Sinopsis Descendants Of The Sun Episode 5 Part 2

[Sinopsis Descendants Of The Sun Episode 5 Part 1]

Sinopsis Descendants Of The Sun Episode 5 Part 2

Sinopsis Descendants Of The Sun Episode 5 Part 2
Credit : KBS2
Kdramastory - Shi Jin berhasil menyelamatkan Mo Yeon dan membawa Mo Yeon ke pantai. Ia memberikan CPR untuk Mo Yeon yang pingsan. Mo Yeon tersadar dan terbatuk-batuk. Mo Yeon sangat kesal dengan apa yang dilakukan Shi Jin tadi. Ia memukul-mukul Shi Jin, mengatai Shi Jin yang sudah gila.

Mo Yeon mengecek denyut nadinya sendiri dan mengeluhkan denyut nadi yang berdetak tidak karuan. Shi Jin hanya tertawa kecil melihat Mo Yeon yang tidak henti-hentinya mengomel. Ia mengatakan ia baik-baik saja dan melihat Mo Yeon yang terus memukulinya, itu artinya Mo Yeon juga baik-baik saja.

Shi Jin menarik Mo Yeon supaya berdiri dan mengajaknya pulang. Mo Yeon menolak, mengatakan ia bukan tentara yang baik-baik saja setelah melewati kejadian tadi. "Aku masih takut setengah mati. Aku pikir tadi akan mati...", ucap Mo Yeon.

Shi Jin tersenyum menatap Mo Yeon, mengatakan kalau ia tidak bisa meninggalkan Mo Yeon sendirian. Baru saja ditinggal sebentar, Mo Yeon sudah tergantung di tebing, apa jadinya jika ia meninggalkan Mo Yeon di kereta api?, Shi Jin menggoda Mo Yeon.

Mo Yeon menepis tangan Shi Jin menyuruh Shi Jin berhenti bercanda, ia tidak punya tenaga untuk tertawa. Shi Jin hanya tersenyum kecil menatap Mo Yeon. Ia terus menepuk-nepuk punggung Mo Yeon.

---

Shi Jin dan Mo Yeon kembali ke camp dan bertemu beberapa orang anak buah Shi Jin. Mereka sepertinya heran melihat Shi Jin dan Mo Yeon yang basah kuyub tapi mereka tidak mengatakan apa pun, hanya berlalu setelah memberi hormat pada Shi Jin.


Shi Jin mendekati Mo Yeon, menyampirkan jaket tentaranya di pundak Mo Yeon. Shi Jin menyuruh Mo Yeon memakai jaketnya karena kaus Mo Yeon jadi tembus pandang. Mo Yeon langsung menarik jaket dan menutup semua badannya, kesal karena Shi Jin baru memberitahukannya sekarang.

Shi Jin malah semakin menggoda Mo Yeon, mengatakan kalau ia sudah melihat semuanya dan tidak ingin orang lain melihatnya. Shi Jin berbailk pergi, pura-pura tidak peduli pada teriakan marah Mo Yeon.

---


Geng Argus kembali membuat ulah. Mereka berada di sebuah mansion, menyandera pegawai mansion dan juga Young Su. Mereka menembak pegawai mansion, pria yang berkulit hitam, memaksa mereka memberitahukan dimana bos mereka. Argus mengatakan, sekarang mansion sudah punya pemilik baru.

Pistol ditodongkan ke kepala Young Su. Dan Argus mengatakan bahwa kesepakatan mereka masih tetap sama. Young Su mengatakan ia tidak peduli, selama ia mendapatkan uangnya ia bersedia memberikan apa yang diinginkan Argus.

Young Su memberikan sebuah bungkusan kecil pada Argus. Saat Argus menuangkan isinya di telapak tangannya, ternyata isinya adalah butiran berlian...

Argus sangat puas dan mengatakan, "Hanya karena semua pria Korea itu pernah mengikuti militer, mereka langsung terasa seperti saudaraku". Sambil memberikan gulungan uang dolar, Argus mengingatkan Young Su bahwa pengiriman selanjutnya seminggu lagi.

Young Su mengambil uangnya dan tersenyum, mengatakan kalau biasanya dalam sepuluh hari. Argus menempelkan jarinya yang ia buat seperti pistol ke dahi Young Su, membuat Young Su terlonjak kaget, "Satu minggu", tegas Argus lagi.

Young Su tidak punya pilihan lain selain menyanggupi perintah Argus.

---


Wakil manager proyek sedang memarahi salah seorang pekerja yang kedapatan tidur di jam kerja. Pekerja itu protes, beralasan kalau ia lebih memilih dibayar sedikit daripada bekerja lembur. Wakil manager kesal, jika pekerja itu ingin bermain-main, maka seharusnya ia membuat perusahaannya sendiri. Si pekerja itu mengancam akan melapor pada Menteri Tenaga Kerja jika ia kembali ke Korea nanti.

Seorang pekerja lain datang, mengatakan sesuatu tentang 'Safety First' dan putra dari... Belum sempat si pekerja itu menyelesaikan ucapannya, si pekerja yang tadi dimarahi langsung menutup mulut temannya itu, mencegahnya bicara lebih banyak.

Saat itulah, perhatian wakil manager teralihkan karena kedatangan Young Su. Wajah Young Su terlihat berbeda dari biasanya dan tidak banyak bicara. Wakil manager sempat menanyakn tentang sopir yang tadi pergi bersama Young Su. Young Su mengatakan, sopir itu sudah keluar dari perusahaan. Ia meminta wakil manager untuk tidak perlu mengkhawatirkan sopir itu dan kembali bekerja.

Saat Young Su menaiki tangga masuk ke suatu bangunan, si pekerja yang tadi dimarahi wakil manager melihat noda merah yang cukup mencolok di kaos kaki dan ujung celana Young Su. Dan ia menebak itu noda darah.

---

Mo Yeon duduk melamun di sudut dapur. Bajunya dan jaket Shi Jin yang basah sudah gantung di tali jemuran. Mo Yeon teringat suara tembakan yang ia dengar saat berada di toko perkakas tadi.

Tiba-tiba Shi Jin datang dengan membawakan dua cangkir kopi instan dan menawarkannya pada Mo Yeon. Mo Yeon menatap Shi Jin galak, masih marah dengan insiden kaos tembus pandang tadi. Ia mengatakan Shi Jin mesum tapi tetap menerima kopi yang diberikan Shi Jin... :-P


Mereka sempat membahas tentang warna pakaian dalam sebentar, membuat Mo Yeon semakin kesal dan mengatakan, mau jadi pria seperti apa kalau saja Shi Jin tidak menjadi tentara.

"Apa itu pertanyaan?", tanya Shi Jin.

"Bukan, aku hanya bicara sendiri...", sahut Mo Yeon. Lalu Mo Yeon menawarkan obat penenang jika Shi Jin masih merasa shock karena kejadian tadi. Shi Jin bertanya apa sekarang Mo Yeon mengkhawatirkannya. "Tentu saja. Aku berhutang nyawa padamu...", sahut Mo Yeon.

Shi Jin mengeluhkan Mo Yeon yang hanya mengkhawatirkannya karena ia telah menyelamatkan Mo Yeon. Wajah Shi Jin terlihat sedikit murung. Mo Yeon menanyakan apakah Shi Jin tahu kalau di tebing tadi Shi Jin mempertaruhkan nyawanya sendiri untuk menyelamatkannya.

"Kau sendiri yang memintaku menolongmu", sahut Shi Jin singkat.

Lalu Mo Yeon bertanya tentang kisah yang diceritakan Shi Jin saat mereka pertama kali bertemu. Saat itu Shi Jin bercerita tentang Shi Jin yang berlari di tengah hujan peluru untuk menyelamatkan Prajurit Ryan. "Kau tidak bercanda, 'kan? Jadi, apa kau berhasil menyelamatkannya?".


=== Flashback ===

Tentara Korea yang tertembak setelah mereka berhasil keluar dari gedung penyanderaan perlahan mati...

=== Flashback End ===

"Aku berhasil menyelamatkannya...", ucap Shi Jin sambil menundukkan wajahnya. Shi Jin teringat pertemuannya dengan Argus tadi, tapi tidak menceritakannya pada Mo Yeon. Ia hanya mengatakan untuk pertama kalinya dalam hidupnya, ia menyesal telah melakukannya.

Mo Yeon menyinggung tentang kejadian tadi siang. Menurutnya Shi Jin sudah berbohong padanya. Saat ia meminta Shi Jin datang menolongnya, Shi Jin terlalu cepat sampai jadi tidak mungkin pergi ke markas. "Bunyi tembakan tadi, itu kau, 'kan?".

Shi Jin tersenyum tipis, mengatakan kalau Mo Yeon berpikir terlalu banyak dan meminta Mo Yeon untuk mempercayainya saja. Namun Mo Yeon mengatakan ia tidak bisa. Karena Shi Jin seperti itu, pikirannya menjadi semakin rumit.

Tiba-tiba semua lampu mati. Shi Jin memberitahukan kalau di sana listriknya memang tidak terlalu bagus, listrik akan menyala kembali dalam tiga puluh detik. Mo Yeon tersenyum dan mengerti dengan situasinya.

Mo Yeon menatap Shi Jin. Shi Jin mengancam Mo Yeon untuk tidak melakukan hal-hal aneh padanya. "Tidak akan..." sahut Mo Yeon. Mo Yeon masih menatap Shi Jin. Dan Shi Jin kembali mengulangi ucapannya, mengancam Mo Yeon untuk tidak melakukan sesuatu padanya. Lagi-algi Mo Yeon memberi jawaban yang sama. Lalu Mo Yeon mengucapkan terima kasih karena Shi Jin sudah menyelamatkannya. Mo Yeon lagi-lagi menatap Shi Jin.

Hingga lampu menyala lagi, Mo Yeon masih menatap Shi Jin. Shi Jin mengeluhkan cara Mo Yeon menatapnya, membuatnya tersipu malu. Mo Yeon menebak, Shi Jin pasti seorang playboy, pria lucu seperti Shi Jin pasti selalu dikelilingi oleh gadis-gadis cantik.

"Bukankah kau lihat pria lucu sepertiku dikelilingi pria-pria tidak bersemangat? Kau melihat otot-otot mereka setiap hari...", protes Shi Jin. Mo Yeon beralasan karena melihat otot-otot itulah ia bisa hidup selama di sana. Shi Jin mengeluh, menyesal menyelamatkan Mo Yeon.

Lalu tiba-tiba Mo Yeon teringat dengan mobil dan berpikir untuk memberitahukan toko. Shi Jin mengatakan ia sudah menelpon ke sana dan besok dibawa untuk diperbaiki.

Mo Yeon tersenyum, lega.

---


Keesokan harinya, mobil diderek ke depan toko Daniel. Daniel terkejut melihat kondisi mobilnya yang mengeluarkan air. Mo Yeon merasa bersalah karena menyebabkan mobil Daniel rusak parah. Shi Jin menenangkan Mo Yeon, mengatakan kalau Daniel bisa memperbaiki apa saja.

Baru saja Mo Yeon akan bernafas lega, bamper, pintu mobil, satu persatu copot dan jatuh ke tanah. Membuat Mo Yeon semakin merasa bersalah.

---

Daniel memberikan sekotak walkie talkie yang diminta Shi Jin. Shi Jin memberitahukan Mo Yeon kalau di sana, walkie talkie jauh lebih berguna dibandingkan dengan ponsel karena di sana sinyal sering menghilang. Shi Jin mengatakan ia khawatir dengan keadaan Mo Yeon saat kemarin tidak bisa menghubungi Mo Yeon.

Mo Yeon menatap Shi Jin, tersentuh dengan ucapan Shi Jin. Lalu ia beralih pada Daniel, bertanya berapa banyak ia berhutang pada Daniel. Daniel mengira Mo Yeon bertanya tentang walkie talkie, tapi ternyata yang dimaksud Mo Yeon adalah mobil Daniel.

Daniel mengatakan ia akan mencoba untuk memperbaikinya dulu, walaupun tidak akan sama dengan sebelumnya. Daniel mengeluhkan catnya yang tidak akan sama, lalu bensin yang baru ia isi penuh.

Shi Jin hanya berkata, "Semangat!". Dan sebelum pergi, ia meminta Daniel mengucapkan selamat tinggal pada walkie talkienya karena mungkin ini juga terakhir kalinya Daniel bisa melihat walkie talkienya dalam keadaan baik.

---


Sesampai di camp, Shi Jin mengajarkan Mo Yeon cara memakai walkie talkie. Shi Jin memberitahukan tim medis akan memakai channel 7 dan tim tentara akan memakai channel 3.

Shi Jin mempraktekkan cara pemakaiannya dan menyebutkan nama panggilannya 'Big Boss'. Ia bertanya apa Mo Yeon sudah memutuskan nama panggilan Mo Yeon. Mo Yeon berpikir sejenak, dan Shi Jin mengusulkan nama panggilan Mo Yeon, 'Beauty'.

Mo Yeon tertawa, malu. Mereka saling menggoda dan tiba-tiba terdengar suara ketukan. Ternyata Myeong Ju sudah ada di sana dan meminta maaf karena mengganggu lovey dovey Shi Jin dan Mo Yeon.

Wajah Mo Yeon berubah tidak senang.

Shi Jin bertanya kenapa Myeong Ju ada di sana, bukannya Myeong Ju bertugas di markas Taebaek. "Aku datang untuk menikahimu...", jawab Myeong Ju.

Mo Yeon langsung kaget dan melihat ke arah Myeong Ju. Shi Jin memarahi Myeong Ju yang bercanda sembarangan.

"Apa aku membuatmu gugup? Wuah...", sahut Myeong Ju, tidak merasa bersalah. Shi Jin melirik Mo Yeon sekilas, terlihat sedikit gugup. Lalu Myeong Ju memberi laporan secara resmi pada Shi Jin bahwa ia diperintahkan untuk bergabung di medicube Mowuru mulai 28 Mei 2015.

Shi Jin mengomentari Myeong Ju yang sudah menyalahgunakan kekuasaannya untuk bisa pindah ke sana. Myeong Ju beralasan karena hidupnya tidak mudah dan terus mengalami ketidakadilan.

Mo Yeon pamit pergi dan keluar dengan membawa kotak walkie talkie di tangannya. Myeong Ju menyapa Mo Yeon dan mengajak Mo Yeon bersalaman dan melupakan masa lalu. Mo Yeon menolak bersalaman dengan Myeong Ju dengan alasan kedua tangannya memegang kotak dan juga menolak untuk melupakan masa lalu.

Shi Jin tersenyum melihat hubungan dingin antara Myeong Ju dan Mo Yeon. Ia bertanya pada Myeong Ju, apa hubungan Myeong Ju dengan Mo Yeon. Bukannya menjawab pertanyaan Shi Jin, Myeong Ju malah balik bertanya, "Apa kau kebetulan bertemu dengan Kang Mo Yeon di sini? Ataukah kau hanya berpura-pura kebetulan bertemu dengannya di sini?".

Shi Jin menolak dirinya disamakan dengan Myeong Ju yang memang sengaja minta pindah ke sana. Ia juga protes dengan cara Myeong Ju memanggil Mo Yeon karena Mo Yeon lebih tua dari Myeong Ju. "Kau memihak siapa sekarang?", marah Myeong Ju.

Shi Jin meminta Myeong Ju tidak mengalihkan pembicaraan dan menyuruh Myeong Ju menjawab pertanyaannya. Lagi-lagi, bukannya menjawab, Myeong Ju malah mengatakan kalau ia tidak akan menganggap pertemuan Shi Jin dan Mo Yeon adalah takdir, ia juga tidak setuju Mo Yeon menjadi kakak iparnya.

Shi Jin tersenyum melihat kelakuan Myeong Ju dan menggoda Myeong Ju. "Kakak ipar apanya? Bukannya kau ke sini untuk menikah denganku?"

"Benar juga. Terserah..." sahut Myeong Ju tidak peduli.

---


Sementara itu di luar, Mo Yeon berusaha mencuri dengar pembicaran Shi Jin dan Myeong Ju dengan stateskopnya. Tak lama Chi Hoon datang dan mengikuti apa yang dilakukan Mo Yeon. "Apa pintunya sedang sakit?", tanya Chi Hoon, polos.

Mo Yeon terlonjak kaget, dan memberi isyarat agar Chi Hoon diam dengan jari tangannya. Mo Yeon lalu menarik CHi Hoon pergi.

Gagal deh nguping... :-P

---


Shi Jin memberitahukan Myeong Ju bahwa ia sengaja ditelpon Komandan agar menjaga Myeong Ju baik-baik. "Jadi, kau akan memperlakukanku dengan baik?", tanya Myeong Ju.

Sebaliknya, Shi Jin mengatakan ia berencana untuk membuat Myeong Ju menderita supaya Myeong Ju cepat minta pulang ke Korea. Myeong Ju hanya tertawa. Myeong Ju menyinggung tentang Shi Jin yang ia dengar kepulangannya dimajukan. Ia merasa ayahnya sangat menyayangi menantunya itu dan khawatir sepertinya Shi Jin benar-benar akan menjadi menantu ayahnya.

"Jadi, kau harus baik padaku. Jika bukan aku, kau pasti sudah menikah...", sahut Shi Jin. Lalu mereka bercanda sebentar tentang pernikahan yang ujung-ujungnya, Shi Jin berpura-pura minta maaf karena salah bicara tentang pernikahan. Myeong Ju biasa saja dan tersenyum.

Lalu Shi Jin bertanya apa Myeong Ju sudah berbicara di telpon dengan Dae Young. Myeong Ju mengatakan Dae Young tidak mau menerima telpon darinya. Shi Jin mengambil ponsel dan menghubungi Dae Young. Ia berbicara seolah-olah Dae Young menerima telpon darinya padahal kenyataannya tidak.

Myeong Ju menatap Shi Jin dengan kesal karena Shi Jin mengerjainya.

---


Orang yang sedang dibicarakan Shi Jin dan Myeong Ju ternyata sedang memberi pelatihan menembak. Ia menjelaskan arti 3 perintah dalam Kesatuan Khusus. Perintah serangan artinya tetap maju. Perintah bertahan artinya pantang mundur. Perintah stand-by artinya tidak membuat gerakan apapun. Dae Young mengatakan perintah adalah nyawa untuk tentara dan kewajiban bagi Pasukan Khusus.

Seorang parjurit datang, memberitahukan bahwa Dae Young dicari oleh Komandan. Dae Young membubarkan anak buahnya.

---


Letjen Yoon menanyakan tentang parjurit yang menurut penilaian Dae Young memenuhi syarat untuk menjadi anggota Tim Alpha. Dae Young mengatakan ia akan memberi laporan setelah pelatihan lima minggu selesai. Letjen Yoon berharap dengan kepulangan instruktur legendaris, maka mereka akan bisa melatih prajurit menjadi terbaik.

Lalu Letjen Yoon memberitahukan tentang rencananya menempatkan Shi Jin di Kementerian Pertahanan untuk memberi pengalaman dan koneksi bagi Shi Jin. Menurutnya, Shi Jin benar-benar telah membuat kesalahan dan harus berhenti dari misi luar negeri.

"Myeong Ju berpikir, aku telah menyalahgunakan kekuasaanku dalam transfer ini. Bagaimana menurutmu?"

"Saya setuju dengan Letnan Yoon, Pak".

Letjen Yoon mengatakan ia bersedia diselidiki dan mempersilahkan Dae Young untuk melaporkannya. Tapi dengan tegas Dae Young mengatakan ia tidak akan melaporkan Letjen Yoon, ia sadar ia telah kalah dalam pertarungan itu.

Dae Young mengatakan Letjen Yoon memiliki 'senjata' yang tidak ia miliki, yaitu ketulusan hati sebagai seorang ayah. Dae Young mengerti, Letjen Yoon sangat memikirkan masa depan Myeong Ju dan tidak menerimanya. Ia sependapat dengan keputusan Letjen Yoon dan ia memilih untuk mengalah demi masa depan Myeong Ju.

---

Dae Young keluar dari ruangan Letjen Yoon dengan wajah muram. Teringat isi surat Myeong,
Aku menuliskan surat ini dengan harapan kau tidak akan membacanya. Tapi jika kau membacanya, artinya kita berpisah lagi. Dan itu juga artinya ayahku telah memerintahkanmu pergi lagi. Maafkan aku. Aku memang wanita yang selalu menghalangi jalannya seorang pria. Tapi aku masih tetap di sini, bertanya bagaimana kabarmu? Tapi, kau tak akan bisa menjawab pertanyaanku itu. Jarak kita mungkin sangat jauh sekarang.
Dae Young kembali mendapatkan telpon dari Myeong Ju.
Maafkan aku karena berlari padanya meskipun tahu ini akan terjadi. Maafkan aku karena masih ingin berlari ke pelukanmu dengan sepenuh hati. Maafkan aku karena masih menyesal tidak menggengam tanganmu lebih erat dan tidak memelukmu lebih erat. Maafkan aku karena masih mencintaimu. Tidak apa bagiku jika kau tidak membaca suratku ini. Aku hanya berharap kita dapat bersama-sama di Urk... Jadi bagaimana nantinya? Apa kita akan bertemu? Atau kita akan terpisah lagi?
Dae Young menatap nama Myeong Ju, matanya berkaca-kaca. Ia tidak mengangkat telpon dari Myeong Ju.

---


Myeong Ju menyerah, tidak berusaha menelpon Dae Young lagi. Wajahnya terlihat murung.

Tiba-tiba Chi Hoon datang, menyapa dan berbasa basi dengan Myeong Ju. Ia ingin tahu apakah dokter tentara juga memiliki senjata. "Dokter tentara adalah tentara juga...", jawab Myeong Ju.

Lalu Chi Hoon ingin tahu apakah mereka juga boleh merawat musuh jika terjadi perang. "Dokter tentara adalah dokter juga...", sahut Myeong Ju. Chi Hoon takjub, merasa dokter tentara itu keren. Myeong Ju kegeeran, berpikir Chi Hoon sedang merayunya. Tapi Chi Hoon mengatakan tidak, itu hanya salah paham dan menurutnya Myeong Ju juga tidak terlalu cantik.

Myeong Ju hampir saja marah. Namun tiba-tiba datang Mo Yeon, memuji Chi Hoon yang punya mata yang bagus. Mo Yeon bahkan mengatakan ia mencintai Chi Hoon. Ia menepuk punggung Chi Hoon dan mengajak Chi Hoon rapat.

Myeong Ju mengomentari Mo Yeon yang membawa begitu banyak perlengkapan padahal Mo Yeon cuma tinggal di sana 15 hari saja. Dengan nada kesal, Mo Yeon menjelaskan bahwa perlengkapan yang dimaksud Myeong Ju itu adalah medicube yang merupakan klinik lapangan terbaik dan akan disumbangkan untuk UN jika mereka sudah selesai bertugas di sana.

Myeong Ju tidak mau menanggapi Mo Yeon dan mengatakan, "Terserahlah, aku sibuk". Kemudian Myeong Ju berlalu, pergi.

Belum juga Myeong Ju jauh, Mo Yeon mengatai Myeong Ju wanita yang picik. Chi Hoon menegur Mo Yeon, yakin Myeong Ju pasti mendengar umpatan Mo Yeon tadi. Tapi Mo Yeon mengatakan, ia memang sengaja mengatakannya supaya Myeong Ju mendengar. Mo Yeon mengometari sikap Myeong Ju yang pura-pura tidak mendengar.

---


Tim medis rapat di bangunan tempat para tentara. Sebelum menutup rapat, Mo Yeon bertanya apakah ada pertanyaan. Min Ji mengangkat tangannya, bertanya kenapa mereka rapat di sana, bukan di Medicube.

Mo Yeon menunjuk ke atas, ke arah kipas yang berputar dan bertanya apa ada yang bisa melepaskan kipas itu dan membawanya ke medicube. Semua orang kompak menjawab tidak ada.


Shi Jin keluar dari ruangannya dan melihat tim medis yang masih berkumpul di bawah. Ia mendengar Mo Yeon mulai memakai walkie talkie dan memakai nama pemberiannya, 'Beauty'. Mo Yeon dan temannya itu berbicara tentang rencana menu makan siang.

Mo Yeon yang sedang asik berbicara melalui walkie talkienya, tidak menyadari Shi Jin yang sudah berdiri di belakangnya. "Aku yang akan memberitahukan menu makan siang nanti, tapi Beauty, apa kita bisa bicara? Ganti", ucap Shi Jin mengagetkan Mo Yeon.

Semua tim medis dengan penuh pengertian, bubar, meninggalkan Mo Yeon dan Shi Jin. Shi Jin mengatakan ia ingin bicara dengan Mo Yeon, tapi Mo Yeon yang masih kesal, balik bertanya apakah Shi Jin boleh berbicara dengannya? Karena menurutnya tunangan Shi Jin sepertinya akan marah.

Mo Yeon berdiri dari kursinya dan pergi. Shi Jin setengah berteriak, bertanya Mo Yeon mau kemana karena ada yang ingin ia katakan. Tapi tanpa berhenti, Mo Yeon mengatakan ia tidak mau mendengar apa-apa.

---


Sang Hyun membantu Ja Ae merapikan obat-obatan sambil membicarakan tentang Mo Yeon dan Shi Jin. Ia menanyakan pendapat Ja Ae, Mo Yeon dan Shi Jin sedang menjalin suatu hubungan.

"Hubungan apanya?", tanya Ja Ae, sambil lalu.

"Ya... seperti hubungan yang sedang kita jalani ini..."

"Hubungan kita apa? Penyesalan?", sahut Ja Ae, cuek.

Sang Hyun langsung marah dan mengacak-ngacak rak obat. Menyumpahi Ja Ae, semoga Ja Ae kesusahan membereskan semua obat-obatan itu. Ja Ae tidak menggubris Sang Hyun yang pergi begitu saja, ia malah mengatai Sang Hyun yang masih kekanak-kanakan.

---


Ye Hwa menemani Daniel yang berusaha memperbaiki mobil hingga malam hari. Ye Hwa menyuruh Daniel menyerah saja tapi Daniel tidak mau. Ye Hwa memuji Daniel yang sudah mirip pemilik toko perkakas.

"Aku memang pemilik toko perkakas...", sahut Daniel . Ye Hwa mengatakan ia merasa Daniel lebih seksi saat memegang pisau bedah daripada kunci. Tapi menurut Daniel, hanya orang Asia berpendapat seperti itu. Untuk wanita bule, mereka lebih menyukai pria yang memegang kunci dengan pakaian overall.

Ye hwa langsung marah dan mengatai Daniel pria yang nakal. Daniel hanya tersenyum dan masuk ke dalam mobil, berusaha menyalakan mesin mobil. Dan ternyata mobilnya menyala kembali. Ia meminta Ye Hwa membawakan pintu mobil padanya.

Dengan susah payah karena keberatan, Ye Hwa mengangkat pintu mobil itu.

---


Shi Jin mengemasi pakaiannya ke dalam tas ransel sambil mendengar channel 7, channel tim medis yang sedang asik bermain dengan walkie talkie. Saat membuka laci, ia menemukan batu putih yang ia bawa saat pergi ke bangkai kapal bersama Mo Yeon.

Shi Jin menggenggam erat-erat batu itu sambil mendengar Mo Yeon yang bernyanyi melalui walkie talkie.

---


Keesokan harinya, Shi Jin memimpin anak buahnya mencari ranjau. Ia berdiri di dekat mobil dan sepertinya pikirannya terbang entah kemana.

Sementara itu, di camp, para tentara dibantu tim medis, mempersiapkan pesta. Mo Yeon datang dan mengomentari cake yang juga ada di pesta malam itu. Ia berpikir ada seseorang yang berulang tahun.

Tapi Sersan Choi mengatakan mereka mengadakan pesta perpisahan untuk kapten mereka yang sudah berakhir masa tugas dan akan kembali ke Korea besok. Mo Yeon sangat kaget mendengarnya.

---


Mo Yeon mondar-mandir dan marah-marah sendiri. Marah karena Shi Jin sama sekali tidak memberitahukannya. Marah karena dari semua orang, ia yang terakhir mengetahuinya.

Mo Yeon memutar tombol walkie talkienya ke channel 3 dan marah-marah pada Shi Jin. Shi Jin balik memarahi Mo Yeon yang mendengarkan channel tentara. Apa kau ini mata-mata?", tanyanya.

Shi Jin bertanya dimana Mo Yeon.

Dan sekarang ia sudah berdiri di depan Mo Yeon.

Mo Yeon marah pada Shi Jin karena diantara semua orang di camp, ia yang terakhir tahu tentang kepulangan Shi Jin. Shi Jin mengatakan ia sudah mencoba memberiathukan Mo Yeon tapi Mo Yeon lari darinya. "Kau ingat kemarin?", tanyanya.

"Kalau begitu, seharusnya kau mengejarku. Kau bisa menyelamatkan Prajurit Ryan tapi kenapa tidak mengejarku?", tuntut Mo Yeon. Shi Jin mengatakan ia tidak begitu yakin alasan Mo Yeon marah padanya, tapi ia merasa kemarahan Mo Yeon itu memberi sedikit keuntungan baginya.

Namun sayangnya, Mo Yeon mengatakan anggapan Shi Jin itu salah. Lalu Shi Jin bertanya apakah pikiran Mo Yeon masih belum jernih.

Melihat Mo Yeon hanya diam saja, Shi Jin menganggap, pikiran Mo Yeon memang belum jernih. Lalu ia meminta izin bertanya satu hal lagi, karena ia berpikir saat ini mungkin kesempatan terakhir mereka bertemu.

"Tentang ciuman itu...". Mo Yeon memotong ucapan Shi Jin, tidak ingin membahas tentang itu. "Lalu aku harus bagaimana? Haruskan aku minta maaf? Ataukah menyatakan perasaanku?".

Mo Yeon diam, menatap Shi Jin...

Bersambung...

[Sinopsis Descendants Of The Sun Episode 6 Part 1]

Note : All images credit to KBS2
Share:

Post a Comment

Designed by OddThemes | Distributed by Blogger Themes