[Sinopsis Descendants Of The Sun Episode 11 Part 1]
Kdramastory - Ja Ae menemui Sang Hyun dan memberitahukan bahwa hasil lab sudah keluar. Sang Hyun sangat senang karena itu artinya dengar resmi ia sudah bisa keluar dari karantina. "Kau mau kemana? Kau bahkan belum mendengar hasilnya...", ucap Ja Ae heran.
"Demam tinggi, sakit kepala, nyeri jantung dan juga batuk. Gejala awal M3 mirip dengan Ebola, tapi kulitmu masih terlihat bersinar, dan kau tetap terlihat cantik, jadi itu artinya penglihatanku baik-baik saja. Gejalaku juga berasal dari virus. Apa kau belum pernah terkena sebelumnya? Aku cuma terkena flu biasa...", ucap Sang Hyun santai.
Ja Ae membuka maskernya dan matanya mulai berkaca-kaca. "Hei, anak SD! Kau cuma terkena flu biasa. Kau tahu aku sangat khawatir...". Ja Ae menangis dan memeluk Sang Hyun.
Tapi sesaat kemudian, Ja Ae kaget sendiri dan langsung melepaskan diri dari Sang Hyun. Sang Hyun menarik Ja Ae dan memeluknya lagi. Ja Ae meminta Sang Hyun melepaskannya tapi Sang Hyun tidak mau, karena Ja Ae sendiri yang memeluknya lebih dulu.
Sang Hyun memeluk Ja Ae sambil menggumamkan, 'sakitla, sakitlah...'. Ja Ae kesal dan memukul Sang Hyun mengatakan Sang Hyun seperti anak SD. Sang Hyun memberikan secarik kertas pada Ja Ae dan Ja Ae membacanya. 'Cefotaxime?'
Sang Hyun menanyakan dimana Mo Yeon.
---
Mereka berbicara dengan Mo Yeon tentang Cefotaxime'. Sang Hyun mengatakannya ia membacanya dari kasus-kasus virus M# yang terjadi di afrika sebelumnya. Sayangnya, di dalam gudang obat mereka, mereka tidak memiliki Cefotaxime. "Kalau begitu, cepat hubungi Daniel dan...", suruh Sang Hyun.
Ja Ae menyela, mengatakan ia sudah menghubungi Daniel dan Daniel berjanji akan mengantarkan dalam pesanan mereka selanjutnya. Setelah itu Ja Ae langsung pamit pergi. Melihat raut wajah Ja Ae tadi, Mo Yeon bertanya pada Sang Hyun, pakah mereka bertengkar tadi.
"Ini adalah contoh yang disebut 'Push and Pull'...", ucap Sang Hyun ceria. Mo Yeon menegur Sang Hyun yang masih saja bercanda. "Kau tahu seberapa khawatirnya dia?".
---
Myeong Ju mengecek lagi suhu tubuhnya sendiri dan kemudian menelpon ayahnya, mengabarkan kalau ia sedang sakit. "Ayah belum menerima laporannya?".
"Sudah".
"Tapi, ayah bahkan tidak meneleponku...".
"Mereka bilang, kemungkinannya 50-50, dan tak ada yang bisa kulakukan sebagai seorang ayah... Tidak ada perintah yang bisa aku keluarkan sebagai Komandan. Tiak ada yang bisa kulakukan. Karena itulah aku menunggu teleponmu tanpa bisa melakukan apapun".
Myeong Ju mengatakan ia tidak akan kalah dan melawan penyakitnya itu, jadi ia meminta ayahnya untuk tidak khawatir. "Ya. Kau harus melawannya. Ayah berharap kau
bisa menang demi ayah...".
Myeong Ju meminta ayahnya mendengarkan dua permintaannya. Pertama, ia ingin ayah memaafkannya. Sebelum ia berangkat ke Urk, ia pernah mengatakan bahwa ayah akan kehilangannya, sebagai putri maupun sebagai bawahan. Myeong Ju mengakui ia sudah melakukan kesalahan pada ayahnya.
Yang kedua, jika ia tidak mati, ia memohon agar ayahnya tidak mengeluarkan Dae Young dari tentara. Ia mengakui, hari itu ia mendengar semuanya. Ia sangat bahagia bisa bersama dengan Dae Young, oleh sebab itulah ia berpura-pura tidak mengetahuinya. "Maafkan aku, ayah. Ayah mengkhawatirkan aku tapi aku mengkhawatirkannya...".
Ayah mengerti. Mendengar itu menandakan Myeong Ju memang putrinya. Myeong Ju pamit pada ayahnya, mengatakan bahwa waktunya untuk minum obat sudah tiba, ia juga berjanji akan menelpon ayahnya lagi nanti.
Myeong Ju menutup telponnya dan tiba-tiba ponselnya malah terjatuh dari tangannya. Mo Yeon yang datang ke sana, sangat kaget melihat kondisi Myeong Ju.
---
Sementara itu, Daniel sepertinya sedang membawakan pesana barang, apa mungkin obat-obatan, dan dihadang oleh beberapa orang bersenjata.
---
Myeong Ju sudah tidak sadarkan diri lagi. Temperatur tubuhnya mencapi 41 derajat celcius. Mo Yeon dan Sang Hyun, bersama beberapa dokter lainnya menyiapkan es dan sebagaian tubuh Myeong Ju diletakkan di dalam air yang berisi potongan es. Solusi itu adalah solusi sementara untuk menstabilkan temperatur tubuh Myeong Ju sebelum obat yang dibawakan Daniel tiba.
Mo Yeon memberitahukan Shi Jin dan Dae Young bahwa Daniel sedang dalam perjalanan. Tiba-tiba ponsel Mo Yeon berbunyi, dari Daniel. Daniel mengabarkan kalau truk obatnya dicuri.
Mo Yeon mulai bingung, mengatakan mereka cuma punya waktu 1 jam. Untuk mengambil obat yang lain dari kota akan butuh waktu 4 jam lagi dan itu sudah sangat terlambat. Mo Yeon tidak tahu apa yang harus ia lakukan.
Tiba-tiba ponsel Shi Jin berbunyi, dari Argus. Argus mengajak Shi Jin membuat kesepakatan. Dari sanalah Shi Jin mengetahui dimana truk obat mereka.
---
Shi Jin dan Dae Young pergi ke tempat yang diberitahukan dan di sana sudah ada tiga orang yang berdiri di depan truk dengan wajah seluruhnya tertutup dan siap dengan senjata.
Salah seorang dari mereka membuka penutup wajah dan Shi Jin kaget ternyata itu bukan Argus. Shi Jin bertanya dimana Argus. "Dia sibuk...", sahut anak buah argus. Anak buah argus memperlihatkan kunci truk dan Shi Jin memperlihatkan sebutir berlian dan memberikannya pada pria itu.
Pria itu mengecek berlian itu dan kemudian memberikan kunci truk. Shi Jin memberikan kunci itu pada Daniel dan mengecek isi bak truk dan kotak obantya masih di sana. (Hmmm... ga dibuka dulu...)
Daniel menganggukkan kepalanya dan Shi Jin memberikan seplastik kecil diamond pada pria itu. Lalu Daniel pun bisa pergi dengan truk obat itu.
Setelah Daniel pergi, Dae Young menghajar si pria itu dan dengan serentak, yang lainnya mengeluarkan senajata. Beberapa tentara keluar dari balik bukit. Mereka akhirnya menyerah dan meletakkan senjata mereka.
---
Mo Yeon masih menemani Myeong Ju yang masih di dalam bak berisi es. Seseorang datang, memberitahukan bahwa obat sudah tiba. Saat Mo Yeon di luar, ia malah melihat Fatima dibawa oleh beberapa orang polisi. Saat Mo Yeon bertanya, polisi beralasan Fatima ditangkap karena mencuri obat di pasar gelap. Polisi itu menunjukkan surat bukti penangkapan.
Mo Yeon mengatakan, Fatima tidak mencuri, ia yang memberikan obat itu. Polisi tetap akan membawa Fatima, kali ini mereka beralasan Fatima menjual obat di pasar gelap dan mereka punya pernyataan dari saksi. Seorang pria keluar dari mobil polisi, ia adalah Tommy. Mo Yeon mengatakan semua itu adalah salah paham. Tommy membisikkan seusatu pada polisi. Polisi mengatakan Mo Yeon juga saksi di TKP itu.
---
Ye Hwa dan Gi Beom sedang merebus obat untuk Myeong Ju. Gi Beom merasa aneh, kenapa di jaman modern seperti sekarang, obat untuk virus seperti itu masih belum ada. Ye Hwa mengatakan, obat itu tidak untuk dijual dan jika tidak dijual maka tidak ada uang. Jika tidak ada uang, obat tidak akan dibuat. Oleh sebab itulah, diperlukan orang sepertinya, yang melawan pemerintah dan pergi ke tempat yang tidak diperintahkan untuk mengubah dunia.
Min Ji dan Ja Ae datang, sepertinya ingin bergabung bersama Ye Hwa dan Gi Beom. Min Jin ingin tahu apakah obat herbal itu bisa membantu Myeong Ju. Ja Ae tidak tidak tahu, mereka hanya mencoba apa yang mereka bisa, entah itu pengobatan modern atau pengobatan herbal atau berdoa.
Tiba-tiba dari walkie talkie, seseorang memberitahukan bahwa obat sudah tiba. Ja Ae dan Min Ji langsung ke sana.
---
Sang Hyun menyuntikkan obat ke dalam selang infus Myeong Ju dan Min Ji menyuntikkan ke selang infus Young Su. Dae Young yang baru saja tiba, langsung turun dari mobil dan berlari ke Medicube.
Ia menemani Myeong Ju sampai pagi hari sambil menggenggam tangan Myeong Ju, bersama dengan Sang Hyun dan Ja Ae. Setelah semalaman, suhu tubuh Myeong Ju sudah turun menjadi 37.5 derajat celcius. Dae Young menggendong Myeong Ju, memindahkan Myeong Ju ke tempat tidur.
---
Setelah keadaan stabil, Shi Jin juga terlihat lebih tenang dan keluar dari Medicube. Di luar, ia bertemu dengan Min Ji dan bertanya dimana Mo Yeon, karena dari semalam ia belum melihat Mo Yeon.
Min Ji baru ingat dan mengatakan ada polisi datang untuk menangkap Fatima dan Mo Yeon ikut pergi ke kantor polisi. Shi Jin kaget mendengarnya, ia tidak yakin apakah itu benar polisi Urk atau bukan.
---
Shi Jin langsung pergi, sendirian. Ia membawa mobil cukup kencang dan kaget saat melihat tiba-tiba melihat Fatima berdiri di tengah jalan dengan tangan dan mulut terikat.
Shi Jin menghnetikan mobilnya dan berlari mendekati Fatima. Pada saat yang bersamaan, seseorang menembak kaki Fatima, membuat Fatima terjatuh dan untungnya SHi Jin berhasil menahannya.
Dua orang pria bersenjata keluar dari balik semak-semak tinggi, Shi Jin langsung mengambil pistolnya. Lalu Shi Jin melihat Mo Yeon keluar, diikuti oleh seorang pria lain yang menodongkan senjata ke kepalanya. Mulut dan Mo Yeon juga diikat, sama seperti Fatima.
Menyadari keadaannya tidak menguntungkan, Shi Jin meletakkan pistolnya ke jalan. Tak lama dua mobil lain datang dan Argus turun dari dalam salah satu mobil. Argus mengikat kaki Fatima yang terluka sambil mengatakan, sangat disayangkan Fatima sampai terluka, sayangnya lagi dokter (Argus menunjuk Mo Yeon) tidak bisa merawat Fatima sekarang.
Mo Yeon sudah mulai meneteskan air matanya. Shi Jin menyuruh Argus menyingkirkan tangannya dari Fatima. Dengan santai Argus balik mengatakan, "Apa kau tak tahu situasinya sekarang? Kau mau mati? Atau kau mau pacarmu itu terbunuh? Sekarang giliranku untuk emberikan perintah, Kapten. Satu-satunya orang yang tak akan dibunuh oleh orang-orang ini adalah aku...".
"Apa yang kau inginkan?", bisik Shi Jin, akhirnya. Argus tersenyum senang dan bertepuk tangan. Ia memberi isyarat pada anak buahnya dan Mo Yeon kemudian dibawa ke dalam mobil.
Argus menceritakan bahwa senjata akan dikirimkan ke Urk Utara nanti malam dan pada saat itu, negaranya akan mencoba membunuhnya. Yang perlu dilakukan Shi Jin adalah membantunya melarikan diri. "Ayolah. Selamatkan aku seperti yang dulu kau lakukan, Kapten...", bujuk Argus. Shi Jin menatap Argus, sangat marah. Argus berpesan lagi, waktunya nanti malam, tepat jam 10 malam, tidak boleh terlalu cepat ataupun terlalu lambat karena ia tidak ingin menjual dokter itu hanya karena membalas dendam pribadi.
Shi Jin menyumpahi Argus, mengatakan akan membunuh Argus dengan tangannya sendiri. Argus hanya tertawa, mengatakan ia akan belajar bahasa Korea demi Shi Jin saja. Kemudian Argus pun pergi dengan membawa Mo Yeon bersamanya.
---
Di mobil, Argus sempat mengatakan pada Mo Yeon bahwa ia memiliki banyak kenangan indah selama di Urk dan ia sangat senang karena malam terakhirnya di Urk, ia habiskan bersama seorang yang sempurna seperti Mo Yeon.
Mo Yeon sangat takut dan mulai menangis. Walkie talkie di jaket Mo Yeon tiba-tiba bersuara, dari Shi Jin. Shi Jin meminta Mo Yeon untuk menunggunya sebentar karena ia pasti akan datang untuk menyelamatkan Mo Yeon. Mo Yeon semakin menangis mendengar suara Shi Jin.
Argus mengambil walkie talkie dan mengatakan pada Shi Jin bahwa ia akan menunggu Shi Jin datang. Kemudian, walkie talkie pun dibuang ke jalan.
---
Shi Jin menemui Byung Soo untuk mendapatkan izin meninggalkan tugas sementara, tapi Byung Soo sama sekali tidak mengizinkannya. Di Urk, Shi Jin hanyalah tentara yang bertugas untuk misi perdamaian, bukan menyelamatkan sandera sebagai Komandan Tim Alpha. Byung Soo juga menunjukkan lampu yang berkedip pada telpon yang ada di mejanya, lampu nomor dua adalah komandan dan lampu nomor tiga adalah Blue House. Ia bertanya pada Shi Jin, apa yang akan Shi Jin lakukan.
Byung Soo menekan nomor tiga dan tersambung dengan Kepala Urusan Luar Negeri dan Keamanan Nasional. Ia mengatakan ia sudah mendengar bahwa sudah terjadi penculikan. Byung Soo membantah, mengatakan bukan penculikan. Shi Jin langsung menyela, mengatakan itu adalah penculikan dan mengatakan penyandera berjumlah sekita 15 orang dan semuanya bersenjata.
Si Kepala Urusan Luar Negeri dan Keamanan Nasional menyuruh Shi Jin merahasikan ini hingga perintah selanjutnya dan ia menyuruh mereka bersiap saja. Shi Jin mengatakan, mereka tidak ada waktu dan saat ini sudah darurat, ia meminta izin untuk memulai gerakan penyelamatan.
Si Kepala Urusan Luar Negeri dan Keamanan Nasional ini sangat marah, Shi Jin sudah menimbulkan masalah saat tamu VIP dulu dan ia sudah menutupinya untuk Shi Jin. "Ini bukan masalah individual saja. Ini adalah masalah tingkat nasional!", teriaknya.
"Jika negara tak peduli dengan 1 nyawa, bukannya negara itulah yang bermasalah? Aku tak tahu negara anda, tapi aku akan membela negaraku, Pak.", geram Shi Jin di telpon lalu keluar dari markas.
Byung Soo memaki Shi Jin, brengsek. Ia mematikan telpon dan memanggil siapa di luar agar mencegah Shi Jin pergi.
Saat akan keluar dari camp, pintu camp ditutup. Shi Jin sangat geram dan meminta mereka menyingkir, ia tidak mau mencelakai satu orang pun. Salah seorang prajurit yang menjaga pintu gerbang, mendapatkan telpon dan memberikan telponnya pada Shi Jin. Dari komandan Tim khusus, Letjen Yoon, ayah Myeong Ju.
Letjen Yoon memberikan waktu 3 jam untuk Shi Jin. Selama 3 jam, ia tidak akan mengetahui keberadaan Shi Jin dan Shi Jin bukan Kapten Tim Alpha ataupun Kapten Mowuru, dan juga bukan Tentara Republik Korea. "Apa kau keberatan?".
Shi Jin setuju dan pembicaraan pun usai.
---
Shi Jin kembali ke camp Mowuru dan di sana ia berbicara dengan Dae Young melalui walkie talkie. Shi Jin menanyakan keadaan Myeong Ju. Dae Young mengatakan Myeong Ju masih belum sadar dan demannya sudah turun. Ia merasa, Myeong Ju sudah bisa mendengarkan mereka bicara. Shi Jin mengungkapkan rasa syukurnya dan kemudian memberitahukan Dae Young bahwa ia akan keluar sebentar, ia tidak bisa menemui Dae Young sebelum pergi.
Dae Young menanyakan kemana Shi Jin akan pergi. Tapi di saat bersamaan, Myeong Ju mulai sadar. Dae Young memberitahukan Shi Jin kalau ia akan menghubungi Shi Jin nanti. Lalu Dae Young mematikan walkie talkie dan memanggil dokter.
---
Shi Jin sudah mengganti bajunya, tidak memakai seragam lagi. Ia juga pergi ke wanita pemilik bar dan sepertinya membeli senjata lain di sana.
---
Mo Yeon sudah dibawa ke tempat Argus. Di sana Argus membuka selotip yang menutupi mulut Mo Yeon. Argus menyuruh Mo Yeon mengatakan apa pun yang Mo Yeon butuhkan padanya. Dalam bahasa Korea, Mo yeon mengatakan ia tidak tahu kenapa ia dibawa ke sana tapi tubuhnya tidak berharga karena yang ia miliki hanyalah hutang.
Argus tidak senang mendengarnya dan mengambil psitol lalu memukul wajah Mo Yeon pistol itu. "Berbicara dalam bahasa Inggris", perintahnya. Argus mengatakan ia bukan seorang pria yang baik saat sedang memegang senjata. Ia bisa saja menembak Mo Yeon. Argus meletakkan pistol di kepala Mo Yeon, mengancam akan menembak Mo Yeon.
Saat Argus menjauhkan pistol dari kepalanya, Mo Yeon baru bisa menghela nafas lega. Argus mengatakan, Shi Jin adalah sosok pria yang cerdas dan lucu, tapi misterius dan banyak rahasia. Shi Jin akan menghilang dan kadang-kadang sulit dihubungi, hingga suatu hari Shi Jin tidak akan pernah kembali...
Argus menyuruh Mo Yeon putus dari Shi Jin sekarang juga. "Itu adalah nasehatku untukmu... Bukan peringatan".
Air mata Mo Yeon mulai menetes. Masih dalam bahasa Korea, Mo Yeon mengatakan, "Jika kau mau mengatakan itu, kau harus menyediakan banyak uang dan segelah air. Kenapa kau memintaku putus tanpa memberiku apa-apa? Kau penasaran dengan apa yang aku katakan, 'kan? Itu bukan urusanmu, dasar sampah!".
Argus tersenyum dan mengatakan Mo Yeon wanita yang keras kepala.
---
Di camp, Dae Young mencoba menghubungi Shi Jin melalui walkie talkie. Tidak ada jawaban dari Shi Jin. Dae Young juga mencoba menghubungi ponsel Shi Jin, tapi lagi-lagi tidak ada jawaban.
Saat Sersan Choi datang, Dae Young menanyakan kemana Shi Jin pergi. Sersan Choi mengatakan Shi Jin melewati gerbang utama jam 17:30. Dae Young juga menanyakan keberadaan Mo Yeon. "Dia pergi ke kantor polisi semalam dan sampai sekarang belum kembali", lapor Sersan Choi. Melihat raut wajah Dae Young, Sersan Choi bertanya apa yang terjadi.
"Sesuatu yang buruk telah terjadi...", ucap Dae Young sambil melihat ke arah tempat tidur Shi Jin. Di atas tempat tidurnya, Shi Jin sudah melipat seluruh seragamnya, meletakkan pistol, dan juga kalung ID-nya.
---
Shi Jin menghubungi Mubarrat. "Izinkan aku menggunakan kartu terakhirku. Aku butuh helikopter. Dan berkencan sekali lagi...", ucap Shi Jin.
Mobil Shi Jin melaju kencang...
Bersambung...
[Sinopsis Descendants Of The Sun Episode 12 Part 1]
Note : All images credit to KBS2
Sinopsis Descendants Of The Sun Episode 11 Part 2
![]() |
Credit : KBS2 |
Kdramastory - Ja Ae menemui Sang Hyun dan memberitahukan bahwa hasil lab sudah keluar. Sang Hyun sangat senang karena itu artinya dengar resmi ia sudah bisa keluar dari karantina. "Kau mau kemana? Kau bahkan belum mendengar hasilnya...", ucap Ja Ae heran.
"Demam tinggi, sakit kepala, nyeri jantung dan juga batuk. Gejala awal M3 mirip dengan Ebola, tapi kulitmu masih terlihat bersinar, dan kau tetap terlihat cantik, jadi itu artinya penglihatanku baik-baik saja. Gejalaku juga berasal dari virus. Apa kau belum pernah terkena sebelumnya? Aku cuma terkena flu biasa...", ucap Sang Hyun santai.
Ja Ae membuka maskernya dan matanya mulai berkaca-kaca. "Hei, anak SD! Kau cuma terkena flu biasa. Kau tahu aku sangat khawatir...". Ja Ae menangis dan memeluk Sang Hyun.
Tapi sesaat kemudian, Ja Ae kaget sendiri dan langsung melepaskan diri dari Sang Hyun. Sang Hyun menarik Ja Ae dan memeluknya lagi. Ja Ae meminta Sang Hyun melepaskannya tapi Sang Hyun tidak mau, karena Ja Ae sendiri yang memeluknya lebih dulu.
Sang Hyun memeluk Ja Ae sambil menggumamkan, 'sakitla, sakitlah...'. Ja Ae kesal dan memukul Sang Hyun mengatakan Sang Hyun seperti anak SD. Sang Hyun memberikan secarik kertas pada Ja Ae dan Ja Ae membacanya. 'Cefotaxime?'
Sang Hyun menanyakan dimana Mo Yeon.
---
Mereka berbicara dengan Mo Yeon tentang Cefotaxime'. Sang Hyun mengatakannya ia membacanya dari kasus-kasus virus M# yang terjadi di afrika sebelumnya. Sayangnya, di dalam gudang obat mereka, mereka tidak memiliki Cefotaxime. "Kalau begitu, cepat hubungi Daniel dan...", suruh Sang Hyun.
Ja Ae menyela, mengatakan ia sudah menghubungi Daniel dan Daniel berjanji akan mengantarkan dalam pesanan mereka selanjutnya. Setelah itu Ja Ae langsung pamit pergi. Melihat raut wajah Ja Ae tadi, Mo Yeon bertanya pada Sang Hyun, pakah mereka bertengkar tadi.
"Ini adalah contoh yang disebut 'Push and Pull'...", ucap Sang Hyun ceria. Mo Yeon menegur Sang Hyun yang masih saja bercanda. "Kau tahu seberapa khawatirnya dia?".
---
Myeong Ju mengecek lagi suhu tubuhnya sendiri dan kemudian menelpon ayahnya, mengabarkan kalau ia sedang sakit. "Ayah belum menerima laporannya?".
"Sudah".
"Tapi, ayah bahkan tidak meneleponku...".
"Mereka bilang, kemungkinannya 50-50, dan tak ada yang bisa kulakukan sebagai seorang ayah... Tidak ada perintah yang bisa aku keluarkan sebagai Komandan. Tiak ada yang bisa kulakukan. Karena itulah aku menunggu teleponmu tanpa bisa melakukan apapun".
Myeong Ju mengatakan ia tidak akan kalah dan melawan penyakitnya itu, jadi ia meminta ayahnya untuk tidak khawatir. "Ya. Kau harus melawannya. Ayah berharap kau
bisa menang demi ayah...".
Myeong Ju meminta ayahnya mendengarkan dua permintaannya. Pertama, ia ingin ayah memaafkannya. Sebelum ia berangkat ke Urk, ia pernah mengatakan bahwa ayah akan kehilangannya, sebagai putri maupun sebagai bawahan. Myeong Ju mengakui ia sudah melakukan kesalahan pada ayahnya.
Yang kedua, jika ia tidak mati, ia memohon agar ayahnya tidak mengeluarkan Dae Young dari tentara. Ia mengakui, hari itu ia mendengar semuanya. Ia sangat bahagia bisa bersama dengan Dae Young, oleh sebab itulah ia berpura-pura tidak mengetahuinya. "Maafkan aku, ayah. Ayah mengkhawatirkan aku tapi aku mengkhawatirkannya...".
Ayah mengerti. Mendengar itu menandakan Myeong Ju memang putrinya. Myeong Ju pamit pada ayahnya, mengatakan bahwa waktunya untuk minum obat sudah tiba, ia juga berjanji akan menelpon ayahnya lagi nanti.
Myeong Ju menutup telponnya dan tiba-tiba ponselnya malah terjatuh dari tangannya. Mo Yeon yang datang ke sana, sangat kaget melihat kondisi Myeong Ju.
---
Sementara itu, Daniel sepertinya sedang membawakan pesana barang, apa mungkin obat-obatan, dan dihadang oleh beberapa orang bersenjata.
---
Myeong Ju sudah tidak sadarkan diri lagi. Temperatur tubuhnya mencapi 41 derajat celcius. Mo Yeon dan Sang Hyun, bersama beberapa dokter lainnya menyiapkan es dan sebagaian tubuh Myeong Ju diletakkan di dalam air yang berisi potongan es. Solusi itu adalah solusi sementara untuk menstabilkan temperatur tubuh Myeong Ju sebelum obat yang dibawakan Daniel tiba.
Mo Yeon memberitahukan Shi Jin dan Dae Young bahwa Daniel sedang dalam perjalanan. Tiba-tiba ponsel Mo Yeon berbunyi, dari Daniel. Daniel mengabarkan kalau truk obatnya dicuri.
Mo Yeon mulai bingung, mengatakan mereka cuma punya waktu 1 jam. Untuk mengambil obat yang lain dari kota akan butuh waktu 4 jam lagi dan itu sudah sangat terlambat. Mo Yeon tidak tahu apa yang harus ia lakukan.
Tiba-tiba ponsel Shi Jin berbunyi, dari Argus. Argus mengajak Shi Jin membuat kesepakatan. Dari sanalah Shi Jin mengetahui dimana truk obat mereka.
---
Shi Jin dan Dae Young pergi ke tempat yang diberitahukan dan di sana sudah ada tiga orang yang berdiri di depan truk dengan wajah seluruhnya tertutup dan siap dengan senjata.
Salah seorang dari mereka membuka penutup wajah dan Shi Jin kaget ternyata itu bukan Argus. Shi Jin bertanya dimana Argus. "Dia sibuk...", sahut anak buah argus. Anak buah argus memperlihatkan kunci truk dan Shi Jin memperlihatkan sebutir berlian dan memberikannya pada pria itu.
Pria itu mengecek berlian itu dan kemudian memberikan kunci truk. Shi Jin memberikan kunci itu pada Daniel dan mengecek isi bak truk dan kotak obantya masih di sana. (Hmmm... ga dibuka dulu...)
Daniel menganggukkan kepalanya dan Shi Jin memberikan seplastik kecil diamond pada pria itu. Lalu Daniel pun bisa pergi dengan truk obat itu.
Setelah Daniel pergi, Dae Young menghajar si pria itu dan dengan serentak, yang lainnya mengeluarkan senajata. Beberapa tentara keluar dari balik bukit. Mereka akhirnya menyerah dan meletakkan senjata mereka.
---
Mo Yeon masih menemani Myeong Ju yang masih di dalam bak berisi es. Seseorang datang, memberitahukan bahwa obat sudah tiba. Saat Mo Yeon di luar, ia malah melihat Fatima dibawa oleh beberapa orang polisi. Saat Mo Yeon bertanya, polisi beralasan Fatima ditangkap karena mencuri obat di pasar gelap. Polisi itu menunjukkan surat bukti penangkapan.
Mo Yeon mengatakan, Fatima tidak mencuri, ia yang memberikan obat itu. Polisi tetap akan membawa Fatima, kali ini mereka beralasan Fatima menjual obat di pasar gelap dan mereka punya pernyataan dari saksi. Seorang pria keluar dari mobil polisi, ia adalah Tommy. Mo Yeon mengatakan semua itu adalah salah paham. Tommy membisikkan seusatu pada polisi. Polisi mengatakan Mo Yeon juga saksi di TKP itu.
---
Ye Hwa dan Gi Beom sedang merebus obat untuk Myeong Ju. Gi Beom merasa aneh, kenapa di jaman modern seperti sekarang, obat untuk virus seperti itu masih belum ada. Ye Hwa mengatakan, obat itu tidak untuk dijual dan jika tidak dijual maka tidak ada uang. Jika tidak ada uang, obat tidak akan dibuat. Oleh sebab itulah, diperlukan orang sepertinya, yang melawan pemerintah dan pergi ke tempat yang tidak diperintahkan untuk mengubah dunia.
Min Ji dan Ja Ae datang, sepertinya ingin bergabung bersama Ye Hwa dan Gi Beom. Min Jin ingin tahu apakah obat herbal itu bisa membantu Myeong Ju. Ja Ae tidak tidak tahu, mereka hanya mencoba apa yang mereka bisa, entah itu pengobatan modern atau pengobatan herbal atau berdoa.
Tiba-tiba dari walkie talkie, seseorang memberitahukan bahwa obat sudah tiba. Ja Ae dan Min Ji langsung ke sana.
---
Sang Hyun menyuntikkan obat ke dalam selang infus Myeong Ju dan Min Ji menyuntikkan ke selang infus Young Su. Dae Young yang baru saja tiba, langsung turun dari mobil dan berlari ke Medicube.
Ia menemani Myeong Ju sampai pagi hari sambil menggenggam tangan Myeong Ju, bersama dengan Sang Hyun dan Ja Ae. Setelah semalaman, suhu tubuh Myeong Ju sudah turun menjadi 37.5 derajat celcius. Dae Young menggendong Myeong Ju, memindahkan Myeong Ju ke tempat tidur.
---
Setelah keadaan stabil, Shi Jin juga terlihat lebih tenang dan keluar dari Medicube. Di luar, ia bertemu dengan Min Ji dan bertanya dimana Mo Yeon, karena dari semalam ia belum melihat Mo Yeon.
Min Ji baru ingat dan mengatakan ada polisi datang untuk menangkap Fatima dan Mo Yeon ikut pergi ke kantor polisi. Shi Jin kaget mendengarnya, ia tidak yakin apakah itu benar polisi Urk atau bukan.
---
Shi Jin langsung pergi, sendirian. Ia membawa mobil cukup kencang dan kaget saat melihat tiba-tiba melihat Fatima berdiri di tengah jalan dengan tangan dan mulut terikat.
Shi Jin menghnetikan mobilnya dan berlari mendekati Fatima. Pada saat yang bersamaan, seseorang menembak kaki Fatima, membuat Fatima terjatuh dan untungnya SHi Jin berhasil menahannya.
Dua orang pria bersenjata keluar dari balik semak-semak tinggi, Shi Jin langsung mengambil pistolnya. Lalu Shi Jin melihat Mo Yeon keluar, diikuti oleh seorang pria lain yang menodongkan senjata ke kepalanya. Mulut dan Mo Yeon juga diikat, sama seperti Fatima.
Menyadari keadaannya tidak menguntungkan, Shi Jin meletakkan pistolnya ke jalan. Tak lama dua mobil lain datang dan Argus turun dari dalam salah satu mobil. Argus mengikat kaki Fatima yang terluka sambil mengatakan, sangat disayangkan Fatima sampai terluka, sayangnya lagi dokter (Argus menunjuk Mo Yeon) tidak bisa merawat Fatima sekarang.
Mo Yeon sudah mulai meneteskan air matanya. Shi Jin menyuruh Argus menyingkirkan tangannya dari Fatima. Dengan santai Argus balik mengatakan, "Apa kau tak tahu situasinya sekarang? Kau mau mati? Atau kau mau pacarmu itu terbunuh? Sekarang giliranku untuk emberikan perintah, Kapten. Satu-satunya orang yang tak akan dibunuh oleh orang-orang ini adalah aku...".
"Apa yang kau inginkan?", bisik Shi Jin, akhirnya. Argus tersenyum senang dan bertepuk tangan. Ia memberi isyarat pada anak buahnya dan Mo Yeon kemudian dibawa ke dalam mobil.
Argus menceritakan bahwa senjata akan dikirimkan ke Urk Utara nanti malam dan pada saat itu, negaranya akan mencoba membunuhnya. Yang perlu dilakukan Shi Jin adalah membantunya melarikan diri. "Ayolah. Selamatkan aku seperti yang dulu kau lakukan, Kapten...", bujuk Argus. Shi Jin menatap Argus, sangat marah. Argus berpesan lagi, waktunya nanti malam, tepat jam 10 malam, tidak boleh terlalu cepat ataupun terlalu lambat karena ia tidak ingin menjual dokter itu hanya karena membalas dendam pribadi.
Shi Jin menyumpahi Argus, mengatakan akan membunuh Argus dengan tangannya sendiri. Argus hanya tertawa, mengatakan ia akan belajar bahasa Korea demi Shi Jin saja. Kemudian Argus pun pergi dengan membawa Mo Yeon bersamanya.
---
Di mobil, Argus sempat mengatakan pada Mo Yeon bahwa ia memiliki banyak kenangan indah selama di Urk dan ia sangat senang karena malam terakhirnya di Urk, ia habiskan bersama seorang yang sempurna seperti Mo Yeon.
Mo Yeon sangat takut dan mulai menangis. Walkie talkie di jaket Mo Yeon tiba-tiba bersuara, dari Shi Jin. Shi Jin meminta Mo Yeon untuk menunggunya sebentar karena ia pasti akan datang untuk menyelamatkan Mo Yeon. Mo Yeon semakin menangis mendengar suara Shi Jin.
Argus mengambil walkie talkie dan mengatakan pada Shi Jin bahwa ia akan menunggu Shi Jin datang. Kemudian, walkie talkie pun dibuang ke jalan.
---
Shi Jin menemui Byung Soo untuk mendapatkan izin meninggalkan tugas sementara, tapi Byung Soo sama sekali tidak mengizinkannya. Di Urk, Shi Jin hanyalah tentara yang bertugas untuk misi perdamaian, bukan menyelamatkan sandera sebagai Komandan Tim Alpha. Byung Soo juga menunjukkan lampu yang berkedip pada telpon yang ada di mejanya, lampu nomor dua adalah komandan dan lampu nomor tiga adalah Blue House. Ia bertanya pada Shi Jin, apa yang akan Shi Jin lakukan.
Byung Soo menekan nomor tiga dan tersambung dengan Kepala Urusan Luar Negeri dan Keamanan Nasional. Ia mengatakan ia sudah mendengar bahwa sudah terjadi penculikan. Byung Soo membantah, mengatakan bukan penculikan. Shi Jin langsung menyela, mengatakan itu adalah penculikan dan mengatakan penyandera berjumlah sekita 15 orang dan semuanya bersenjata.
Si Kepala Urusan Luar Negeri dan Keamanan Nasional menyuruh Shi Jin merahasikan ini hingga perintah selanjutnya dan ia menyuruh mereka bersiap saja. Shi Jin mengatakan, mereka tidak ada waktu dan saat ini sudah darurat, ia meminta izin untuk memulai gerakan penyelamatan.
Si Kepala Urusan Luar Negeri dan Keamanan Nasional ini sangat marah, Shi Jin sudah menimbulkan masalah saat tamu VIP dulu dan ia sudah menutupinya untuk Shi Jin. "Ini bukan masalah individual saja. Ini adalah masalah tingkat nasional!", teriaknya.
"Jika negara tak peduli dengan 1 nyawa, bukannya negara itulah yang bermasalah? Aku tak tahu negara anda, tapi aku akan membela negaraku, Pak.", geram Shi Jin di telpon lalu keluar dari markas.
Byung Soo memaki Shi Jin, brengsek. Ia mematikan telpon dan memanggil siapa di luar agar mencegah Shi Jin pergi.
Saat akan keluar dari camp, pintu camp ditutup. Shi Jin sangat geram dan meminta mereka menyingkir, ia tidak mau mencelakai satu orang pun. Salah seorang prajurit yang menjaga pintu gerbang, mendapatkan telpon dan memberikan telponnya pada Shi Jin. Dari komandan Tim khusus, Letjen Yoon, ayah Myeong Ju.
Letjen Yoon memberikan waktu 3 jam untuk Shi Jin. Selama 3 jam, ia tidak akan mengetahui keberadaan Shi Jin dan Shi Jin bukan Kapten Tim Alpha ataupun Kapten Mowuru, dan juga bukan Tentara Republik Korea. "Apa kau keberatan?".
Shi Jin setuju dan pembicaraan pun usai.
---
Shi Jin kembali ke camp Mowuru dan di sana ia berbicara dengan Dae Young melalui walkie talkie. Shi Jin menanyakan keadaan Myeong Ju. Dae Young mengatakan Myeong Ju masih belum sadar dan demannya sudah turun. Ia merasa, Myeong Ju sudah bisa mendengarkan mereka bicara. Shi Jin mengungkapkan rasa syukurnya dan kemudian memberitahukan Dae Young bahwa ia akan keluar sebentar, ia tidak bisa menemui Dae Young sebelum pergi.
Dae Young menanyakan kemana Shi Jin akan pergi. Tapi di saat bersamaan, Myeong Ju mulai sadar. Dae Young memberitahukan Shi Jin kalau ia akan menghubungi Shi Jin nanti. Lalu Dae Young mematikan walkie talkie dan memanggil dokter.
---
Shi Jin sudah mengganti bajunya, tidak memakai seragam lagi. Ia juga pergi ke wanita pemilik bar dan sepertinya membeli senjata lain di sana.
---
Mo Yeon sudah dibawa ke tempat Argus. Di sana Argus membuka selotip yang menutupi mulut Mo Yeon. Argus menyuruh Mo Yeon mengatakan apa pun yang Mo Yeon butuhkan padanya. Dalam bahasa Korea, Mo yeon mengatakan ia tidak tahu kenapa ia dibawa ke sana tapi tubuhnya tidak berharga karena yang ia miliki hanyalah hutang.
Argus tidak senang mendengarnya dan mengambil psitol lalu memukul wajah Mo Yeon pistol itu. "Berbicara dalam bahasa Inggris", perintahnya. Argus mengatakan ia bukan seorang pria yang baik saat sedang memegang senjata. Ia bisa saja menembak Mo Yeon. Argus meletakkan pistol di kepala Mo Yeon, mengancam akan menembak Mo Yeon.
Saat Argus menjauhkan pistol dari kepalanya, Mo Yeon baru bisa menghela nafas lega. Argus mengatakan, Shi Jin adalah sosok pria yang cerdas dan lucu, tapi misterius dan banyak rahasia. Shi Jin akan menghilang dan kadang-kadang sulit dihubungi, hingga suatu hari Shi Jin tidak akan pernah kembali...
Argus menyuruh Mo Yeon putus dari Shi Jin sekarang juga. "Itu adalah nasehatku untukmu... Bukan peringatan".
Air mata Mo Yeon mulai menetes. Masih dalam bahasa Korea, Mo Yeon mengatakan, "Jika kau mau mengatakan itu, kau harus menyediakan banyak uang dan segelah air. Kenapa kau memintaku putus tanpa memberiku apa-apa? Kau penasaran dengan apa yang aku katakan, 'kan? Itu bukan urusanmu, dasar sampah!".
Argus tersenyum dan mengatakan Mo Yeon wanita yang keras kepala.
---
Di camp, Dae Young mencoba menghubungi Shi Jin melalui walkie talkie. Tidak ada jawaban dari Shi Jin. Dae Young juga mencoba menghubungi ponsel Shi Jin, tapi lagi-lagi tidak ada jawaban.
Saat Sersan Choi datang, Dae Young menanyakan kemana Shi Jin pergi. Sersan Choi mengatakan Shi Jin melewati gerbang utama jam 17:30. Dae Young juga menanyakan keberadaan Mo Yeon. "Dia pergi ke kantor polisi semalam dan sampai sekarang belum kembali", lapor Sersan Choi. Melihat raut wajah Dae Young, Sersan Choi bertanya apa yang terjadi.
"Sesuatu yang buruk telah terjadi...", ucap Dae Young sambil melihat ke arah tempat tidur Shi Jin. Di atas tempat tidurnya, Shi Jin sudah melipat seluruh seragamnya, meletakkan pistol, dan juga kalung ID-nya.
---
Shi Jin menghubungi Mubarrat. "Izinkan aku menggunakan kartu terakhirku. Aku butuh helikopter. Dan berkencan sekali lagi...", ucap Shi Jin.
Mobil Shi Jin melaju kencang...
Bersambung...
[Sinopsis Descendants Of The Sun Episode 12 Part 1]
Note : All images credit to KBS2
Post a Comment