua ini sangat mudah bagi Gyu Man.



Saat Gyu Man bertambah marah, dengan santai Dong Ho melambaikan tangannya ke arah gedung di sebelahnya, berteriak pada teman-temannya dan teman-temannya membalas melambaikan tangan mereka dan bahkan membentuk tanda hati dengan tangan mereka.

"Apa kalian sudah merekamnya?", teriak Dong Ho.

"Sudah. Kami sudah merekam semuanya. Kami melihat semuanya!", teriak sopir Dong Ho.

Dong Ho beralih pada Gyu Won, bertanya apa yang akan mereka lakukan karena banyak orang yang melihat mereka. Dengan sangat marah, terpaksa Gyu Man melepaskan Dong Ho.

"Mengenai kasus Pres. Seok, aku anggap kau setuju untuk berdamai", ucap Dong Ho sebelum pergi dari sana.

Gyu Man memanggil kembali Dong Ho, bertanya alasan apa sehingga Dong Ho mau melalui kesulitan sampai seberat ini, penjahat itu ayah Dong Ho atau apa? Do Hong berhenti melangkah, tapi tidak menjawab apa pun dan kembali melanjutkan langkahnya.

Di dalam perjalanan pulang, Dong Ho teringat pada ayahnya.


=== Flashback ===

Hari upacara pemakaman ayah Dong Ho, tidak ada seorang pun yang datang. Pres. Seok datang bersama banyak anak buahnya membawa banyak karangan bunga, mereka makan dan saling ngobrol di sana. Suasana pemakaman tidak lagi sepi dan berubah lebih ramai.

"Saat aku kecil, anda sering datang ke rumah, bukan?", tanya Dong Ho saat Pres. Seok akan pamit pulang.


"Jadi kau mengingatnya?". Pres. Seok bertanya apa DOng Ho punya uang untuk masuk kuliah. Dong Ho berkata ia belum memutuskan mana yang akan ia pilih, baginya masuk kuliah adalah prioritas utama dan mencari pekerjaan adalah prioritas utama juga.

Pres. Seok menyuruh Dong Ho untuk tidak berpikir terlalu lama. Karena jika Dong Ho tidak masuk kuliah, maka Dong Ho akan berakhir seperti dirinya. Pres. Seok bertanya apa pendapat Dong Ho saat melihat dirinya.

"Penjahat, gangster, apa lagi sebutan untuk kejahatan terorganisasi?", sahut Dong Ho. Pres. Seok tertawa dan memuji Dong Ho yang sudah menjadi seorang pria. Menurut Dong Ho tidak ada pemakaman yang lebih sepi dibandingkan dengan pemakaman ayahnya dan sepertinya tidak ada salahnya juga jika menjadi seorang penjahat.

"Paling tidak dia sudah menjadi seorang petinju seumur hidupnya, sesuatu yang ia suka. Jadi tidak ada lagi perasaannya yang tertinggal", ucap Pres. Seok. Pres. Seok menyuruh Dong Hoon tinggal di sana dan melepaskan ayahnya dengan tenang karena ia akan membayar semua tagihan pemakamannya.


Saat Pres. Seok akan pulang, Dong Ho menghadang mobil Pres. Seok yang sedang berjalan. Dong Ho berteriak, mengapa ia tidak bisa menjadi anak buah Pres. Go, ayahnya pernah mengatakan bahwa jika tidak bisa mengalahkan orang dengan tinjunya, maka orang itu akan berakhir dengan menghapus airmatanya dengan tinjunya itu, ia sangat ingin menghajar semua orang yang sudah memandang rendah ayahnya.

Pres. Seok keluar dari mobil dan memberi nasehat pada Dong Ho. Di dunia ini, yang paling kuat dan bisa menjatuhkan orang bukanlah tinju, tapi tangan seseorang yang menggenggam hukum. Do Hong tidak mengerti maksud Pres. Seok. Pres. Seok mengatakan seorang penjahat sepertinya, di depan hukum tidak akan pernah sekali pun menang.

"Jadi apa anda ingin saya belajar hukum?', tanya Dong Ho.

"Kenapa? Apa itu berat?". Pres. Seok menepuk wajah Dong Ho dan menyuruhnya masuk ke dalam supaya tidak kehujanan. Dan kemudian Pres. Seok pergi.

=== Flashback End ===


Pres. Seok senang melihat Dong Ho menunggunya di depan kantor polisi dan memuji Dong Ho yang sudah melakukan pekerjaannya dengan baik. Tapi Pres. Seok sangat terkejut saat melihat Dong Ho yang babak belur, dengan santai Dong Ho mengatakan ia hanya sedikit belajar dari Pres. Seok.

Pres. Seok menatap Dong Ho penuh terima kasih dan memeluk Dong Ho. Pres. Seok merasa tidak pernah sebahagia ini karena sudah berhasil membujuk Dong Ho menjadi seorang pengacara, padahal Dong Ho sendiri ingin menjadi penjahat waktu itu.

Sebuah mobil datang dan berhenti di dekat mereka. Pres. Seok mengajak Dong Ho ikut dengannya, tapi Dong Ho menolak dengan halus, karena ia harus pergi ke suatu tempat, setelah itu baru ia akan menemui Pres. Seok.

Pres. Seok baru teringat hari itu adalah hari peringatan kematian ayah Dong Ho. Ia merasa ayah Dong Ho pasti sangat bangga di atas sana karena Dong Ho sudah berhasil menjadi seorang pengcara yang sukses. Pres. Seok menepuk pundak Hong Do dan mengajak Dong Ho minum di tempatnya.

Saat Pres. Seok pergi, Dong Ho membungkukkan badannya penuh hormat.


Jin Woo berdiri di depan abu ibunya (Lee Hye Sun) dan hyungnya (Seo Young Woo) dan menempelkan satu kuntum bunga di kaca.


=== Flashback ===

Jin Woo sekeluarga akan pergi ke taman hiburan. Saat itu ayah yang sedang mengemudi mengatakan bahwa mereka akan segera tiba 20 menit lagi. Jin Woo yang duduk di belakang ayahnya, membantah, karena terakhir kali mereka kesana dan tertahan lampu merah, mereka butuh 25 menit hingga sampai di taman hiburan.

Dengan kagum, ibu bertanya apa lagi yang diingat Jin Woo. Jin Woo menyebutkan semuanya. Young Woo tidak percaya Jin Woo bisa mengingat semuanya, ia merasa adiknya itu cuma berbohong. Jin Woo berkata ia tidak mengingatnya, itu hanya seperti mengambil gambar, banyak ruang yang ada di dalam kepalanya dan ia cukup hanya menyimpan setiap gambar di satu ruang dan tinggal mengambilnya saja jika diperlukan.

Ibu berkata Jin Woo akan kaya jika memiliki banyak memori yang indah. Jin Woo ingin tau apakah ibunya punya memori yang indah. Ibu tentu saja mengatakan ia punya banyak memori yang indah, ia mengingat saat menikah dengan ayah Jin Woo, ia mengingat saat memiliki Young Woo dan Jin Woo, dan banyak memori indah yang lainnya.

Young Woo dan Jin Woo tertawa senang karena merasa keluarga mereka sangat kaya.

Ibu berpesan saat Jin Woo dewasa nanti, Jin Woo harus menggunakan kemampuannya itu untuk membantu orang lain dan membuat orang lain bahagia. Ibu merasa itu adalah anugrah yang diberikan Tuhan untuk Jin Woo.

Ayah menghentikan mobilnya di lampu merah. Ayah bertanya apa snack yang dimakan Jin Woo enak. Jin Woo mengiyakan.


Saat lampu berganti hijau, ayah mulai menjalankan mobilnya kembali, tidak menyadari mobil truk yang mendekati dari arah samping. Tak pelak, mobil kecil keluarga Jin Woo langsung tertabrak dari samping dan berguling beberapa kali di jalan.

Jin Woo tersadar dari pingsannya dan menangis, mencoba membangunkan ayahnya, hyungnya, dan ibunya. Tak lama, ayah mulai membuka matanya, sementara ibu dan hyungnya diam tidak begerak. Terlihat cincin di jari manis ibunya. (Uhm.. jadi cincin yang dijadikan kalung oleh Jin Woo adalah cincin milik ibunya...)

=== Flashback ===

Sambil menggenggam kalungnya, Jin Woo meminta maaf pada ibu dan hyungnya karena tidak bisa datang bersama ayahnya. Jin Woo meminta ibu dan Hyungnya untuk tidak khawatir karena ia pasti akan menyelamatkan ayah, untuk melakukan itu ia butuh seorang pengacara yang akan membuktikan bahwa ayah tidak bersalah.


Dong Ho juga datang ke rumah abu dan ternyata, abu ayah Dong Ho tidak jauh dari abu ibu dan hyung Jin Woo. Setelah menempelkan bunga di kaca, Dong Ho melihat sekelilingnya dan menyapa Jin Woo yang datang sendirian. Dong Ho bertanya dimana keluarga Jin Woo.

"Ahjussi, anda seorang pengacara, bukan?".

Dong Ho tertawa kecil, menyangka itu karena wajahnya sudah terkenal.

Jin Woo menghadap ke arah Hong Do dan mengatakan bahwa hari pertama Dong Ho menjadi pengacara, Dong Ho datang ke sana. "Anda datang dengan menggunakan jas hitam sama seperti yang anda pakai hari ini, dengan memakai sepatu berwarna putih yang bahkan jauh lebih jadul daripada sepatu yang anda pakai hari ini. Anda mabuk tapi anda merasa bahagia karena hari itu adalah hari anda mendapatkan izin sebagai pengacara".

=== Flashback ===

Dong Ho memperlihatkan ijazahnya dan namanya yang sudah bertitle pengacara pada foto ayahnya. Jin Woo dan ayahnya juga sedang mengunjungi abu ibu dan hyungnya, Jin Woo menoleh ke samping, melihat Dong Ho.

"Uang yang ayah dapatkan selama seumur hidup ayah, bisa aku dapatkan dalam satu hari. Tapi kenapa aku merasa sangat sedih? Aku tidak tau kenapa...". Dong Ho mulai menangis. Jin Woo memperhatikan DOng Ho.

=== Flashback End ===


"Anda menangis. Sangat sedih".

Dong Ho membenarkan ucapan Jin Woo, mungkin ia melakukannya saat itu. Dong Ho memuji ingatan Jin Woo yang berguna.

"Ayahku dijebak. Dia mempunyai pengcara tapi pengacara itu tidak punya keahlian".

Dong Ho menyarankan Jin Woo mengganti pengacara yang baru jika Jin Woo merasa pengacara ayahnya itu tidak memiliki keahlian. Menurut Dong Ho, sidang trial itu seperti berjudi atas kehidupan seseorang.

Jin Woo mengatakan ia tau itu. Ia tau Dong Ho memiliki keahlian yang bahkan bisa membebaskan kliennya yang penjahat dengan cara apa pun. Hong Do menatap Jin Woo tidak senang. Jin Woo merasa dengan keahlian Dong Ho itu, Dong Ho bisa membuktikan ketidakbersalahan ayahnya.

Tapi Dong Ho mengatakan ia lebih menyukai klien yang memang melakukan kejahatan karena dengan begitu ia bisa meminta bayaran lebih tinggi. Dong Ho bertanya apa Jin Woo punya uang. Jin Woo tidak bisa menjawab.

Dong Ho bertanya apa yang dilakukan ayah Jin Woo. Jin Woo mengatakan orang yang diselamatkan di ruang sidang tadi adalah ayahnya. Dong Ho tersenyum, ia merasa walaupun cuma kebetulan, tapi ini menyenangkan.

Saat Dong Ho akan pergi, Jin Woo menahan lengan Hong Do dan memohon agar Dong Ho mau membela ayahnya. Dong Ho menebak Jin Woo pasti tidak punya uang sehingga terpaksa memakai pembela umum. Jika Jin Woo tidak punya uang, Dong Ho merasa ia tidak punya urusan dengan Jin Woo. Dong Ho melepaskan lengannya dari pegangan Jin Woo.


Jin Woo berlari keluar dari rumah abu dan menghadang mobil Dong Ho. Jin Woo berteriak, mengatakan bahwa ayahnya tidak bersalah dan ia tidak bisa membiarkan ayahnya masuk penjara.

Sesaat Dong Ho teringat saat ia menghadang mobil Pres. Seok dulu. Dong Ho terdiam sesaat dan memutuskan untuk keluar dari mobil, mengatakan banyak orang tidak bersalah yang masuk penjara.

Setengah menangis, Jin Woo memohon Dong Ho mau membela ayahnya. Tapi Dong Ho malah menyuruh Jin Woo minggir jika tidak ingin ketabrak. Jin Woo kembali memohon agar Dong Ho mau membantunya. Tapi Jin Wo tidak tetap tidak mau, yang ia butuhkan adalah uang.

Sebelum masuk kembali ke dalam mobilnya, Dong Ho berpesan agar Jin Woo memberitahukan ayah Jin Woo untuk tidak mengaku melakukan kejahatan jika tidak mampu membayar pengacara yang ahli.


Beberapa tetangga berkumpul di depan rumah Jin Woo. Salah seorang mengambil papan nama yang digantung di pintu gerbang dan membantingnya ke tanah.

Jin Woo yang baru saja pulang, melihat kejadian itu dan memarahi ahjussi yang membanting papan nama keluarganya. Ahjussi itu menuduh Jin Woo yang memiliki kulit tipis, tidak malu setelah melakukan kejahatan seperti itu. Salah seorang ahjumma mengatakan rumor sudah tersebar dan tidak seorang pun mau melewati daerah rumah mereka, harga rumah mereka menjadi turun.

"Aku bilang tidak!", Jin Woo membentak mereka. Ahjussi itu marah dan mencengkeram baju Jin Woo dan memukul Jin Woo hingga terjatuh ke tanah.


In Ah yang kebetulan datang, memarahi ahjussi dan para ahjumma itu. Ia mengancam akan merekam mereka semua dan menuntut mereka di pengadilan. Para tetangga itu menjadi takut dan terpaksa bubar.

In Ah ingin membantu Jin Woo berdiri tapi Jin Woo menepis tangan In Ah. Jin Woo mengumpulkan papan nama keluarganya yang patah dan langsung masuk ke dalam rumah, tanpa mengatakan sepatah kata pun pada In Ah. In Ah memandang Jin Woo khawatir.

Jin Woo menangis sendirian di dalam rumahnya.

Malam itu, In Ah tidak bisa belajar, masih memikirkan Jin Woo.


Keesokan paginya, saat keluar dari rumahnya, Jin Woo melihat satu kotak pizza yang diletakkan di depan rumahnya. Jin Woo terdiam sesaat dan memutuskan untuk tidak mengambilnya.

Saat Jin Woo menghentikan taksi, kebetulan In Ah melihat Jin Woo dan langsung menghentikan motornya di belakang taksi. In Ah mendekati Jin Woo dan menutup pintu taksi yang sudah dibuka Jin Woo, bertanya kemana Jin Woo akan pergi dengan dandanan yang berbeda.

Jin Woo menepis tangan In Ah dari pintu taksi, menyuruh In Ah tidak mengurusinya dan kembali membuka pintu taksi. In Ah menutup pintu taksi lagi dan meminta supir taksi pergi lebih dulu.


Jin Woo memarahi In Ah yang membiarkan taksi pergi, apa In Ah akan mencarikan uang untuknya?

In Ah tidak mengerti kenapa Jin Woo memerlukan uang. Jin Woo berkata ia memerlukan uang untuk menyelamatkan ayahnya. Jin Woo bertanya apa In Ah pernah kehilangan orang yang sangat berharaga bagi In Ah tanpa memiliki kesempatan melakukan apa pun. "Apa kau pernah merasakan sakit yang seperti itu?", tanya Jin Woo marah. In Ah terdiam.

"Aku masih ingat dengan jelas bagaimana kematian ibu dan hyungku seolah-olah baru saja terjadi, semua itu tidak pernah hilang dari kepalaku! Tidak seorang pun yang mengerti bagaimana sakitnya", marah Jin Woo. In Ah terdiam dan menundukkan kepalanya. Jin Woo mengatakan pada In Ah bahwa ia akan melakukan apa pun yang bisa ia lakukan untuk menyelamtkan ayahnya.

Dan Jin Woo pun langsung menghentikan taksi yang lewat dan pergi dengan taksi itu.

In Ah kebingungan sendiri, sangat khawatir pada Jin Woo dan memutuskan untuk mengikuti Jin Woo dengan motornya.

Jin Woo masuk ke dalam ruang kerja Dong Ho tanpa permisi, membuat semua orang yang ada di dalamnya kaget. Jin Woo berdiri di depan Jin WooDong Ho dan memohon agar Dong Ho mau membela ayahnya.

"Lagi-lagi omong kosong ini. Kau tidak bisa dengar dengan jelas? Aku bilang bawa uangnya!", kesal Dong Ho.

"Berapa banyak uang yang harus aku berikan?".

Dong Ho menyuruh Jin Woo memberikan semua uang yang ada di dalam dompet Jin Woo. Jin Woo membuka dompetnya dan mengeluarkan semua uangnya. Hanya kurang dari 30.000 won.

Semua orang tertawa mengejek. Dong Ho tidak mau menerima permintaan Jin Woo dan meminta Sek. Byun (sopir Dong Ho) untuk mengantarkan Jin Woo keluar.


Jin woo menepis tangan Sek. Byun dan mengeluarkan semua uang yang ada di dalam ranselnya. "Apa semua ini cukup untuk membuktikan ayahku tidak bersalah?! Sekarang anda bisa membela ayahku, kan?"

Dong Ho bertanya darimana Jin Woo mendapat uang sebanyak itu.

"Aku mendapatkannya sendiri". Dong Ho tidak percaya dan bertanya berapa lama Jin Woo bisa mendapatkan uang sebanyak itu. "Satu malam".

Semua orang tertawa, tidak percaya. Jin Woo mengatakan pada Dong Ho bahwa ia dapat mengingat semua yang dilihatnya walaupun hanya sekali dengan kuat, mendapatkan uang sebanyak itu benar-benar mudah baginya.

Dong Ho tau tentang ingatan Jin Woo itu tapi ia ingin tau bagaimana cara Jin Woo mendapatkan uang itu.

"Aku bisa mengingat urutan kartu yang dealt dipertaruhkan", jawab Jin Woo, serius.


=== Flashback ===

Sepertinya, sebelum ke kantor Dong Ho, Jin Woo pergi ke tempat judi. Jin Woo mampu mendapatkan uang dengan jumplah fantastis berkat ingatannya yang kuat. Tapi Jin Woo tidak menyadari masalah yang akan ia hadapi, saat pengelola tempat judi mencurigainya bermain curang karena dalam sehari Jin Woo mampu memenangkan lebih dari 100 juta won.

Sementara itu, In Ah mencari-cari Jin Woo dan melihat beberapa orang masuk ke tempat yang mencurigakan. In Ah mengikuti instingnya dan mengetuk pintu tempat itu.

Penjaga yang menjaga pintu membukakan pintu, memandang In Ah curiga. Dengan sedikit gugup, In Ah mengatakan ia akan mengantarkan pizza. Penjaga itu tidak yakin, sepertinya In Ah salah tempat. Tapi In Ah mengatakan ia yakin, ia bahkan menanyakan alamatnya dua kali. Penjaga mengizinkan In Ah masuk.


Saat In Ah masuk ke dalam, Jin Woo sudah dikelilingi oleh para pengelola tempat judi yang sangar-sangar, mereka meminta Jin Woo mengembalikan uang yang sudah dimasukkan ke dalam tas ransel oleh Jin Woo. In Ah menelan ludahnya dan berteriak, "Pizza!".

Jin Woo kaget melihat In Ah. In Ah langsung masuk dan bergabung dengan Jin Woo. Mereka bertatapan sesaat dan In Ah berbisik, "Ayo pergi!". In Ah berteriak dan menyemprotkan busa minuman kola ke semua orang. Jin Woo berlari lebih dulu dan menarik In Ah pergi. Dibelakang, para pengelola tempat judi mengejar mereka.

Jin Woo dan In Ah tidak bisa berlari keluar karena di depan pintu masuk ada penjaga. Mereka terpaksa terus naik ke atas, hingga terjebak di atap, tidak bisa kemana pun karena di sekeliling bangunan itu tidak ada bangunan yang lainnya.

Bos tempat judi menyuruh Jin Woo menyerah daripada lompat ke bawah dan mati.


Jin Woo menghela nafasnya, memikirkan caranya kabur. Jin Woo melihat truk pasir yang akan lewat. Jin Woo bertekad tidak akan menyerahkan uang itu dan langsung menggenggam tangan In Ah dan menarik In Ah melompat ke bawah. Mereka jatuh tepat di atas bak pasir.

=== Flashback End ===

Dong Ho speechless mendengar cerita Jin Woo. Dong Ho bertanya berapa banyak uang yang dibawa Jin Woo itu.

"Seratus juta won".

Dong Ho mengatakan jika Jin Woo ingin menggunakan jasanya, Jin Woo membutuhkan 10 juta won lagi.

Tanpa pikir panjang, Jin Woo langsung berniat akan pergi lagi. Tapi Dong Ho menghentikan Ji Woo dan berkata, "Kalau begitu aku akan membutuhkan 120 juta won".

Jin Woo menatap Dong Ho. Dong Ho bertanya apa Jin Woo mengerti maksudnya, itu artinya game over. Dong Ho menyuruh Jin Woo pergi. Jin Woo menatap Dong Ho, gemetar menahan rasa sedihnya.


Setelah Jin Woo pergi, sek. Byun bertanya kenapa Dong Ho menolak Jin Woo karena dari yang ia lihat, uang yang dibawa Jin Woo cukup banyak. Dong Ho bertanya balik, kenapa Sek. Byun menolak. Sek. Byun tidak bisa menjawab.

Lalu Dong Ho menanyakan informasi yang ia minta Sek. Byun cari.

"Oh, maksudmu pesta di vila Nam Gyu Man? Sesuatu akan keluar sendiri pada akhirnya. Jangan khawatir. Jaga dirimu", ucap Sek. Byun.

Sidang trial Tuan Seo yang kedua akan dimulai. Seperti sidang pertama yang lalu, Jin Woo memilih duduk di tempat yang sama. In Ah juga datang dan duduk di belakang Jin Woo. Jin Woo menangis saat melihat ayahnya dibawa masuk oleh dua orang penjaga.

Dong Ho sedang makan saat ia mendapatkan telpon dari seseorang yang mengatakan bahwa Dong Ho benar.


Hakim membuka sidang dan bertanya pada Jae Ik tentang ada tidaknya saksi. Seperti sidang kemarin, dengan tergagap Jae Ik mengatakan tidak ada saksi. Jaksa Hong tersenyum tipis. Hakim menghela nafasnya dan menanyakan kembali untuk meyakinkan ada tidaknya saksi. Jae Ik kembali menjawab tidak ada.

Jin Woo menundukkan kepalanya dalam-dalam, menangis.

Tiba-tiba pintu ruang sidang dibuka dan Dong Ho masuk. Semua orang kaget, Dong Ho masuk dan berdiri tepat di samping Jin Woo. Dong Ho membuka kacamata hitamnya, "Aku disini. Lama menungguku, ya?". Dong Ho mengedipkan matanya pada Jin Woo. Jin Woo tersenyum sambil menahan tangisnya karena sangat gembira.

Dong Ho mengumumkan pada hakim bahwa mulai hari itu, ia akan menjadi pengacara Tuan Seo Jae Hyuk....

Bersambung...

Komentar:

Annyeong...

Ini project baru bareng mb dyah dari blog Korean Drama Addicted ya.. Episode ganjil, kalian bisa berkunjung ke blog mb dyah dan episode genap kalian bisa baca di sini.

Uhmm... pendapat saya, dari dua episode awal, drama ini cukup menarik. Cerita awal berjalan cepat dan semua latar belakang kasus dijelaskan dengan singkat tapi mudah dipahami. Walaupun di awal kita sudah tau pembunuh Jung Ah adalah Gyu Man (ini kesimpulan sy dari melihat karakter Gyun Man ya... bisa jadi salah tau betul). Namun begitu, ada banyak teka teki yang bikin kita penasaran...

Misalkan, bagaimana Jung Ah bisa dibawa ke hutan? Bagaimana cara Jung Ah dibunuh sehingga tidak ada satu pun sidik jari ada di tubuh Jung Ah. Padahal malam itu Gyu Man kan ga pake sarung tangan, atau seluruh sidik jari sudah dihapus? Lalu apakah Sek. Ahn tau dan membantu Gyu Man? Dari episode 1 kemarin, sepertinya Sek. Ahn adalah teman masa kecil Gyu Man, tapi dia keliatan takut banged sama Gyu Man.

Lalu apa yang sebenarnya terjadi pada ayah Jin Woo, sehingga bisa tiba-tiba ada di hutan? Ayah Jin Woo ini sejak awal memang sudah terlihat pikun dan mudh sekali lupa. Ditambah dengan shock karena melihat seseorang mati, entah dia mengenali mayat itu Jung Ah atau tidak.

Dan yang paling bikin penasaran, bagaimana cara Jin Woo membuktikan ketidakbersalahan ayahnya...

Ada satu hal lagi, menurut sy Nam Yeo Kyung, salah seorang anggota dewan juri, adalah adik Gyu Man. Mereka punya nama keluarga yang sama. Dan mungkin, bisa jadi, Gyu Man yang sengaja memasukkan adiknya sebagai salah seorang juri di sidang Tuan Seo. Gimana menurut pendapat kalian?... Silahkan share ya... Biar semangat.. :-)

Terima kasih sebelumnya

[Sinopsis Remember Episode 3 Part 1]

Note : All images credit to SBS
Share:

Post a Comment

Designed by OddThemes | Distributed by Blogger Themes