[Sinopsis Last Episode 3]
Kdramastory - Beberapa mobil polisi dan polisi berjaga-jaga di dermaga ketika mobil Tae Ho diangkat dari dasar laut. Terdengar suara sirine polisi dari kejauhan.
--
Di dalam kamar kontrakan, Tae Ho, Hae Jin, dan Young Chil berusaha membujuk Presiden Jo yang baru keluar dari klinik untuk makan buburnya. Young Shin bahkan mencicipi bubur itu untuk membuktikan bubur itu enak yang membuat Hae Jin kesal dan memukulnya. Presiden Jo menolaknya, ia berkata ia baik-baik saja. Ia bahkan menolak dipanggil Presiden, karena yang ia lakukan hanyalah menyebabkan masalah saja. Presiden Jo sampai membungkukkan badannya, meminta maaf pada Tae Ho, lalu pada Hae Sin dan Young Chil.
Setelah gagal membujuk, akhirnya Tae Ho dan teman-temannya menyerah dan keluar dari kontrakan mereka. Sambil berjalan, Young Chil menyarankan agar Presiden Jo diberikan obat herbal saja, keluarganya punya bisnis obat herbal. Tapi Hae Jin merasa tidak yakin karena Young Chil 'kan kabur dari rumah dan menjadi gelandangan... Lalu Tae Ho berpamitan karena harus latihan dulu. Hae Jin bertanya apa Tae Ho masih dipukul sampai terjatuh oleh Jong Goo, apa perlu ia carikan guru yang lain? Tapi Tae Ho menolak, ia berkata kadang-kadang ia bisa menjatuhkan Jong Goo. Hae Jin tertawa, menggoda Tae Ho yang sombong. Lalu mereka berpisah di persimpangan gang.
Beberapa saat kemudian, Mantis muncul dari gang yang lain dan berdiri di depan Tae Ho. Tae Ho dibawa Mantis ke kamar hotel Heung Sam. Heung Sam yang saat itu sedang bermain golf berbasa-basi, bertanya apakah Tae Ho pernah bermain golf. "Tidak pernah", jawab Tae Ho singkat. Heung Sam menyarankan pada Tae Ho untuk sesekali bermain golf, jika ia ingin sukses. Tapi Tae Ho berkata ia tidak suka olah raga di luar, udara kota tidak baik dan penuh polusi.
Heung Sam tertawa dan menyuruh Tae Ho duduk. Heung Sam berkata ia mendengar Tae Ho menolak hadiah darinya, mendapatkan hadiah seorang wanita seperti Madam Seo seharusnya Tae Ho berterima kasih padanya. Tae Ho mendengus, "Bagaimana seorang Ju Po yang gagal seperti ini malah mengkhawatirkan seorang wanita? Tapi aku berterima kasih atas perhatian anda", ucapnya. Ju Po adalah nama samaran Tae Ho ketika ia masih bermain saham.
Wajah Heung Sam terlihat sedikit kesal mendengar ucapan sinis Tae Ho tadi, tapi ia menahan diri dan mengalihkan pembicaraan, ia melihat Tae Ho semakin senang di sini, apakah keadaan Tae Ho semakin baik, tanyanya sambil tersenyum. Tapi dengan ketus Tae Ho menjawab ia tidak punya pilihan lain. Yang dapat ia lakukan hanya bertahan hidup setiap harinya.
"Kau ini bermuka tebal juga", sindir Heung Sam. Ia merasa orang seperti Tae Ho ini akan membuat lelah orang-orang di sekitarnya. "Aku anggap ini pujian", sahut Tae Ho ketus lagi. Wajah Heung Sam terlihat berusaha menahan emosinya. "Kau lebih sinting dari dugaanku. Aku pikir kau akan lari ketakutan", ucap Heung Sam. Tae Ho tidak mengerti apa maksud Heung Sam. "Kau belum mendengar beritanya, ya?".
--
Di dalam busnya, Jong Goo mendengar berita dari televisi tentang ditemukannya mayat seorang pria yang terlibat dengan manipulasi saham Dae Dong Bio. Reporter memberitakan bahwa mobil yang ditemukan adalah milik Tuan Jang. Identitas mayat dapat diidentifikasi langsung tanpa perlu otopsi. Setelah melakukan pemeriksaan, polisi menyimpulkan ini adalah pembunuhan dan polisi akan fokus untuk menangkap Tuan Jang.
Wajah Tae Ho terlihat marah mendengar berita itu. Heung Sam mengambilkan minuman untuk Tae Ho. Ia berkata saat ini polisi dan Presiden Jung mencari Tae Ho. "Kemana kau akan bersembunyi?".
"Apakah ada tempat aku untuk bersembunyi", Tae Ho bertanya balik. Heung Sam menganggukkan kepalanya, setuju dengan ucapan Tae Ho tadi. Menurutnya Presiden Jung itu orangnya sangat keras kepala, ia tidak akan berhenti sampai mendapatkan kepala Tae Ho. Polisi tidak akan mencurigai Presiden Jung. Sehingga pada akhirnya Tae Ho lah yang akan dituduh sebagai pembunuh. Lalu Heung Sam menawarkan sesuatu yang akan bisa membuat Tae Ho keluar dari masalahnya.
Heung Sam menyuruh Mantis mengambil sesuatu di laci meja. Mantis mengambil sebuah kotak dan membukanya di atas meja. Sebuah pistol. "Singkirkan Jung Man Chool. Hanya dengan cara itu kau bisa bertahan", ucap Heung Sam. Tae Ho terkejut. "Membunuh atau dibunuh. Itulah mantra kehidupan. Dia pernah menjebakmu menjadi pembunuh sehingga tidak ada ruginya membunuhnya", ucap Heung Sam lagi.
Tae Ho bertanya apa yang didapatkan Heung Sam dengan ini. Heung Sam tersenyum tipis, "Entahlah. Bisnis yang semakin membesar?". Heung Sam mengatakan rencana ini akan lebih menguntungkan untuk Tae Ho daripada dirinya. Apapun dan kemanapun Tae Ho pergi, hal yang paling penting adalah lolos dari Presiden Jung terlebih dahulu. "Bukan begitu?".
Tae Ho meletakkan gelasnya di meja dengan kasar dan berdiri. Mantis hampir saja mengeluarkan sesuatu dari balik jasnya tapi Heung Sam mecegahnya. Dengan menahan marah Tae Ho berkata ia pernah hidup dari sisa makanan orang lain, dan di sinilah ia sekarang. Jika yang dimaksud Heung Sam itu pembalasan, maka saat ini ia tidak akan berada di Stasiun Seoul. Jadi, dia akan berpura-pura tidak melihat pistol itu.
Melihat Tae Ho menolak, Heung Sam menjadi marah. "Lalu bagaimana dengan uang 5 milyar-ku? Jika digabung dengan uang Presiden Jung 12 milyar. Bagaimana kau bisa membayarnya?", tuntutnya.
"Anda mengancamku?"
Heung Sam menggelengkan kepalanya. Ia hanya menawarkan jalan pintas pada Tae Ho. "Kembalikan uang 5 milyar-ku minggu depan atau singkirkan Jung Man Chool". Tae Ho tidak menjawab dan pergi dari kamar Heung Sam, diikuti oleh Mantis.
Di depan pintu lift ia bertemu dengan Poison Snake dan Crocodile yang masing-masing membawa koper uang di tangan mereka. Crocodile kesal melihat Tae Ho yang bisa bebas bertemu dengan Bos, padahal Tae Ho cuma nomor 7. Tae Ho tidak menanggapi Crocodile, ia menyelonong pergi begitu saja dan masuk ke dalam lift. Crocodile sangat kesal dan berniat mendekati Tae Ho. Tapi Poison Snake menyuruhnya membiarkan Tae Ho. "Untuk apa bawahan seperti kita tau? Ini rencana besar Bos... iya 'kan?", sindirnya sambil menatap tajam pada Mantis.
Mantis tidak berkomentar, ia hanya meminta mereka menyerahkan tas mereka. Sambil menyerahkan tas, Poison Snake memberitahukan bahwa setoran mereka hari ini tidak begitu bagus. Apa Bos akan terus membiarkan Presiden Jung mengganggu mereka?.
"Aku tidak tau. Ini juga bagian dari rencana besar Bos", sahut Mantis singkat. Setelah Mantis pergi, Poison Snake mendapatkan telpon dari seseorang.
--
Poison Snake dan Crocodile ada di restoran sekarang. Mereka mengaduk-aduk makanan mereka dengan malas sambil sesekali melirik seseorang yang duduk di depan mereka. Orang itu adalah Presiden Jung. Chairman berbasa-basi tentang masa lalu mereka. Di saat keadaan Stasiun Seoul masih baik, mereka masih sering makan bersama-sama dan ia juga sering mentraktir Poison Snake dan Crocodile. Tapi sekarang ia merasa kasihan pada mereka berdua. Heung Sam tidak memperlakukan mereka seperti yang seharusnya. Presiden Jung menganggap suasana menjadi tidak begitu baik karena keserakahan Heung Sam.
Poison Snake tersenyum sinis. "Lalu?".
Presiden Jung menganggap masa keemasan Heung Sam akan segera berakhir. Ia akan menaburkan abu Heung Sam di seluruh Stasiun Seoul. Lalu siapa yang akan mengisi posisi yang kosong? Heung Sam selama ini memperlakukan mereka berdua seperti budaknya saja...
Crocodile mencoba membantah ucapan Presiden Jung. Ia merasa tidak seburuk itu, mereka hanya merasa sedikit kecewa... Poison Snake menyuruh Crocodile menutup mulutnya. Sambil menatap sinis pada Presiden Jung, ia menyuruh Presiden Jung cukup membujuk mereka. Sebelum pergi, ia berterima kasih atas makanan yang ditraktir oleh Presiden Jung.
Presiden Jung masih mencoba membujuk mereka lagi. Ia menyuruh Poison Snake menerima tawarannya selagi masih hangat dan jangan menunggu terlalu lama. Tapi Poison Snake tetap menolak. Waktu dulu ia masih preman kacangan dan hampir mati, Heung Sam lah yang menyelamatkannya ketika ia ditusuk dari belakang. Jadi ia tidak akan mengkhianati Heung Sam.
Presiden Jung mentertawakan mereka. Ia memberikan tawaran itu pada mereka karena ia ingat akan masa lalu mereka. Tapi jika mereka menolak, ya sudah lah. Lalu Poison Snake juga mengatakan seseuatu tentang keberadaan Tae Ho. Tidak diperlihatkan apa yang dikatakan oleh Poison Snake.
--
Heung Sam memanggil Hae Jin ke parkiran basemen. Ia bertanya apakah Hae Jin tinggal bersama Tae Ho. Dengan sedikit gugup, Hae Jin membenarkan tapi ia berbohong, mengatakan bahwa hubungan mereka tidak begitu baik. Heung Sam tidak berkomentar. Lalu Mantis keluar dari mobil dan mengambil sesuatu dari balik jasnya. Hae Jin sangat terkejut, mungkin dia pikir yang diambil Mantis adalah pistol. Tapi ternyata yang diambil Mantis adalah sebuah amplop. :-))
Heung Sam memerintahkan Hae Jin untuk mengawasi Tae Ho. Kemana pun Tae Ho pergi, Hae Jin harus melaporkan padanya. Mantis juga memberikan sebuah ponsel pada Hae Jin dan memberitahukan jika Hae Jin menelpon nomor itu, maka ia yang akan menjawabnya.
Hae Jin bingung dan ingin bertanya kenapa Heung Sam memilihnya, tapi belum selesai ia bertanya, Heung Sam sudah menutup kaca jendela mobilnya dan pergi. Setelah Heung Sam pergi, Hae Jin membuka amplop tadi, ia mendapati uang yang sangat banyak sekali.
--
Mi Joo pergi ke Stasiun Deokso dan membeli dua tiket kereta untuk jam 3:30 tujuan Gangneung. Lalu ia duduk di kursi dekat pintu masuk stasiun. Sementara di tempat lain, Jong Goo duduk melamun sendirian di dalam busnya. Sambil menunggu, Mi Joo seperti melihat dirinya sendiri yang dulu pernah menunggu Jong Goo di stasiun yang sama. Saat itu ketika Jong Goo datang, Mi Joo terlihat sangat senang dan memanggil Jong Goo dengan sebutan ahjussi.
Jong Goo berkata ia datang untuk menjemput Mi Joo, menggantikan Heung Sam, agar Mi Joo tidak terluka. Wajah Mi Joo berubah, ia terlihat kecewa. Tapi ia mencoba membujuk Jong Goo. Ia menggenggam tangan Jong Goo, mengajak Jong Goo kabur bersamanya, ke tempat dimana tidak seorang pun mengenal mereka. Tapi Jong Goo tidak mau. Ia tidak mau melarikan diri terus sepanjang hidupnya dan ia juga tidak mau sepanjang hidupnya terus khawatir dengan apa yang terjadi jika mereka ditemukan. "Mi Joo-ya, kita tidak bisa kabur", ucap Jong Goo lagi.
Mi Joo kecewa mendengar ucapan Jong Goo dan melepaskan tangan Jong Goo.
Kembali ke masa sekarang, Setelah lama menunggu, Mi Joon merobek tiket kereta dan pergi meninggalkan stasiun. Sama seperti dulu, Jong Goo tidak datang menemuinya di stasiun. Sementara di dalam busnya, Jong Goo yang ternyata dari tadi menatap kalender, mengambil kalender itu dan merobeknya.
Lalu Jong Goo keluar dari bus, sudah siap dengan sarung tinju di tangannya dan menyapa Tae Ho yang sedang berlatih meninju tumpukan ban yang sudah digantungkan di langit-langit bengkel. Jong Goo berkata Tae Ho akan dihukum 1 menit satu pukulan, dan karena Tae Ho terlambat 6 jam maka Tae Ho akan mendapatkan pukulan... Jong Goo berpikir untuk menghitung jumlah pukulan tapi kemudian ia menyerah. "Pokoknya kau akan menerima banyak pukulan lah...". :-)
Awalnya Tae Ho mencoba memukul tapi ia kalah cepat dari Jong Goo. Jong Goo berhasil memukul Tae Ho berkali-kali dan sampai-sampai membuat Tae Ho malas melawannya. Jong Goo berhenti, bertanya ada apa dengan Tae Ho, kenapa ia tidak melawan.
Tae Ho tidak menjawab, ia malah minta berhenti latihan hari ini dan mengambil jasnya. Tapi Jong Goo menahannya, ia menasehati Tae Ho agar melupakan semua yang ada di luar sana. Siapa Tae Ho dan apa yang dilakukan Tae Ho, itu bukan masalah saat Tae Ho sudah menjadi orang Stasiun Seoul.
"Karena aku, temanku mati", ucap Tae Ho, tanpa berbalik ke arah Jong Goo.
"Tidak ada yang mati karena orang lain. Menyalahkan diri sendiri akan menjadi kebiasaanmu".
Tae Ho berbalik dan berkata, "Jika itu orang lain, mungkin aku akan mengatakan hal yang sama".
"Orang lain? Apa aku terlihat bahagia?". Joong Goo terlihat tersinggung mendengar tuduhan Tae Ho. Lalu ia berkata karena ini adalah masalah Tae Ho sendiri, maka terserah Tae Ho bagaimana menyelesaikannya. Lalu Jong Goo berbalik, masuk kembali ke dalam busnya. Tae Ho menjadi kesal juga, dan melampiaskannya dengan menendang tumpukan ban tadi.
--
Presiden Jung berada di dalam mobil bersama bawahannya, si gendut. Ia tidak habis pikir, ternyata selama ini Tae Ho ada tepat di bawah hidung bawahannya itu, tapi yang dilakukan bawahannya itu hanya berkeliaran tidak jelas. Si gendut itu diam saja, tidak menyahut bahkan menoleh pun tidak. Presiden Jung kesal dan memukul kepala si gendut itu, "Hei! aku bicara denganmu!".
Si gendut itu baru menengok ke belakang dan minta maaf.
Presiden Jung berkata bahwa rencana Heung Sam sangat jelas sekali. Heung Sam akan memanfaatkan Tae Ho memanipulasi saham untuk mengembalikan uangnya lagi.
"Haruskah kami mencarinya di Stasiun Seoul?", tanya si gendut.
"Tidak perlu, ia pasti akan muncul sendiri. Dia harus memberi hormat terakhir pada temannya".
Dan benar saja prediksi Presiden Jung. Tae Ho datang ke upacara penghormatan terakhir untuk Min Soo. Ia datang bersama Hae Jin yang menutupi Tae Ho dengan karangan bunga yang besar. Ia bahkan berhasil menyembunyikan Tae Ho dari dua polisi yang sedang lewat. "Sudah kubilang ini berbahaya. Polisi ada dimana-mana", protes Hae Jin.
"Aku tidak memintamu ikut", sahut Tae Ho singkat.
"Aku managermu!". Begitu sampai di depan ruangan upacara, Hae Jin terkejut dan kasihan melihat tidak ada seorang pelayat pun yang datang dan menyuruh Tae Ho masuk.
Tae Ho masuk dan membuka topi yang sedari tadi ia pakai. Ada dua orang wanita yang menangis dan mungkin dua pria yang berdiri di sana. Tae Ho meletakkan sebuah bunga dan memberi hormat yang terkahir untuk Min Soo. Tae Ho menangis tersedu-sedu, merasa bersalah pada Min Soo.
Ketika Tae Ho dan Hae Jin keluar dari gedung, beberapa orang bawahan Presiden Jung menghadang. Hae Jin mengalihkan perhatian mereka dengan mengayunkan karangan bunga yang dipegangnya ke arah mereka. Dan itu memberi kesempatan Tae Ho untuk kabur. Tapi sayangnya, belum terlalu jauh Tae Ho berlari, salah seorang bawahan Presiden Jung datang dari arah yang berbeda dan berhasil menangkapnya.
Hae Jin hanya bisa melihat mereka membawa Tae Ho dari kejauhan.
Tae Ho dibawa dengan mobil ke suatu tempat, di samping kiri dan kanannya ada dua orang bawahan Presiden Jung menjaganya. Dan ada sebuah mobil lain yang mengawal Tae Ho juga dari belakang. Perjalanan mereka terhenti karena ada lampu merah. Tae Ho melihat ada kesempatan ia melarikan diri. Ia memukul kedua penjaga yang ada di sampingnya dan keluar dari mobil. Mereka sempat menahan Tae Ho tapi untunglah ada sebuah mobil box lewat dan kebetulan juga lampu sudah hijau, jadi mobil box itu terus melaju tanpa henti. Tae Ho berhasil terbebas dari kejaran bawahan Presiden Jung.
Tae Ho kembali ke kamar kontrakannya. Dengan tergesa-gesa ia mengemasi barang-barangnya karena tadi di dalam mobil, si gendut sempat mengatakan bahwa Presiden Jung tau Tae Ho menjadi bawahannya Heung Sam. Ketika ia keluar dari kamar sambil menenteng tasnya, ia bertemu dengan Presiden Jo yang juga sama-sama menenteng tasnya. "Berpura-puralah tidak melihatku. Aku mohon", ucap Presiden Jo dengan suara yang lemah.
Tae Ho mendekati Presiden Jo, mencoba menahan Presiden Jo agar tidak pergi. Presiden Jo tidak memiliki tempat tujuan yang lain. Tapi Presiden Jo tidak mau menjadi beban Tae Ho terus menerus. Tae Ho meminta Presiden Jo tidak berpikir seperti itu, karena semua orang akan mengkhawatirkan Presiden Jo. Presiden Jo berterima kasih dan ia tidak akan melupakan mereka semua. Lalu Presiden Jo melangkah pergi.
Namun sebelum jauh, ia berbalik, melihat Tae Ho yang sepertinya juga akan pergi. Ia memuji itu adalah keputusan yang bagus. Lebih baik bagi Tae Ho untuk melepaskan diri dari sana secepat mungkin. Ia tidak bisa melakukan hal yang sama seperti tae Ho karena usianya yang sudah tua, tapi tidak bagi Tae Ho, menurutnya Tae Ho masih muda dan masih punya banyak kesempatan.
--
Mantis melaporkan pada Heung Sam bahwa Tae Ho sudah dibawa oleh orang Presiden Jung. Heung sam merasa nasib Tae Ho benar-benar sial. Lalu tiba-tiba terdengar bunyi bel dan Mantis pergi membukakan pintu. Heung Sam terkejut melihat Tae Ho datang menemuinya.
"Aku akan mengurus Chairman Jung, tapi dengan satu syarat...", ucap Tae Ho.
"Syarat? Hei Jang Tae Ho! Sadarlah! Kau selangkah lagi akan mati...". Heung Sam menolak melakukan kesepakatan dengan Tae Ho karena pada saat ini Tae Ho tidak dalam posisi seperti itu.
"Kesepakatan apa yang dibuat tanpa syarat?", ucap Tae Ho berani.
"Itu perintah, bukan permohonan...".
Tapi Tae Ho tidak mau. Ia tetap ingin mengajukan persyaratan karena dalam rencana ini nyawanya yang akan menjadi taruhan. Apa pun itu, ia membutuhkan sesuatu dari Heung Sam.
Heung Sam tersenyum. Ia berkata ia mendengar Tae Ho dibawa oleh orang Chairman Jun dan berhasil kabur. Tae Ho terkejut. Heung Sam berkata Tae Ho tidak perlu terkejut karena ia tau segala hal yang terjadi di Stasiun Seoul. Dan ia bersedia mendengar apa keinginan Tae Ho.
Setelah duduk di sofa, Tae Ho menanyakan satu hal pada Heung Sam. Ia merasa aneh dan sangat penasaran dengan alasan Heung Sam memberikan perintah itu pada orang yang amatiran seperti dirinya. Padahal Heung Sam sendiri memiliki tangan kanan yang lebih profesional dan Heung Sam bisa memerintahkannya melakukan hal apa saja. Ia melihat sepertinya Presiden Jung sudah sangat menganggu bisnis Heung Sam. Tapi Heung Sam tidak bisa menyingkirkan Presiden Jung begitu saja karena Presiden Jung memiliki pertahanan yang luar biasa. Dan bukan hanya itu. Seandainya jika Heung Sam berhasil menyingkir Presiden Jung maka Heung Sam akan dicurigai. Kebetulan ia berada di tengah-tengah antara Heung Sam dan Presiden Jung. Ia adalah orang berguna yang tiba-tiba muncul di hadapan Heung Sam. Sebagai Ju Po yang gagal memanipulasi saham, yang membunuh investornya. "Itu skenario yang sangat meyakinkan. Tidak seorang pun, bahkan polisi akan mencurigaimu".
"Kau memiliki kecerdasan dan dapat menilai dengan tajam", puji Heung Sam. "Jadi?"
"Jadi kau pasti akan membunuhku setelah aku menyingkirkan Presiden Jung", sahut Tae Hyun. Heung Sam tersenyum dan menatap Tae Ho. Lalu beberapa saat kemudian ia berkata ia belum mendengar apa persyaratan Tae Ho.
Tae Ho ingin setelah tugasnya selesai ia keluar dari Korea. Ia ingin Heung Sam berjanji menyiapkan paspor dan uang untuknya.
"Kenapa aku harus melakukan itu untukmu? Seperti yang kau bilang, aku tetap akan membunuhmu...".
"Karena kita berada di perahu yang sama. Presiden Jung tau segalanya tentang aku. Dan fakta bahwa aku adalah bawahanmu sekarang", ucap Tae Ho. Heung Sam terlihat sedikit terkejut mendengar ucapan Tae Ho. Tae Ho mengatakan seorang amatiran sepertinya memerlukan sebuah harapan untuk dapat melakukannya. Jika Heung Sam mau berjanji maka ia pasti akan membunuh Presiden Jung.
Heung Sam terlihat marah. Ia mengambil pistol dari laci dan mengokangnya dan menodongkan ke kepala Tae Ho. Tae Ho terkejut dan sedikit mundur kebelakang. Masih dengan menatap Tae Ho dengan marah, Heung Sam memerintahkan Mantis untuk menghubungi Crocodile, menyuruhnya membuatkan paspor palsu yang terbaik untuk Tae Ho. Heung Sam masih menatap Tae Ho dengan tajam dan sesaat kemudian ia menurunkan pistolnya.
Heung Sam sedikit menyayangkan Tae Ho yang akan pergi. Sebenarnya orang seperti Tae Ho bisa dengan mudah menanjak naik sebagai anak buahnya. Tapi Tae Ho tidak tertarik, menurutnya karena nasib buruknya lah ia bisa sampai ke sini. Heung Sam tertawa kecil dan bertanya apa Tae Ho sudah pernah wamil. Tae Ho meng-iya-kan. Heung Sam menyerahkan pistolnya pada Tae Ho, karena Tae Ho sudah wamil, ia yakin Tae Ho pasti tau cara men. ggunakan pistol itu. Ada 8 peluru di dalamnya dan hanya ada satu kesempatan untukmu, ucapnya.
Tae Ho mengambil pistol itu dan Heung Sam berpesan padanya supaya jangan sampai mengecewakannya.
Bersambung...
[Sinopsis Last Episode 4 Part 2]
Sinopsis Last Episode 4 Part 1
Kdramastory - Beberapa mobil polisi dan polisi berjaga-jaga di dermaga ketika mobil Tae Ho diangkat dari dasar laut. Terdengar suara sirine polisi dari kejauhan.
--
Di dalam kamar kontrakan, Tae Ho, Hae Jin, dan Young Chil berusaha membujuk Presiden Jo yang baru keluar dari klinik untuk makan buburnya. Young Shin bahkan mencicipi bubur itu untuk membuktikan bubur itu enak yang membuat Hae Jin kesal dan memukulnya. Presiden Jo menolaknya, ia berkata ia baik-baik saja. Ia bahkan menolak dipanggil Presiden, karena yang ia lakukan hanyalah menyebabkan masalah saja. Presiden Jo sampai membungkukkan badannya, meminta maaf pada Tae Ho, lalu pada Hae Sin dan Young Chil.
Setelah gagal membujuk, akhirnya Tae Ho dan teman-temannya menyerah dan keluar dari kontrakan mereka. Sambil berjalan, Young Chil menyarankan agar Presiden Jo diberikan obat herbal saja, keluarganya punya bisnis obat herbal. Tapi Hae Jin merasa tidak yakin karena Young Chil 'kan kabur dari rumah dan menjadi gelandangan... Lalu Tae Ho berpamitan karena harus latihan dulu. Hae Jin bertanya apa Tae Ho masih dipukul sampai terjatuh oleh Jong Goo, apa perlu ia carikan guru yang lain? Tapi Tae Ho menolak, ia berkata kadang-kadang ia bisa menjatuhkan Jong Goo. Hae Jin tertawa, menggoda Tae Ho yang sombong. Lalu mereka berpisah di persimpangan gang.
Beberapa saat kemudian, Mantis muncul dari gang yang lain dan berdiri di depan Tae Ho. Tae Ho dibawa Mantis ke kamar hotel Heung Sam. Heung Sam yang saat itu sedang bermain golf berbasa-basi, bertanya apakah Tae Ho pernah bermain golf. "Tidak pernah", jawab Tae Ho singkat. Heung Sam menyarankan pada Tae Ho untuk sesekali bermain golf, jika ia ingin sukses. Tapi Tae Ho berkata ia tidak suka olah raga di luar, udara kota tidak baik dan penuh polusi.
Heung Sam tertawa dan menyuruh Tae Ho duduk. Heung Sam berkata ia mendengar Tae Ho menolak hadiah darinya, mendapatkan hadiah seorang wanita seperti Madam Seo seharusnya Tae Ho berterima kasih padanya. Tae Ho mendengus, "Bagaimana seorang Ju Po yang gagal seperti ini malah mengkhawatirkan seorang wanita? Tapi aku berterima kasih atas perhatian anda", ucapnya. Ju Po adalah nama samaran Tae Ho ketika ia masih bermain saham.
Wajah Heung Sam terlihat sedikit kesal mendengar ucapan sinis Tae Ho tadi, tapi ia menahan diri dan mengalihkan pembicaraan, ia melihat Tae Ho semakin senang di sini, apakah keadaan Tae Ho semakin baik, tanyanya sambil tersenyum. Tapi dengan ketus Tae Ho menjawab ia tidak punya pilihan lain. Yang dapat ia lakukan hanya bertahan hidup setiap harinya.
"Kau ini bermuka tebal juga", sindir Heung Sam. Ia merasa orang seperti Tae Ho ini akan membuat lelah orang-orang di sekitarnya. "Aku anggap ini pujian", sahut Tae Ho ketus lagi. Wajah Heung Sam terlihat berusaha menahan emosinya. "Kau lebih sinting dari dugaanku. Aku pikir kau akan lari ketakutan", ucap Heung Sam. Tae Ho tidak mengerti apa maksud Heung Sam. "Kau belum mendengar beritanya, ya?".
--
Di dalam busnya, Jong Goo mendengar berita dari televisi tentang ditemukannya mayat seorang pria yang terlibat dengan manipulasi saham Dae Dong Bio. Reporter memberitakan bahwa mobil yang ditemukan adalah milik Tuan Jang. Identitas mayat dapat diidentifikasi langsung tanpa perlu otopsi. Setelah melakukan pemeriksaan, polisi menyimpulkan ini adalah pembunuhan dan polisi akan fokus untuk menangkap Tuan Jang.
Wajah Tae Ho terlihat marah mendengar berita itu. Heung Sam mengambilkan minuman untuk Tae Ho. Ia berkata saat ini polisi dan Presiden Jung mencari Tae Ho. "Kemana kau akan bersembunyi?".
"Apakah ada tempat aku untuk bersembunyi", Tae Ho bertanya balik. Heung Sam menganggukkan kepalanya, setuju dengan ucapan Tae Ho tadi. Menurutnya Presiden Jung itu orangnya sangat keras kepala, ia tidak akan berhenti sampai mendapatkan kepala Tae Ho. Polisi tidak akan mencurigai Presiden Jung. Sehingga pada akhirnya Tae Ho lah yang akan dituduh sebagai pembunuh. Lalu Heung Sam menawarkan sesuatu yang akan bisa membuat Tae Ho keluar dari masalahnya.
Heung Sam menyuruh Mantis mengambil sesuatu di laci meja. Mantis mengambil sebuah kotak dan membukanya di atas meja. Sebuah pistol. "Singkirkan Jung Man Chool. Hanya dengan cara itu kau bisa bertahan", ucap Heung Sam. Tae Ho terkejut. "Membunuh atau dibunuh. Itulah mantra kehidupan. Dia pernah menjebakmu menjadi pembunuh sehingga tidak ada ruginya membunuhnya", ucap Heung Sam lagi.
Tae Ho bertanya apa yang didapatkan Heung Sam dengan ini. Heung Sam tersenyum tipis, "Entahlah. Bisnis yang semakin membesar?". Heung Sam mengatakan rencana ini akan lebih menguntungkan untuk Tae Ho daripada dirinya. Apapun dan kemanapun Tae Ho pergi, hal yang paling penting adalah lolos dari Presiden Jung terlebih dahulu. "Bukan begitu?".
Tae Ho meletakkan gelasnya di meja dengan kasar dan berdiri. Mantis hampir saja mengeluarkan sesuatu dari balik jasnya tapi Heung Sam mecegahnya. Dengan menahan marah Tae Ho berkata ia pernah hidup dari sisa makanan orang lain, dan di sinilah ia sekarang. Jika yang dimaksud Heung Sam itu pembalasan, maka saat ini ia tidak akan berada di Stasiun Seoul. Jadi, dia akan berpura-pura tidak melihat pistol itu.
Melihat Tae Ho menolak, Heung Sam menjadi marah. "Lalu bagaimana dengan uang 5 milyar-ku? Jika digabung dengan uang Presiden Jung 12 milyar. Bagaimana kau bisa membayarnya?", tuntutnya.
"Anda mengancamku?"
Heung Sam menggelengkan kepalanya. Ia hanya menawarkan jalan pintas pada Tae Ho. "Kembalikan uang 5 milyar-ku minggu depan atau singkirkan Jung Man Chool". Tae Ho tidak menjawab dan pergi dari kamar Heung Sam, diikuti oleh Mantis.
Di depan pintu lift ia bertemu dengan Poison Snake dan Crocodile yang masing-masing membawa koper uang di tangan mereka. Crocodile kesal melihat Tae Ho yang bisa bebas bertemu dengan Bos, padahal Tae Ho cuma nomor 7. Tae Ho tidak menanggapi Crocodile, ia menyelonong pergi begitu saja dan masuk ke dalam lift. Crocodile sangat kesal dan berniat mendekati Tae Ho. Tapi Poison Snake menyuruhnya membiarkan Tae Ho. "Untuk apa bawahan seperti kita tau? Ini rencana besar Bos... iya 'kan?", sindirnya sambil menatap tajam pada Mantis.
Mantis tidak berkomentar, ia hanya meminta mereka menyerahkan tas mereka. Sambil menyerahkan tas, Poison Snake memberitahukan bahwa setoran mereka hari ini tidak begitu bagus. Apa Bos akan terus membiarkan Presiden Jung mengganggu mereka?.
"Aku tidak tau. Ini juga bagian dari rencana besar Bos", sahut Mantis singkat. Setelah Mantis pergi, Poison Snake mendapatkan telpon dari seseorang.
--
Poison Snake dan Crocodile ada di restoran sekarang. Mereka mengaduk-aduk makanan mereka dengan malas sambil sesekali melirik seseorang yang duduk di depan mereka. Orang itu adalah Presiden Jung. Chairman berbasa-basi tentang masa lalu mereka. Di saat keadaan Stasiun Seoul masih baik, mereka masih sering makan bersama-sama dan ia juga sering mentraktir Poison Snake dan Crocodile. Tapi sekarang ia merasa kasihan pada mereka berdua. Heung Sam tidak memperlakukan mereka seperti yang seharusnya. Presiden Jung menganggap suasana menjadi tidak begitu baik karena keserakahan Heung Sam.
Poison Snake tersenyum sinis. "Lalu?".
Presiden Jung menganggap masa keemasan Heung Sam akan segera berakhir. Ia akan menaburkan abu Heung Sam di seluruh Stasiun Seoul. Lalu siapa yang akan mengisi posisi yang kosong? Heung Sam selama ini memperlakukan mereka berdua seperti budaknya saja...
Crocodile mencoba membantah ucapan Presiden Jung. Ia merasa tidak seburuk itu, mereka hanya merasa sedikit kecewa... Poison Snake menyuruh Crocodile menutup mulutnya. Sambil menatap sinis pada Presiden Jung, ia menyuruh Presiden Jung cukup membujuk mereka. Sebelum pergi, ia berterima kasih atas makanan yang ditraktir oleh Presiden Jung.
Presiden Jung masih mencoba membujuk mereka lagi. Ia menyuruh Poison Snake menerima tawarannya selagi masih hangat dan jangan menunggu terlalu lama. Tapi Poison Snake tetap menolak. Waktu dulu ia masih preman kacangan dan hampir mati, Heung Sam lah yang menyelamatkannya ketika ia ditusuk dari belakang. Jadi ia tidak akan mengkhianati Heung Sam.
Presiden Jung mentertawakan mereka. Ia memberikan tawaran itu pada mereka karena ia ingat akan masa lalu mereka. Tapi jika mereka menolak, ya sudah lah. Lalu Poison Snake juga mengatakan seseuatu tentang keberadaan Tae Ho. Tidak diperlihatkan apa yang dikatakan oleh Poison Snake.
--
Heung Sam memanggil Hae Jin ke parkiran basemen. Ia bertanya apakah Hae Jin tinggal bersama Tae Ho. Dengan sedikit gugup, Hae Jin membenarkan tapi ia berbohong, mengatakan bahwa hubungan mereka tidak begitu baik. Heung Sam tidak berkomentar. Lalu Mantis keluar dari mobil dan mengambil sesuatu dari balik jasnya. Hae Jin sangat terkejut, mungkin dia pikir yang diambil Mantis adalah pistol. Tapi ternyata yang diambil Mantis adalah sebuah amplop. :-))
Heung Sam memerintahkan Hae Jin untuk mengawasi Tae Ho. Kemana pun Tae Ho pergi, Hae Jin harus melaporkan padanya. Mantis juga memberikan sebuah ponsel pada Hae Jin dan memberitahukan jika Hae Jin menelpon nomor itu, maka ia yang akan menjawabnya.
Hae Jin bingung dan ingin bertanya kenapa Heung Sam memilihnya, tapi belum selesai ia bertanya, Heung Sam sudah menutup kaca jendela mobilnya dan pergi. Setelah Heung Sam pergi, Hae Jin membuka amplop tadi, ia mendapati uang yang sangat banyak sekali.
--
Mi Joo pergi ke Stasiun Deokso dan membeli dua tiket kereta untuk jam 3:30 tujuan Gangneung. Lalu ia duduk di kursi dekat pintu masuk stasiun. Sementara di tempat lain, Jong Goo duduk melamun sendirian di dalam busnya. Sambil menunggu, Mi Joo seperti melihat dirinya sendiri yang dulu pernah menunggu Jong Goo di stasiun yang sama. Saat itu ketika Jong Goo datang, Mi Joo terlihat sangat senang dan memanggil Jong Goo dengan sebutan ahjussi.
Jong Goo berkata ia datang untuk menjemput Mi Joo, menggantikan Heung Sam, agar Mi Joo tidak terluka. Wajah Mi Joo berubah, ia terlihat kecewa. Tapi ia mencoba membujuk Jong Goo. Ia menggenggam tangan Jong Goo, mengajak Jong Goo kabur bersamanya, ke tempat dimana tidak seorang pun mengenal mereka. Tapi Jong Goo tidak mau. Ia tidak mau melarikan diri terus sepanjang hidupnya dan ia juga tidak mau sepanjang hidupnya terus khawatir dengan apa yang terjadi jika mereka ditemukan. "Mi Joo-ya, kita tidak bisa kabur", ucap Jong Goo lagi.
Mi Joo kecewa mendengar ucapan Jong Goo dan melepaskan tangan Jong Goo.
Kembali ke masa sekarang, Setelah lama menunggu, Mi Joon merobek tiket kereta dan pergi meninggalkan stasiun. Sama seperti dulu, Jong Goo tidak datang menemuinya di stasiun. Sementara di dalam busnya, Jong Goo yang ternyata dari tadi menatap kalender, mengambil kalender itu dan merobeknya.
Lalu Jong Goo keluar dari bus, sudah siap dengan sarung tinju di tangannya dan menyapa Tae Ho yang sedang berlatih meninju tumpukan ban yang sudah digantungkan di langit-langit bengkel. Jong Goo berkata Tae Ho akan dihukum 1 menit satu pukulan, dan karena Tae Ho terlambat 6 jam maka Tae Ho akan mendapatkan pukulan... Jong Goo berpikir untuk menghitung jumlah pukulan tapi kemudian ia menyerah. "Pokoknya kau akan menerima banyak pukulan lah...". :-)
Awalnya Tae Ho mencoba memukul tapi ia kalah cepat dari Jong Goo. Jong Goo berhasil memukul Tae Ho berkali-kali dan sampai-sampai membuat Tae Ho malas melawannya. Jong Goo berhenti, bertanya ada apa dengan Tae Ho, kenapa ia tidak melawan.
Tae Ho tidak menjawab, ia malah minta berhenti latihan hari ini dan mengambil jasnya. Tapi Jong Goo menahannya, ia menasehati Tae Ho agar melupakan semua yang ada di luar sana. Siapa Tae Ho dan apa yang dilakukan Tae Ho, itu bukan masalah saat Tae Ho sudah menjadi orang Stasiun Seoul.
"Karena aku, temanku mati", ucap Tae Ho, tanpa berbalik ke arah Jong Goo.
"Tidak ada yang mati karena orang lain. Menyalahkan diri sendiri akan menjadi kebiasaanmu".
Tae Ho berbalik dan berkata, "Jika itu orang lain, mungkin aku akan mengatakan hal yang sama".
"Orang lain? Apa aku terlihat bahagia?". Joong Goo terlihat tersinggung mendengar tuduhan Tae Ho. Lalu ia berkata karena ini adalah masalah Tae Ho sendiri, maka terserah Tae Ho bagaimana menyelesaikannya. Lalu Jong Goo berbalik, masuk kembali ke dalam busnya. Tae Ho menjadi kesal juga, dan melampiaskannya dengan menendang tumpukan ban tadi.
--
Presiden Jung berada di dalam mobil bersama bawahannya, si gendut. Ia tidak habis pikir, ternyata selama ini Tae Ho ada tepat di bawah hidung bawahannya itu, tapi yang dilakukan bawahannya itu hanya berkeliaran tidak jelas. Si gendut itu diam saja, tidak menyahut bahkan menoleh pun tidak. Presiden Jung kesal dan memukul kepala si gendut itu, "Hei! aku bicara denganmu!".
Si gendut itu baru menengok ke belakang dan minta maaf.
Presiden Jung berkata bahwa rencana Heung Sam sangat jelas sekali. Heung Sam akan memanfaatkan Tae Ho memanipulasi saham untuk mengembalikan uangnya lagi.
"Haruskah kami mencarinya di Stasiun Seoul?", tanya si gendut.
"Tidak perlu, ia pasti akan muncul sendiri. Dia harus memberi hormat terakhir pada temannya".
Dan benar saja prediksi Presiden Jung. Tae Ho datang ke upacara penghormatan terakhir untuk Min Soo. Ia datang bersama Hae Jin yang menutupi Tae Ho dengan karangan bunga yang besar. Ia bahkan berhasil menyembunyikan Tae Ho dari dua polisi yang sedang lewat. "Sudah kubilang ini berbahaya. Polisi ada dimana-mana", protes Hae Jin.
"Aku tidak memintamu ikut", sahut Tae Ho singkat.
"Aku managermu!". Begitu sampai di depan ruangan upacara, Hae Jin terkejut dan kasihan melihat tidak ada seorang pelayat pun yang datang dan menyuruh Tae Ho masuk.
Tae Ho masuk dan membuka topi yang sedari tadi ia pakai. Ada dua orang wanita yang menangis dan mungkin dua pria yang berdiri di sana. Tae Ho meletakkan sebuah bunga dan memberi hormat yang terkahir untuk Min Soo. Tae Ho menangis tersedu-sedu, merasa bersalah pada Min Soo.
Ketika Tae Ho dan Hae Jin keluar dari gedung, beberapa orang bawahan Presiden Jung menghadang. Hae Jin mengalihkan perhatian mereka dengan mengayunkan karangan bunga yang dipegangnya ke arah mereka. Dan itu memberi kesempatan Tae Ho untuk kabur. Tapi sayangnya, belum terlalu jauh Tae Ho berlari, salah seorang bawahan Presiden Jung datang dari arah yang berbeda dan berhasil menangkapnya.
Hae Jin hanya bisa melihat mereka membawa Tae Ho dari kejauhan.
Tae Ho dibawa dengan mobil ke suatu tempat, di samping kiri dan kanannya ada dua orang bawahan Presiden Jung menjaganya. Dan ada sebuah mobil lain yang mengawal Tae Ho juga dari belakang. Perjalanan mereka terhenti karena ada lampu merah. Tae Ho melihat ada kesempatan ia melarikan diri. Ia memukul kedua penjaga yang ada di sampingnya dan keluar dari mobil. Mereka sempat menahan Tae Ho tapi untunglah ada sebuah mobil box lewat dan kebetulan juga lampu sudah hijau, jadi mobil box itu terus melaju tanpa henti. Tae Ho berhasil terbebas dari kejaran bawahan Presiden Jung.
Tae Ho kembali ke kamar kontrakannya. Dengan tergesa-gesa ia mengemasi barang-barangnya karena tadi di dalam mobil, si gendut sempat mengatakan bahwa Presiden Jung tau Tae Ho menjadi bawahannya Heung Sam. Ketika ia keluar dari kamar sambil menenteng tasnya, ia bertemu dengan Presiden Jo yang juga sama-sama menenteng tasnya. "Berpura-puralah tidak melihatku. Aku mohon", ucap Presiden Jo dengan suara yang lemah.
Tae Ho mendekati Presiden Jo, mencoba menahan Presiden Jo agar tidak pergi. Presiden Jo tidak memiliki tempat tujuan yang lain. Tapi Presiden Jo tidak mau menjadi beban Tae Ho terus menerus. Tae Ho meminta Presiden Jo tidak berpikir seperti itu, karena semua orang akan mengkhawatirkan Presiden Jo. Presiden Jo berterima kasih dan ia tidak akan melupakan mereka semua. Lalu Presiden Jo melangkah pergi.
Namun sebelum jauh, ia berbalik, melihat Tae Ho yang sepertinya juga akan pergi. Ia memuji itu adalah keputusan yang bagus. Lebih baik bagi Tae Ho untuk melepaskan diri dari sana secepat mungkin. Ia tidak bisa melakukan hal yang sama seperti tae Ho karena usianya yang sudah tua, tapi tidak bagi Tae Ho, menurutnya Tae Ho masih muda dan masih punya banyak kesempatan.
--
Mantis melaporkan pada Heung Sam bahwa Tae Ho sudah dibawa oleh orang Presiden Jung. Heung sam merasa nasib Tae Ho benar-benar sial. Lalu tiba-tiba terdengar bunyi bel dan Mantis pergi membukakan pintu. Heung Sam terkejut melihat Tae Ho datang menemuinya.
"Aku akan mengurus Chairman Jung, tapi dengan satu syarat...", ucap Tae Ho.
"Syarat? Hei Jang Tae Ho! Sadarlah! Kau selangkah lagi akan mati...". Heung Sam menolak melakukan kesepakatan dengan Tae Ho karena pada saat ini Tae Ho tidak dalam posisi seperti itu.
"Kesepakatan apa yang dibuat tanpa syarat?", ucap Tae Ho berani.
"Itu perintah, bukan permohonan...".
Tapi Tae Ho tidak mau. Ia tetap ingin mengajukan persyaratan karena dalam rencana ini nyawanya yang akan menjadi taruhan. Apa pun itu, ia membutuhkan sesuatu dari Heung Sam.
Heung Sam tersenyum. Ia berkata ia mendengar Tae Ho dibawa oleh orang Chairman Jun dan berhasil kabur. Tae Ho terkejut. Heung Sam berkata Tae Ho tidak perlu terkejut karena ia tau segala hal yang terjadi di Stasiun Seoul. Dan ia bersedia mendengar apa keinginan Tae Ho.
Setelah duduk di sofa, Tae Ho menanyakan satu hal pada Heung Sam. Ia merasa aneh dan sangat penasaran dengan alasan Heung Sam memberikan perintah itu pada orang yang amatiran seperti dirinya. Padahal Heung Sam sendiri memiliki tangan kanan yang lebih profesional dan Heung Sam bisa memerintahkannya melakukan hal apa saja. Ia melihat sepertinya Presiden Jung sudah sangat menganggu bisnis Heung Sam. Tapi Heung Sam tidak bisa menyingkirkan Presiden Jung begitu saja karena Presiden Jung memiliki pertahanan yang luar biasa. Dan bukan hanya itu. Seandainya jika Heung Sam berhasil menyingkir Presiden Jung maka Heung Sam akan dicurigai. Kebetulan ia berada di tengah-tengah antara Heung Sam dan Presiden Jung. Ia adalah orang berguna yang tiba-tiba muncul di hadapan Heung Sam. Sebagai Ju Po yang gagal memanipulasi saham, yang membunuh investornya. "Itu skenario yang sangat meyakinkan. Tidak seorang pun, bahkan polisi akan mencurigaimu".
"Kau memiliki kecerdasan dan dapat menilai dengan tajam", puji Heung Sam. "Jadi?"
"Jadi kau pasti akan membunuhku setelah aku menyingkirkan Presiden Jung", sahut Tae Hyun. Heung Sam tersenyum dan menatap Tae Ho. Lalu beberapa saat kemudian ia berkata ia belum mendengar apa persyaratan Tae Ho.
Tae Ho ingin setelah tugasnya selesai ia keluar dari Korea. Ia ingin Heung Sam berjanji menyiapkan paspor dan uang untuknya.
"Kenapa aku harus melakukan itu untukmu? Seperti yang kau bilang, aku tetap akan membunuhmu...".
"Karena kita berada di perahu yang sama. Presiden Jung tau segalanya tentang aku. Dan fakta bahwa aku adalah bawahanmu sekarang", ucap Tae Ho. Heung Sam terlihat sedikit terkejut mendengar ucapan Tae Ho. Tae Ho mengatakan seorang amatiran sepertinya memerlukan sebuah harapan untuk dapat melakukannya. Jika Heung Sam mau berjanji maka ia pasti akan membunuh Presiden Jung.
Heung Sam terlihat marah. Ia mengambil pistol dari laci dan mengokangnya dan menodongkan ke kepala Tae Ho. Tae Ho terkejut dan sedikit mundur kebelakang. Masih dengan menatap Tae Ho dengan marah, Heung Sam memerintahkan Mantis untuk menghubungi Crocodile, menyuruhnya membuatkan paspor palsu yang terbaik untuk Tae Ho. Heung Sam masih menatap Tae Ho dengan tajam dan sesaat kemudian ia menurunkan pistolnya.
Heung Sam sedikit menyayangkan Tae Ho yang akan pergi. Sebenarnya orang seperti Tae Ho bisa dengan mudah menanjak naik sebagai anak buahnya. Tapi Tae Ho tidak tertarik, menurutnya karena nasib buruknya lah ia bisa sampai ke sini. Heung Sam tertawa kecil dan bertanya apa Tae Ho sudah pernah wamil. Tae Ho meng-iya-kan. Heung Sam menyerahkan pistolnya pada Tae Ho, karena Tae Ho sudah wamil, ia yakin Tae Ho pasti tau cara men. ggunakan pistol itu. Ada 8 peluru di dalamnya dan hanya ada satu kesempatan untukmu, ucapnya.
Tae Ho mengambil pistol itu dan Heung Sam berpesan padanya supaya jangan sampai mengecewakannya.
Bersambung...
[Sinopsis Last Episode 4 Part 2]
Post a Comment