[Sinopsis Descendants Of The Sun Episode 4 Part 2]
Kdramastory - Mo Yeon memalingkan wajahnya saat Si Jin mencoba menciumnya. Ia mengucapkan 'selamat malam' dan membawa serta botol anggur yang tadi diberikan Shi Jin untuknya.
Sesampainya di tenda, Mo Yeon sama sekali tidak bisa tidur, sibuk memikirkan Shi Jin, teringat Shi Jin yang mungkin saja bisa berakhir seperti rekan Shi Jin yang baru saja meninggal.
Tidak hanya Mo Yeon, malam itu Shi Jin juga sama, menghela nafasnya dengan keras, membuang beban yang ada di dalam dadanya.
---
Ye Hwa yang akan tidur, merasakan gerak gerik yang mencurigakan dan diam-diam mengambil pistolnya. Saat seseorang berdiri dibalik tirai, ia menodongkan pistolnya ke arah orang tersebut. "Jatuhkan pistolnya!", ujar orang yang dibalik tirai.
Ye Hwa membuka tirai.... dan ternyata orang tersebut adalah suaminya, Daniel.
Ye Hwa sangat marah melihat suaminya dan memukul-mukul suaminya. Ia marah karena Daniel pergi dan pulang begitu saja dari tempat yang berbahaya. Daniel menahan tangan Ye Hwa yang memukul-mukulnya dengan tangan masih memegang pistol. "Di sini bahkan lebih berbahaya. Tak ada yang lebih berbahaya daripada istri yang menodong pistol pada suaminya sendiri...', ucap Daniel.
Ye Hwa mengalah dan menyimpan pistolnya kembali dan bertanya apakah Daniel kembali bersama Chen Gang. Wajah Daniel berubah sedih dan mengatakan Chen Gang sudah kembali ke tempat asalnya. Ye Hwa melihat jas hitam yang tadi dipakai Daniel dan baru menyadari maksud dari ucapan Daniel, Chen Gang sudah tiada.
Tanpa mengatakan apa pun lagi, Ye Hwa pergi ke dapur.
---
Mo Yeon dan anggota time medisnya mengunjungi proyek instalasi pembangkit listrik energi matahari yang merupakan proyek yang dimenangkan Haesung Group atas Jerman. Mereka dipandu oleh Wakil Manager Konstruksi. Sang Hyun mengatakan ia langsung merasa sentimentil begitu melihat tanda-tanda dalam bahasa Korea di pintu masuk tadi. Mo Yeon juga merasa takjub melihat menara tinggi yang sedang dibangun, ia merasa seperti ingin memanjat ke atas sana.
Seorang pria lebih muda dari Wakil Manager Konstruksi datang, Wakil Manager memeprkenalkan pria tersebut sebagai Kepala Manager. Pria itu memberikan kartu namanya pada Mo Yeon dan mengatakan kalau ia bukan dari Haesung Grup dan namanya adalah Tuan Jin, Jin Young Su dan nama inggrisnya adalah...
Ja Ae memotong ucapan Young Su, "Jin Young Su?". Mo Yeon dan Sang Hyun tertawa diam-diam.
Young Su kesal karena ditertawakan dan mengatakan, "Richard...".
Young Su ini orangnya agak sombong dan sepertinya tidak begitu suka dipanggil dengan sebutan dalam bahasa korea dan juga menolak disamakan sebagai pekerja konstruksi seperti wakil manager. Ia mengatakan ia hanya bertugas sebagai pengelola seluruh proyek dan yang bertanggung jawab dalam proyek itu.
Mo Yeon, Ja Ae dan Sang Hyun sepertinya tidak begitu menyukai Young Su. Saat Young Su bertanya siapa orang dari tim medis yang akan berbicara dengannya, baik Mo Yeon, Ja Ae atau pun Sang Hyun, melengos dan berbalik pergi ke tenda medis. Tidak menggubris Young Su... :-P
Mo Yeon mendapatkan telpon dari Chi Hoon. Chi Hoon mengatakan ia punya dua kabar, kabar baik dan kabar buruk. Ia meminta Mo Yeon memilih yang mana lebih dulu didengar. Mo Yeon memilih kabar baik.
"Kau ingat anak yang menderita keracunan timah itu? Aku sudah tahu namanya, namanya Blackey...".
"Bagus. Kabar buruknya?".
"Blackey menghilang...", ucap Chi Hoon.
Mo Yeon sangat kaget dan langsung kembali ke medicube. Ia bertanya pada Min Ji, kapan terakhir kali Min Ji melihat anak itu. Min Ji mengatakan jam 9 pagi, saat itu ia mengecek infus dan pergi untuk mengambil makanan kecil untuk anak itu.
Chi Hoon memberikan gambar yang ditinggalkan Blackey pada Mo Yeon. Dari gambar itu, ia menduga Blackey kembali ke rumahnya. Untuk menembus kesalahannya, Chi Hoon menawarkan diri untuk pergi mencari Blackey, tapi Mo Yeon tidak mengizinkannya pergi. "Apa kau ini Tarzan atau apa? Kau mau mencarinya ke mana? Kita dikelilingi gunung dan hutan...".
Chi Hoon memberi ide untuk meminta bantuan Kapten Yoo, tapi Mo Yeon langsung menolak. "Jangan pernah meminta bantuannya...", ujar Mo Yeon, mendadak kesal.
"Tapi dia sudah datang... Tuh...", ucap Chi Hoon.
Shi Jin masuk ke ruang rawat dan Mo Yeon langsung teringat kejadian malam tadi. Mo Yeon membalikkan badannya, memunggungi Shi Jin. Shi Jin sendiri biasa saja, dan meminta gambar Blackey.
Setelah melihat gambar itu, Shi Jin menyadari bahwa Blackey bukanlah nama anak itu, tapi nama desa tempat anak itu tinggal dan ia juga tahu dimana letak desa itu.
Mo Yeon sangat kesal karena ternyata Chi Hoon belum mengetahui nama anak itu dan mengangkat tangannya, hendak memukul Chi Hoon. Tapi saat Shi Jin melihat ke arahnya, Mo Yeon terpaksa menurunkan kembali tangannya... :-D
Chi Hoon kembali menawarkan diri mencari anak itu dan bertanya pada Shi Jin apakah desa itu jauh atau tidak. Shi Jin mengatakan dengan berjalan kaki, kira-kira mereka akan membutuhkan waktu setengah hari.
Mo Yeon merasa mereka tidak punya pilihan lain selain mencari anak itu. Ia menyuruh Chi Hoon pergi melakukan tes kesehatan di proyek bersama Sang Hyun, sementara dirinya akan pergi mencari anak itu.
"Sendirian?", tanya Chi Hoon.
"Tak mungkin kan aku pergi sendirian? Aku akan ikut dengannya". Lalu Mo Yeon beralih pada Shi Jin, bertanya apa Shi Jin mau membantunya. Shi Jin tidak langsung menjawab, tapi kemudian ia mengatakan mereka akan berangkan 10 menit lagi. Cieee... Mo Yeon modus... :-D
---
Di dalam mobil, Shi Jin terus melihat ke arah Mo Yeon yang duduk di sampingnya. Tanpa mengalihkan pandangannya dari jalan, Mo Yeon menyuruh Shi Jin melihat ke depan, khawatir mereka nanti akan kecelakaan.
Shi Jin tidak membantah dan beralih melihat ke depan. Ia mengatakan jalan yang sedang mereka lalui, adalah satu-satunya jalan menuju desa. Jadi kemungkinan, mereka akan bertemu dengan anak itu di jalan.
"Baguslah", sahut Mo Yeon singkat.
"Tidurmu nyenyak semalam?", tanya Shi Jin.
"Kau tidak membiarkanku tidur nyenyak...".
Shi Jin terdiam sesaat dan mencoba membicarakan kejadian semalam, tapi Mo Yeon langsung memotong, mengatakan ia tidak ingin membahasnya. Shi Jin ingin tahu kenapa Mo Yeon menghindar membahas tentang itu. "Karena aku sangat bingung. Aku akan terus menghindarinya sampai pikiranku tenang kembali", ucap Mo Yeon.
Shi Jin mengatakan Mo Yeon boleh menghindarinya ataupun marah padanya, tapi ia tidak ingin Mo Yeon merasa buruk dengan kejadian itu karena ia juga sudah berpikir ribuan kali sebelum melakukannya.
Mo Yeon seperti sedikit tersentuh dengan ucapan Shi Jin dan menatap Shi Jin.
---
Mo Yeon terus menatap Shi Jin hingga mereka tiba di depan desa. Shi Jin menghentikan mobilnya karena ada kerumunan kambing di depannya. Ia memberitahukan Mo Yeon kalau anak itu ada di depan mereka. Mo Yeon baru sadar dan melihat ke depan.
Shi Jin membunyikan klakson dan anak itu berpaling, melambaikan tangannya ke arah Shi Jin.
---
Karena keterbatasan bahasa, Mo Yeon memberitahukan waktu pemberian obat melalui gambar. Ibu anak itu mengucapkan terima kasih dalam bahasa Urk. Mo Yeon berpaling pada Shi Jin, bertanya apa ibu itu mengatakan 'Terima kasih'.
"Dia tidak mungkin bilang 'Keluar sana', 'kan?", sahut Shi Jin cuek. Mo Yeon langsung marah dan menatap Shi Jin dengan sudut matanya.
Lalu Mo Yeon melihat ke luar jendela, mengenali anak-anak yang ada di sana. Mereka adalah anak-anak yang mengambil besi di dekat camp waktu itu. Shi Jin memuji ingatan Mo Yeon yang hebat. Mo Yeon mengatakan ia memang orang yang tidak mudah melupakan.
"Melupakan apa?", tanya Shi Jin.
"Apa pun itu...", sahut Mo Yeon. Mo Yeon meminta Shi Jin untuk tidak melakukan atau mengatakan apa pun yang keren di depannya.
---
Myeong Ju melihat semua benda mahal yang ada di depannya. Ia mengungkapkan keheranannya karena tentara yang didispatch mendapatkan barang-barang mahal seperti itu. Byung Soo beralasan banyak tentara dari negara lain yang dikirim ke sana, jadi perlengkapan itu disedia oleh perusahaan dari Korea untuk meningkatkan semangat tentara.
Tanpa berpikir jauh, Myeong Ju mengucapkan terima kasih pada Byung Soo. Lalu Byung Soo bertanya kabar ayah Myeong Ju. Myeong Ju agak kaget dan mengatakan ayahnya baik-baik saja.
Lalu Byung Soo memberitahukan Myeong Joo, kalau ia memang punya hubungan baik dengan Komandan (maksudnya ayah Myeong Ju), sehingga Myeong Ju pun dikirim ke sana. Byung Soo tertawa sendiri.
Mendengar itu, Myeong Ju hanya ikut ber-haha, dengan nada aneh.
Tiab-tiba Myeong Ju mendapatkan telpon dari seseorang dan meminta izin dari Byung Soo untuk menerima telpon itu. Byung Soo mengizinkan dan bertanya apa telpon itu dari Komandan.
"Ini adalah telepon yang jauh lebih penting dari teleponnya...", ucap Myeong Ju dan kemudian buru-buru memberi hormat dan keluar dari tenda.
Ternyata telpon itu dari anak buah Dae Young, yang bernama Sersan Kim Bum Rae, yang diberitugas oleh Myeong Ju untuk melaporkan semua kegiatan Dae Young padanya. Sedang asik-asiknya memberi laporan, tiba-tiba Dae Young muncul.
Myeong Ju ingin tahu kenapa Bum Rae tiba-tiba diam dan memintanya melanjutkan laporan. "Pada jam 9.40 malam, dia menatapku...".
"Benarkah? Aku iri padamu...", ucap Myeong Ju kesal. "Lalu?".
"Dia berjalan ke arahku. Langkah demi langkah...". Bum Rae berdiri dan cepat-cepat membalikkan catatan, supaya tidak dibaca oleh Dae Young. "Apa yang harus aku lakukan?", tanyanya.
"Apa lagi? Tutup telponnya...", perintah Dae Young. Dari seberang telpon, Myeong Ju tersenyum senang mendengar suara Dae Young.
"Letnan Yoon adalah letnan. Anda Sersan mayor...", jawab Bum Rae. Maksudnya, ia harus lebih patuh pada Myeong Ju karena myeong Ju pangkatnya lebih tinggi dari De Young.
Dae Young bertanya apa yang akan Bum Rae pertama lakukan jika ketahuan oleh musuh. "Menyerah?", jawab Bum Rae tidak yakin.
"Lakukan apa pun yang diperintahkan oleh musuh...", sahut Dae Young. Dae Young kembali menyuruh Bum Rae menutup telpon. Di seberang, Myeong Ju tersenyum senang, merasa sudah cukup puas karena sudah mendengar suara Dae Young dan memberitahukan akan menutup telpon.
Bum Rae memberi hormat pada Myeong Ju dan menutup telponnya.
Lalu Bum Rae meminta maaf pada Dae Young dan Dae Young bertanya, apa Bum Rae mau lari keliling lapangan atau membuatkan ramen untuknya. Bum Rae spontan memilih memasak ramen untuk Dae Young.
Dae Young tersenyum dan mengatakan, "Kalau begitu, kau harus membuat kaldunya sendiri. Lari!", perintah Dae Young. Bum Rae langsung memasang wajah sedih dan mengatakan akan mandi dulu.
Dae Young tersenyum melihat kelakuan Bum Rae. Sebelum pergi, Bum Rae memberitahukan, ada surat untuk Dae Young.
---
Shi Jin membawa Mo Yeon makan di sebuah restoran atau mungkin bar yang pelayannya sangat seksi. Mo Yeon menatap si pelayan dan Shi Jin bergantian, sedangkan Shi Jin hanya memandang lurus pada Mo Yeon. Sebelum pergi, dengan nada genit, pelayan itu memberitahukan Shi Jin kalau ada anggur baru yang datang, siapa tahu Shi Jin menginginkannya.
Shi Jin tidak mengatakan apa pun. Setelah pelayan itu pergi, ia baru bernafas lega. Mo Yeon memuji pilihan restoran Shi Jin yang sangat terkesan cowok. Shi Jin mengatakan Dae Young yang sering ke sana sedangkan ia lebih suka makan di kantin, ia lebih suka makan makanan instan.
"Ya... ya...", sahut Mo Yeon dengan nada tidak percaya. Moo Yeon mengatakan karena SHi Jin membantunya hari ini, ia yang akan membayar makanannya dan ia juga ingin menanyakan satu pertanyaan pada Shi Jin. "Sejak dulu aku selalu penasaran. Kenapa kau memilih menjadi tentara?". Mo Yeon melarang Shi Jin beralasan karena seragam.
Shi Jin tersenyum tipis dan menjawab dengan singkat, karena seseorang memang harus menjadi tentara. Shi Jin menyadari alasan Mo Yeon menanyakan tentang itu padanya, ia tahu Mo Yeon tidak begitu menyukai pekerjaannya. Namun Mo Yeon berkilah, ia hanya berpikir Shi Jin sangat patriotik sehingga mau membahayakan nyawanya demi negara.
Shi Jin ingin tahu makna patriotik bagi Mo Yeon. "Kau mencintai negara dan setia pada negara dan rakyatnya...", jawab Mo Yeon. Shi Jin merasa makna patriotik baginya berbeda dengan Mo Yeon. Baginya, melindungi anak-anak, wanita cantik dan orang tua, keberanian untuk menegur anak SMA yang ketahuan merokok, dan keberanian yang tidak goyah didepan todongan senjata adalah patriotisme dan itu juga caranya untuk menjaga kehormatan seorang tentara.
Lalu Shi Jin bertanya balik pada Mo Yeon. Seandainya dia bukan tentara, tetapi seorang pria biasa dari keluarga kaya, apakah Mo Yeon juga akan sebingung ini. Mo Yeon mengatakan tidak, ia merasa itu terdengar biasa baginya. Shi Jin tersenyum, merasa seharusnya ia mengatakan 'pria tampan dari keluarga kaya'.
Mo Yeon hanya membalasnya dengan senyuman.
---
Selesai makan, Shi Jin keluar dari restoran lebih dulu dan melihat dua pria yang berdiri tidak jauh darinya, sedang berbicara. Shi Jin mengenali salah satunya. Pria itu adalah staf UN palsu yang ia serahkan ke polisi setempat. Mereka juga balas menatap Shi Jin, bahkan yang satunya, seperti menawarkan botol minuman pada Shi Jin dari kejauhan.
Mo Yeon menyusul Shi Jin, mengatakan kalau ia sudah membayar makanan. Mo Yeon heran melihat tatapan Shi Jin yang terpaku ke arah yang lain dan ingin melihat apa yang dilihat Shi Jin. Tapi Shi Jin menahan Mo Yeon supaya tidak membalikkan badannya. Sambil sesekali melihat ke arah dua pria itu, Shi Jin bertanya apa Mo Yeon tahu letak toko perkakas yang kemarin mereka datangi.
Mo Yeon meng-iyakan. SHi Jin menyuruh Mo Yeon pergi ke sana dan menunggunya di sana. Mo Yeon mengatakan, ia kebagian tugas nanti sore. "Kalau begitu, kau bisa ke sana dan meminjam mobil di sana. Aku akan menelpon mereka", ucap Shi Jin.
Mo Yeon ingin tahu apa yang terjadi. Shi Jin beralasan ia akan ke markas komando untuk memberi laporan. Mo Yeon mengerti dan tidak bertanya lagi. Shi Jin menatap ke arah dua pria itu dan mengajak Mo Yeon pergi.
---
Mo Yeon tiba di toko dan kaget saat melihat ternyata bukan Ye Hwa di sana. Daniel tiba-tiba muncul dan mereka saling berkenalan. Daniel mengatakan kalau Shi Jin sudah memberitahukannya tentang Mo Yeon yang akan meminjam mobil.
Mo Yeon bertanya apakah Daniel dokter juga. "Aku mengobati orang-orang dan juga memperbaiki barang rusak. Kadang-kadang aku juga membantu sapi yang melahirkan...", jawab Daniel ramah.
---
Shi Jin kembali ke tempat yang tadi, kali ini ia sudah siap dengan pistol. Kedua pria itu masih ada di sana. Shi Jin mendekati mereka dan langsung menodongkan pistolnya ke pria yang pernah ia tangkap. Si pria itu tidak takut dan tidak percaya seorang pasukan penjaga perdamaian, malah menodongkan senjata pada sipil yang tidak bersenjata.
"Itu salah...", ucap Shi Jin dan kemudian menembakkan pistolnya ke ban mobil yang ada di dekatnya. Suara tembakan itu terdengar hingga ke toko perkakas dan Mo Yeon sangat kaget mendengarnya.
Sekarang kedua pria itu mengeluarkan senjata mereka dan menodongkan ke arah Shi Jin. "Bukan sipil. Dan bukan tidak bersenjata...", ucap Shi Jin lagi. Shi Jin mengatakan ia tahu mereka berhubungan dengan polisi.
Beberapa pria bersenjata lain keluar dari bangunan yang ada di belakang kedua pria itu, terakhir muncul Argus (di ep. 3 kemarin, sy menyebutkan dengan nama Agus). Ia mengambil pistol salah seorang pria tadi dan menodongkan ke belakang kepala pria yang pernah ditangkap oleh Shi Jin. Memarahi mereka karena sudah berulang kali ia diingatkan untuk menodongkan pistol ke belakang kepala.
Si pria yang ditodong pistol itu langsung menurunkan pistolnya dari Shi Jin dan mengangkat kedua tangannya. Argus beralih pada Shi Jin, mengatakan bahwa polisi selalu berpihak pada uang. Dimanapun, kapanpun.
Argus mengembalikan psitol itu ke anak buahnya dan mengatakan, "Lama tak bertemu, Letnan...". Shi Jin menatap Argus bingung. Argus membuka kaca mata hitamnya dan mengatakan, "Atau mungkin, Kapten?".
Shi Jin menurunkan pistolnya, "Kapten... Argus?". Ternyata dulu Argus adalah pimpinannya Shi Jin.
---
Sementara itu Daniel menghubungi seseorang untuk mencari tahu apa yang terjadi. Orang itu mengatakan tentang gengnya Argus yang melakukan keributan. Daniel menyampaikan kabar itu pada Mo yeon.
Mo Yeon ingin tahu kalau ada yang terluka. Tapi Daniel mengatakan, mereka pasti akan menelpon dokter jika memang ada yang terluka. Daniel menawarkan teh untuk Mo yeon dan Mo Yeon menerima tawaran Daniel.
Mo Yeon bertanya bagaimana Daniel bisa mengenal Shi Jin. "Di pemakaman", jawab Daniel. Di irak, di afganistan, dan di Urk, mereka terus bertemu di pemakaman. Lalu Mo Yeon mengatakan ia sedikit tidak enak menanyakan sesuatu tapi ia tetap akan menanyakannya pada Daniel karena mungkin saja saat itu adalah satu-satu kesempatan yang ia miliki. "Apa kau tahu apa tugas sebenarnya Kapten Yoo?", tanya Mo Yeon.
Daniel terdiam.
=== Flashback ===
Shi Jin sepertinya ditangkap, atau mungkin dijadikan sandera. Ia terus disiksa dan penyandera menuntut Shi Jin memberikan informasi kode radio UN. Shi Jin menggumamkan kodenya dalam bahasa korea dan ia disiksa lagi, penyandera menuntut Shi Jin menjawab dalam bahasa Inggris. Shi Jin tidak menuruti keinginan mereka dan terus mengucapkan kode dalam bahasa korea berikut dengan nama beserta pangkatnya. Saat itu Shi Jin masih berpangkat Letnan.
Tiba-tiba terdengar tembakan dan beberapa tentara Korea masuk, termasuk Dae Young ada juga di sana. Dalam waktu sangat singkat mereka bisa melumpuhkan para penyandera. Saat akan pergi, Shi Jin mengatakan pada salah seorang tentara, bahwa masih ada satu orang lagi sandera, yaitu kapten Tim Delta yang dinyatakan hilang.
Temannya itu sempat mengatakan mereka hanya punya waktu 5 menit sebelum bangunan diledakkan. Dan sepertinya Shi Jin berkeras untuk menyelamatkan sandera itu dan mereka berhasil membawanya hingga ke helikopter. Dan ternyata Kapten Tim Delta itu adalah Argus.
Sayangnya, saat akan naik ke helikopter, temannya itu tertembak mati.
=== Flashback End ===
Shi Jin menatap Argus, tidak mengerti. "Aku hanya mengubah pekerjaan...", ucap Argus santai. Ia beralasan pekerjaannya sekarang hampir sama dengan pekerjaannya yang dulu, bedanya ia bisa memanjangkan rambutnya, menembak dan menghasilkan uang.
Shi Jin tidak mengerti apa yang mengubah pikiran Argus, padahal dulu Argus adalah legenda di Tim Delta. "Menjadi legenda tidak menghasilkan uang...", sahut Argus lagi. Lalu Argus memberitahukan Shi Jin bahwa di lingkungan itu banyak geng yang jahat, yang tidak kenal rasa takut, tidak kenal dengan aturan dan kehormatan dan tidak memiliki negara yang mereka layani. Argus memberi peringatan pada Shi Jin supaya mengurus urusan Shi Jin sendiri, dan ia menegaskan itu adalah peringatan terakhirnya.
Sebelum pergi, Argus menepuk pundak Shi Jin, mengatakan dari dulu hingga sekarang, Shi Jin masih terlalu baik hati.
Shi Jin menatap Argus muak, mungkin menyesal telah menyelamatkan Argus dan mengorbankan nyawa temannya. "Kau memang benar. Tidak seharusnya aku melawan kehendak Tuhan. Pasti selalu ada alasan dibalik kematian seseorang...", ucap Shi Jin.
Argus tidak mengerti apa yang diucapkan Shi Jin, karena tadi Shi Jin berbicara dalam bahasa Korea. Argus menuduh Shi Jin yang bersembunyi dibalik bahasanya sendiri. Shi Jin kembali berbahasa Inggris, balik mengancam Argus untuk tidak berani muncul di dekatnya, kalau tidak Argus harus membayar atas apa yang dilakukannya.
---
Kembali pada Mo Yeon dan Daniel. Entah apa yang dikatakan Daniel, tapi kemudian Daniel bertanya apakah Mo Yeon ada pertanyaan lagi. Mo Yeon mengatakan tidak, sudah cukup.
"Sudah cukup? Cukup untuk mengerti atau cukup untuk menjauh?", tanya Daniel.
Tidak diperlihatkan apa jawaban Mo Yeon.
---
Mo Yeon kembali ke camp sendirian dengan mengendarai mobil yang dipinjamkan Daniel. Mo Yeon melamun selama menyetir, terlebih lagi saat Shi Jin menelponnya, Mo Yeon menyetir hingga ke jalur berlawanan arah dan hampir saja tertabrak truk yang muncul di depannya.
Mo Yeon membanting stir ke kiri dan pandangannya terganggu akibat debu yang beterbangan karena truk yang lewat tadi. Mo Yeon tidak bisa melihat dengan jelas di depannya dan mobilnya menabrak pagar jalan dan terus meluncur menuruni tebing.
Mo Yeon tidak bisa mengendalikan mobilnya dan mobil baru bisa berhenti saat bergantung di tebing. Mo Yeon gemetar, sangat panik dan menangis ketakutan karena di bawahnya jurang dan jika mobil jatuh ke bawah, maka ia akan langsung masuk ke dalam laut.
Mo Yeon panik, tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Untungnya ponselnya masih terhubung dengan Shi Jin. Shi Jin mencoba berbicara dengan Mo Yeon. Saat Mo Yeon akan meraih ponselnya yang jatuh, mobil bergerak lagi, membuat Mo Yeon bertambah panik, memohon agar Shi Jin menolongnya.
Shi Jin meminta Mo Yeon mengatakan dimana Mo Yeon, apa yang dilihat Mo Yeon. Mo Yeon mengatakan mobilnya tersangkut di tebing. Shi Jin segera menyalakan mesin mobilnya dan kemudian meminta Mo Yeon bertahan dan menunggunya, ia yang akan menemukan Mo Yeon.
Saat Shi Jin menutup telponnya, Mo Yeon menangis, memohon agar Shi Jin tidak menutup telponnya. Mo Yeon mencoba membunyikan klaksonnya berkali-kali, berteriak agar seseorang menolongnya.
Mo Yeon merekam suaranya untuk ibunya, berpesan pada ibunya untuk mengambil pensiunnya dan uang direkeningnya. Ia juga meminta maaf pada ibunya karena sudah bersikap kasar pada ibunya. Lalu Mo Yeon juga merekam suaranya untuk Ji Soo, meminta Ji Soo membatalkan kontrak penyewaan gedung untuk klinik dan mengambil kembali depositnya. Ia juga menitipkan salamnya untuk Tae Won, ia berharap Ji Soo dan Tae Won bisa berakhir bahagia.
Mo Yeon menangis, mengeluhkan hidupnya yang akan berakhir seperti itu. Tiba-tiba Shi Jin masuk ke mobil dari pintu belakang, membuat Mo Yeon setengah mati kaget sekaligus lega. Shi Jin meminta Mo Yeon membuka jendela di sampingnya dan setelah jendela terbuka, Shi Jin pindah duduk ke depan.
Mo Yeon protes melihat Shi Jin pindah ke depan karena membuat mobil semakin menjorok ke bawah. Shi Jin meminta Mo Yeon untuk bersandar ke belakang. Shi Jin memberitahukan Mo Yeon, batu tidak akan mampu menahan mereka lebih lama dan ia akan menjatuhkan mobilnya.
Mo Yeon jelas protes, sama sekali tidak setuju dengan rencana Shi Jin. Shi Jin memegang bahu Mo Yeon, meyakinkan Mo Yeon untuk mempercayainya dan cukup menutup mata saja. "Aku akan mengeluarkanmu dari sini...", janji SHi Jin.
Mo Yeon tetap tidak mau. Shi Jin menyuruh Mo Yeon melepaskan kakinya dari rem, Mo Yeon tetap menolak. Tidak mau mendengarkan protes Mo Yeon lagi, Shi Jin langsung memukul bagian airbag, membuat Mo Yeon kaget dan kakinya terlepas dari pedal rem. Mobil pun terjun bebas ke dalam jurang dan jatuh tenggelam ke dalam air...
Bersambung...
[Sinopsis Descendants Of The Sun Episode 5 Part 2]
Note : All images credit to KBS2
Sinopsis Descendants Of The Sun Episode 5 Part 1
![]() |
Credit : KBS2 |
Sesampainya di tenda, Mo Yeon sama sekali tidak bisa tidur, sibuk memikirkan Shi Jin, teringat Shi Jin yang mungkin saja bisa berakhir seperti rekan Shi Jin yang baru saja meninggal.
Tidak hanya Mo Yeon, malam itu Shi Jin juga sama, menghela nafasnya dengan keras, membuang beban yang ada di dalam dadanya.
---
Ye Hwa yang akan tidur, merasakan gerak gerik yang mencurigakan dan diam-diam mengambil pistolnya. Saat seseorang berdiri dibalik tirai, ia menodongkan pistolnya ke arah orang tersebut. "Jatuhkan pistolnya!", ujar orang yang dibalik tirai.
Ye Hwa membuka tirai.... dan ternyata orang tersebut adalah suaminya, Daniel.
Ye Hwa sangat marah melihat suaminya dan memukul-mukul suaminya. Ia marah karena Daniel pergi dan pulang begitu saja dari tempat yang berbahaya. Daniel menahan tangan Ye Hwa yang memukul-mukulnya dengan tangan masih memegang pistol. "Di sini bahkan lebih berbahaya. Tak ada yang lebih berbahaya daripada istri yang menodong pistol pada suaminya sendiri...', ucap Daniel.
Ye Hwa mengalah dan menyimpan pistolnya kembali dan bertanya apakah Daniel kembali bersama Chen Gang. Wajah Daniel berubah sedih dan mengatakan Chen Gang sudah kembali ke tempat asalnya. Ye Hwa melihat jas hitam yang tadi dipakai Daniel dan baru menyadari maksud dari ucapan Daniel, Chen Gang sudah tiada.
Tanpa mengatakan apa pun lagi, Ye Hwa pergi ke dapur.
---
Mo Yeon dan anggota time medisnya mengunjungi proyek instalasi pembangkit listrik energi matahari yang merupakan proyek yang dimenangkan Haesung Group atas Jerman. Mereka dipandu oleh Wakil Manager Konstruksi. Sang Hyun mengatakan ia langsung merasa sentimentil begitu melihat tanda-tanda dalam bahasa Korea di pintu masuk tadi. Mo Yeon juga merasa takjub melihat menara tinggi yang sedang dibangun, ia merasa seperti ingin memanjat ke atas sana.
Seorang pria lebih muda dari Wakil Manager Konstruksi datang, Wakil Manager memeprkenalkan pria tersebut sebagai Kepala Manager. Pria itu memberikan kartu namanya pada Mo Yeon dan mengatakan kalau ia bukan dari Haesung Grup dan namanya adalah Tuan Jin, Jin Young Su dan nama inggrisnya adalah...
Ja Ae memotong ucapan Young Su, "Jin Young Su?". Mo Yeon dan Sang Hyun tertawa diam-diam.
Young Su kesal karena ditertawakan dan mengatakan, "Richard...".
Young Su ini orangnya agak sombong dan sepertinya tidak begitu suka dipanggil dengan sebutan dalam bahasa korea dan juga menolak disamakan sebagai pekerja konstruksi seperti wakil manager. Ia mengatakan ia hanya bertugas sebagai pengelola seluruh proyek dan yang bertanggung jawab dalam proyek itu.
Mo Yeon, Ja Ae dan Sang Hyun sepertinya tidak begitu menyukai Young Su. Saat Young Su bertanya siapa orang dari tim medis yang akan berbicara dengannya, baik Mo Yeon, Ja Ae atau pun Sang Hyun, melengos dan berbalik pergi ke tenda medis. Tidak menggubris Young Su... :-P
Mo Yeon mendapatkan telpon dari Chi Hoon. Chi Hoon mengatakan ia punya dua kabar, kabar baik dan kabar buruk. Ia meminta Mo Yeon memilih yang mana lebih dulu didengar. Mo Yeon memilih kabar baik.
"Kau ingat anak yang menderita keracunan timah itu? Aku sudah tahu namanya, namanya Blackey...".
"Bagus. Kabar buruknya?".
"Blackey menghilang...", ucap Chi Hoon.
Mo Yeon sangat kaget dan langsung kembali ke medicube. Ia bertanya pada Min Ji, kapan terakhir kali Min Ji melihat anak itu. Min Ji mengatakan jam 9 pagi, saat itu ia mengecek infus dan pergi untuk mengambil makanan kecil untuk anak itu.
Chi Hoon memberikan gambar yang ditinggalkan Blackey pada Mo Yeon. Dari gambar itu, ia menduga Blackey kembali ke rumahnya. Untuk menembus kesalahannya, Chi Hoon menawarkan diri untuk pergi mencari Blackey, tapi Mo Yeon tidak mengizinkannya pergi. "Apa kau ini Tarzan atau apa? Kau mau mencarinya ke mana? Kita dikelilingi gunung dan hutan...".
Chi Hoon memberi ide untuk meminta bantuan Kapten Yoo, tapi Mo Yeon langsung menolak. "Jangan pernah meminta bantuannya...", ujar Mo Yeon, mendadak kesal.
"Tapi dia sudah datang... Tuh...", ucap Chi Hoon.
Shi Jin masuk ke ruang rawat dan Mo Yeon langsung teringat kejadian malam tadi. Mo Yeon membalikkan badannya, memunggungi Shi Jin. Shi Jin sendiri biasa saja, dan meminta gambar Blackey.
Setelah melihat gambar itu, Shi Jin menyadari bahwa Blackey bukanlah nama anak itu, tapi nama desa tempat anak itu tinggal dan ia juga tahu dimana letak desa itu.
Mo Yeon sangat kesal karena ternyata Chi Hoon belum mengetahui nama anak itu dan mengangkat tangannya, hendak memukul Chi Hoon. Tapi saat Shi Jin melihat ke arahnya, Mo Yeon terpaksa menurunkan kembali tangannya... :-D
Chi Hoon kembali menawarkan diri mencari anak itu dan bertanya pada Shi Jin apakah desa itu jauh atau tidak. Shi Jin mengatakan dengan berjalan kaki, kira-kira mereka akan membutuhkan waktu setengah hari.
Mo Yeon merasa mereka tidak punya pilihan lain selain mencari anak itu. Ia menyuruh Chi Hoon pergi melakukan tes kesehatan di proyek bersama Sang Hyun, sementara dirinya akan pergi mencari anak itu.
"Sendirian?", tanya Chi Hoon.
"Tak mungkin kan aku pergi sendirian? Aku akan ikut dengannya". Lalu Mo Yeon beralih pada Shi Jin, bertanya apa Shi Jin mau membantunya. Shi Jin tidak langsung menjawab, tapi kemudian ia mengatakan mereka akan berangkan 10 menit lagi. Cieee... Mo Yeon modus... :-D
---
Di dalam mobil, Shi Jin terus melihat ke arah Mo Yeon yang duduk di sampingnya. Tanpa mengalihkan pandangannya dari jalan, Mo Yeon menyuruh Shi Jin melihat ke depan, khawatir mereka nanti akan kecelakaan.
Shi Jin tidak membantah dan beralih melihat ke depan. Ia mengatakan jalan yang sedang mereka lalui, adalah satu-satunya jalan menuju desa. Jadi kemungkinan, mereka akan bertemu dengan anak itu di jalan.
"Baguslah", sahut Mo Yeon singkat.
"Tidurmu nyenyak semalam?", tanya Shi Jin.
"Kau tidak membiarkanku tidur nyenyak...".
Shi Jin terdiam sesaat dan mencoba membicarakan kejadian semalam, tapi Mo Yeon langsung memotong, mengatakan ia tidak ingin membahasnya. Shi Jin ingin tahu kenapa Mo Yeon menghindar membahas tentang itu. "Karena aku sangat bingung. Aku akan terus menghindarinya sampai pikiranku tenang kembali", ucap Mo Yeon.
Shi Jin mengatakan Mo Yeon boleh menghindarinya ataupun marah padanya, tapi ia tidak ingin Mo Yeon merasa buruk dengan kejadian itu karena ia juga sudah berpikir ribuan kali sebelum melakukannya.
Mo Yeon seperti sedikit tersentuh dengan ucapan Shi Jin dan menatap Shi Jin.
---
Mo Yeon terus menatap Shi Jin hingga mereka tiba di depan desa. Shi Jin menghentikan mobilnya karena ada kerumunan kambing di depannya. Ia memberitahukan Mo Yeon kalau anak itu ada di depan mereka. Mo Yeon baru sadar dan melihat ke depan.
Shi Jin membunyikan klakson dan anak itu berpaling, melambaikan tangannya ke arah Shi Jin.
---
Karena keterbatasan bahasa, Mo Yeon memberitahukan waktu pemberian obat melalui gambar. Ibu anak itu mengucapkan terima kasih dalam bahasa Urk. Mo Yeon berpaling pada Shi Jin, bertanya apa ibu itu mengatakan 'Terima kasih'.
"Dia tidak mungkin bilang 'Keluar sana', 'kan?", sahut Shi Jin cuek. Mo Yeon langsung marah dan menatap Shi Jin dengan sudut matanya.
Lalu Mo Yeon melihat ke luar jendela, mengenali anak-anak yang ada di sana. Mereka adalah anak-anak yang mengambil besi di dekat camp waktu itu. Shi Jin memuji ingatan Mo Yeon yang hebat. Mo Yeon mengatakan ia memang orang yang tidak mudah melupakan.
"Melupakan apa?", tanya Shi Jin.
"Apa pun itu...", sahut Mo Yeon. Mo Yeon meminta Shi Jin untuk tidak melakukan atau mengatakan apa pun yang keren di depannya.
---
Myeong Ju melihat semua benda mahal yang ada di depannya. Ia mengungkapkan keheranannya karena tentara yang didispatch mendapatkan barang-barang mahal seperti itu. Byung Soo beralasan banyak tentara dari negara lain yang dikirim ke sana, jadi perlengkapan itu disedia oleh perusahaan dari Korea untuk meningkatkan semangat tentara.
Tanpa berpikir jauh, Myeong Ju mengucapkan terima kasih pada Byung Soo. Lalu Byung Soo bertanya kabar ayah Myeong Ju. Myeong Ju agak kaget dan mengatakan ayahnya baik-baik saja.
Lalu Byung Soo memberitahukan Myeong Joo, kalau ia memang punya hubungan baik dengan Komandan (maksudnya ayah Myeong Ju), sehingga Myeong Ju pun dikirim ke sana. Byung Soo tertawa sendiri.
Mendengar itu, Myeong Ju hanya ikut ber-haha, dengan nada aneh.
Tiab-tiba Myeong Ju mendapatkan telpon dari seseorang dan meminta izin dari Byung Soo untuk menerima telpon itu. Byung Soo mengizinkan dan bertanya apa telpon itu dari Komandan.
"Ini adalah telepon yang jauh lebih penting dari teleponnya...", ucap Myeong Ju dan kemudian buru-buru memberi hormat dan keluar dari tenda.
Ternyata telpon itu dari anak buah Dae Young, yang bernama Sersan Kim Bum Rae, yang diberitugas oleh Myeong Ju untuk melaporkan semua kegiatan Dae Young padanya. Sedang asik-asiknya memberi laporan, tiba-tiba Dae Young muncul.
Myeong Ju ingin tahu kenapa Bum Rae tiba-tiba diam dan memintanya melanjutkan laporan. "Pada jam 9.40 malam, dia menatapku...".
"Benarkah? Aku iri padamu...", ucap Myeong Ju kesal. "Lalu?".
"Dia berjalan ke arahku. Langkah demi langkah...". Bum Rae berdiri dan cepat-cepat membalikkan catatan, supaya tidak dibaca oleh Dae Young. "Apa yang harus aku lakukan?", tanyanya.
"Apa lagi? Tutup telponnya...", perintah Dae Young. Dari seberang telpon, Myeong Ju tersenyum senang mendengar suara Dae Young.
"Letnan Yoon adalah letnan. Anda Sersan mayor...", jawab Bum Rae. Maksudnya, ia harus lebih patuh pada Myeong Ju karena myeong Ju pangkatnya lebih tinggi dari De Young.
Dae Young bertanya apa yang akan Bum Rae pertama lakukan jika ketahuan oleh musuh. "Menyerah?", jawab Bum Rae tidak yakin.
"Lakukan apa pun yang diperintahkan oleh musuh...", sahut Dae Young. Dae Young kembali menyuruh Bum Rae menutup telpon. Di seberang, Myeong Ju tersenyum senang, merasa sudah cukup puas karena sudah mendengar suara Dae Young dan memberitahukan akan menutup telpon.
Bum Rae memberi hormat pada Myeong Ju dan menutup telponnya.
Lalu Bum Rae meminta maaf pada Dae Young dan Dae Young bertanya, apa Bum Rae mau lari keliling lapangan atau membuatkan ramen untuknya. Bum Rae spontan memilih memasak ramen untuk Dae Young.
Dae Young tersenyum dan mengatakan, "Kalau begitu, kau harus membuat kaldunya sendiri. Lari!", perintah Dae Young. Bum Rae langsung memasang wajah sedih dan mengatakan akan mandi dulu.
Dae Young tersenyum melihat kelakuan Bum Rae. Sebelum pergi, Bum Rae memberitahukan, ada surat untuk Dae Young.
---
Shi Jin membawa Mo Yeon makan di sebuah restoran atau mungkin bar yang pelayannya sangat seksi. Mo Yeon menatap si pelayan dan Shi Jin bergantian, sedangkan Shi Jin hanya memandang lurus pada Mo Yeon. Sebelum pergi, dengan nada genit, pelayan itu memberitahukan Shi Jin kalau ada anggur baru yang datang, siapa tahu Shi Jin menginginkannya.
Shi Jin tidak mengatakan apa pun. Setelah pelayan itu pergi, ia baru bernafas lega. Mo Yeon memuji pilihan restoran Shi Jin yang sangat terkesan cowok. Shi Jin mengatakan Dae Young yang sering ke sana sedangkan ia lebih suka makan di kantin, ia lebih suka makan makanan instan.
"Ya... ya...", sahut Mo Yeon dengan nada tidak percaya. Moo Yeon mengatakan karena SHi Jin membantunya hari ini, ia yang akan membayar makanannya dan ia juga ingin menanyakan satu pertanyaan pada Shi Jin. "Sejak dulu aku selalu penasaran. Kenapa kau memilih menjadi tentara?". Mo Yeon melarang Shi Jin beralasan karena seragam.
Shi Jin tersenyum tipis dan menjawab dengan singkat, karena seseorang memang harus menjadi tentara. Shi Jin menyadari alasan Mo Yeon menanyakan tentang itu padanya, ia tahu Mo Yeon tidak begitu menyukai pekerjaannya. Namun Mo Yeon berkilah, ia hanya berpikir Shi Jin sangat patriotik sehingga mau membahayakan nyawanya demi negara.
Shi Jin ingin tahu makna patriotik bagi Mo Yeon. "Kau mencintai negara dan setia pada negara dan rakyatnya...", jawab Mo Yeon. Shi Jin merasa makna patriotik baginya berbeda dengan Mo Yeon. Baginya, melindungi anak-anak, wanita cantik dan orang tua, keberanian untuk menegur anak SMA yang ketahuan merokok, dan keberanian yang tidak goyah didepan todongan senjata adalah patriotisme dan itu juga caranya untuk menjaga kehormatan seorang tentara.
Lalu Shi Jin bertanya balik pada Mo Yeon. Seandainya dia bukan tentara, tetapi seorang pria biasa dari keluarga kaya, apakah Mo Yeon juga akan sebingung ini. Mo Yeon mengatakan tidak, ia merasa itu terdengar biasa baginya. Shi Jin tersenyum, merasa seharusnya ia mengatakan 'pria tampan dari keluarga kaya'.
Mo Yeon hanya membalasnya dengan senyuman.
---
Selesai makan, Shi Jin keluar dari restoran lebih dulu dan melihat dua pria yang berdiri tidak jauh darinya, sedang berbicara. Shi Jin mengenali salah satunya. Pria itu adalah staf UN palsu yang ia serahkan ke polisi setempat. Mereka juga balas menatap Shi Jin, bahkan yang satunya, seperti menawarkan botol minuman pada Shi Jin dari kejauhan.
Mo Yeon menyusul Shi Jin, mengatakan kalau ia sudah membayar makanan. Mo Yeon heran melihat tatapan Shi Jin yang terpaku ke arah yang lain dan ingin melihat apa yang dilihat Shi Jin. Tapi Shi Jin menahan Mo Yeon supaya tidak membalikkan badannya. Sambil sesekali melihat ke arah dua pria itu, Shi Jin bertanya apa Mo Yeon tahu letak toko perkakas yang kemarin mereka datangi.
Mo Yeon meng-iyakan. SHi Jin menyuruh Mo Yeon pergi ke sana dan menunggunya di sana. Mo Yeon mengatakan, ia kebagian tugas nanti sore. "Kalau begitu, kau bisa ke sana dan meminjam mobil di sana. Aku akan menelpon mereka", ucap Shi Jin.
Mo Yeon ingin tahu apa yang terjadi. Shi Jin beralasan ia akan ke markas komando untuk memberi laporan. Mo Yeon mengerti dan tidak bertanya lagi. Shi Jin menatap ke arah dua pria itu dan mengajak Mo Yeon pergi.
---
Mo Yeon tiba di toko dan kaget saat melihat ternyata bukan Ye Hwa di sana. Daniel tiba-tiba muncul dan mereka saling berkenalan. Daniel mengatakan kalau Shi Jin sudah memberitahukannya tentang Mo Yeon yang akan meminjam mobil.
Mo Yeon bertanya apakah Daniel dokter juga. "Aku mengobati orang-orang dan juga memperbaiki barang rusak. Kadang-kadang aku juga membantu sapi yang melahirkan...", jawab Daniel ramah.
---
Shi Jin kembali ke tempat yang tadi, kali ini ia sudah siap dengan pistol. Kedua pria itu masih ada di sana. Shi Jin mendekati mereka dan langsung menodongkan pistolnya ke pria yang pernah ia tangkap. Si pria itu tidak takut dan tidak percaya seorang pasukan penjaga perdamaian, malah menodongkan senjata pada sipil yang tidak bersenjata.
"Itu salah...", ucap Shi Jin dan kemudian menembakkan pistolnya ke ban mobil yang ada di dekatnya. Suara tembakan itu terdengar hingga ke toko perkakas dan Mo Yeon sangat kaget mendengarnya.
Sekarang kedua pria itu mengeluarkan senjata mereka dan menodongkan ke arah Shi Jin. "Bukan sipil. Dan bukan tidak bersenjata...", ucap Shi Jin lagi. Shi Jin mengatakan ia tahu mereka berhubungan dengan polisi.
Beberapa pria bersenjata lain keluar dari bangunan yang ada di belakang kedua pria itu, terakhir muncul Argus (di ep. 3 kemarin, sy menyebutkan dengan nama Agus). Ia mengambil pistol salah seorang pria tadi dan menodongkan ke belakang kepala pria yang pernah ditangkap oleh Shi Jin. Memarahi mereka karena sudah berulang kali ia diingatkan untuk menodongkan pistol ke belakang kepala.
Si pria yang ditodong pistol itu langsung menurunkan pistolnya dari Shi Jin dan mengangkat kedua tangannya. Argus beralih pada Shi Jin, mengatakan bahwa polisi selalu berpihak pada uang. Dimanapun, kapanpun.
Argus mengembalikan psitol itu ke anak buahnya dan mengatakan, "Lama tak bertemu, Letnan...". Shi Jin menatap Argus bingung. Argus membuka kaca mata hitamnya dan mengatakan, "Atau mungkin, Kapten?".
Shi Jin menurunkan pistolnya, "Kapten... Argus?". Ternyata dulu Argus adalah pimpinannya Shi Jin.
---
Sementara itu Daniel menghubungi seseorang untuk mencari tahu apa yang terjadi. Orang itu mengatakan tentang gengnya Argus yang melakukan keributan. Daniel menyampaikan kabar itu pada Mo yeon.
Mo Yeon ingin tahu kalau ada yang terluka. Tapi Daniel mengatakan, mereka pasti akan menelpon dokter jika memang ada yang terluka. Daniel menawarkan teh untuk Mo yeon dan Mo Yeon menerima tawaran Daniel.
Mo Yeon bertanya bagaimana Daniel bisa mengenal Shi Jin. "Di pemakaman", jawab Daniel. Di irak, di afganistan, dan di Urk, mereka terus bertemu di pemakaman. Lalu Mo Yeon mengatakan ia sedikit tidak enak menanyakan sesuatu tapi ia tetap akan menanyakannya pada Daniel karena mungkin saja saat itu adalah satu-satu kesempatan yang ia miliki. "Apa kau tahu apa tugas sebenarnya Kapten Yoo?", tanya Mo Yeon.
Daniel terdiam.
=== Flashback ===
Shi Jin sepertinya ditangkap, atau mungkin dijadikan sandera. Ia terus disiksa dan penyandera menuntut Shi Jin memberikan informasi kode radio UN. Shi Jin menggumamkan kodenya dalam bahasa korea dan ia disiksa lagi, penyandera menuntut Shi Jin menjawab dalam bahasa Inggris. Shi Jin tidak menuruti keinginan mereka dan terus mengucapkan kode dalam bahasa korea berikut dengan nama beserta pangkatnya. Saat itu Shi Jin masih berpangkat Letnan.
Tiba-tiba terdengar tembakan dan beberapa tentara Korea masuk, termasuk Dae Young ada juga di sana. Dalam waktu sangat singkat mereka bisa melumpuhkan para penyandera. Saat akan pergi, Shi Jin mengatakan pada salah seorang tentara, bahwa masih ada satu orang lagi sandera, yaitu kapten Tim Delta yang dinyatakan hilang.
Temannya itu sempat mengatakan mereka hanya punya waktu 5 menit sebelum bangunan diledakkan. Dan sepertinya Shi Jin berkeras untuk menyelamatkan sandera itu dan mereka berhasil membawanya hingga ke helikopter. Dan ternyata Kapten Tim Delta itu adalah Argus.
Sayangnya, saat akan naik ke helikopter, temannya itu tertembak mati.
=== Flashback End ===
Shi Jin menatap Argus, tidak mengerti. "Aku hanya mengubah pekerjaan...", ucap Argus santai. Ia beralasan pekerjaannya sekarang hampir sama dengan pekerjaannya yang dulu, bedanya ia bisa memanjangkan rambutnya, menembak dan menghasilkan uang.
Shi Jin tidak mengerti apa yang mengubah pikiran Argus, padahal dulu Argus adalah legenda di Tim Delta. "Menjadi legenda tidak menghasilkan uang...", sahut Argus lagi. Lalu Argus memberitahukan Shi Jin bahwa di lingkungan itu banyak geng yang jahat, yang tidak kenal rasa takut, tidak kenal dengan aturan dan kehormatan dan tidak memiliki negara yang mereka layani. Argus memberi peringatan pada Shi Jin supaya mengurus urusan Shi Jin sendiri, dan ia menegaskan itu adalah peringatan terakhirnya.
Sebelum pergi, Argus menepuk pundak Shi Jin, mengatakan dari dulu hingga sekarang, Shi Jin masih terlalu baik hati.
Shi Jin menatap Argus muak, mungkin menyesal telah menyelamatkan Argus dan mengorbankan nyawa temannya. "Kau memang benar. Tidak seharusnya aku melawan kehendak Tuhan. Pasti selalu ada alasan dibalik kematian seseorang...", ucap Shi Jin.
Argus tidak mengerti apa yang diucapkan Shi Jin, karena tadi Shi Jin berbicara dalam bahasa Korea. Argus menuduh Shi Jin yang bersembunyi dibalik bahasanya sendiri. Shi Jin kembali berbahasa Inggris, balik mengancam Argus untuk tidak berani muncul di dekatnya, kalau tidak Argus harus membayar atas apa yang dilakukannya.
---
Kembali pada Mo Yeon dan Daniel. Entah apa yang dikatakan Daniel, tapi kemudian Daniel bertanya apakah Mo Yeon ada pertanyaan lagi. Mo Yeon mengatakan tidak, sudah cukup.
"Sudah cukup? Cukup untuk mengerti atau cukup untuk menjauh?", tanya Daniel.
Tidak diperlihatkan apa jawaban Mo Yeon.
---
Mo Yeon kembali ke camp sendirian dengan mengendarai mobil yang dipinjamkan Daniel. Mo Yeon melamun selama menyetir, terlebih lagi saat Shi Jin menelponnya, Mo Yeon menyetir hingga ke jalur berlawanan arah dan hampir saja tertabrak truk yang muncul di depannya.
Mo Yeon membanting stir ke kiri dan pandangannya terganggu akibat debu yang beterbangan karena truk yang lewat tadi. Mo Yeon tidak bisa melihat dengan jelas di depannya dan mobilnya menabrak pagar jalan dan terus meluncur menuruni tebing.
Mo Yeon tidak bisa mengendalikan mobilnya dan mobil baru bisa berhenti saat bergantung di tebing. Mo Yeon gemetar, sangat panik dan menangis ketakutan karena di bawahnya jurang dan jika mobil jatuh ke bawah, maka ia akan langsung masuk ke dalam laut.
Mo Yeon panik, tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Untungnya ponselnya masih terhubung dengan Shi Jin. Shi Jin mencoba berbicara dengan Mo Yeon. Saat Mo Yeon akan meraih ponselnya yang jatuh, mobil bergerak lagi, membuat Mo Yeon bertambah panik, memohon agar Shi Jin menolongnya.
Shi Jin meminta Mo Yeon mengatakan dimana Mo Yeon, apa yang dilihat Mo Yeon. Mo Yeon mengatakan mobilnya tersangkut di tebing. Shi Jin segera menyalakan mesin mobilnya dan kemudian meminta Mo Yeon bertahan dan menunggunya, ia yang akan menemukan Mo Yeon.
Saat Shi Jin menutup telponnya, Mo Yeon menangis, memohon agar Shi Jin tidak menutup telponnya. Mo Yeon mencoba membunyikan klaksonnya berkali-kali, berteriak agar seseorang menolongnya.
Mo Yeon merekam suaranya untuk ibunya, berpesan pada ibunya untuk mengambil pensiunnya dan uang direkeningnya. Ia juga meminta maaf pada ibunya karena sudah bersikap kasar pada ibunya. Lalu Mo Yeon juga merekam suaranya untuk Ji Soo, meminta Ji Soo membatalkan kontrak penyewaan gedung untuk klinik dan mengambil kembali depositnya. Ia juga menitipkan salamnya untuk Tae Won, ia berharap Ji Soo dan Tae Won bisa berakhir bahagia.
Mo Yeon menangis, mengeluhkan hidupnya yang akan berakhir seperti itu. Tiba-tiba Shi Jin masuk ke mobil dari pintu belakang, membuat Mo Yeon setengah mati kaget sekaligus lega. Shi Jin meminta Mo Yeon membuka jendela di sampingnya dan setelah jendela terbuka, Shi Jin pindah duduk ke depan.
Mo Yeon protes melihat Shi Jin pindah ke depan karena membuat mobil semakin menjorok ke bawah. Shi Jin meminta Mo Yeon untuk bersandar ke belakang. Shi Jin memberitahukan Mo Yeon, batu tidak akan mampu menahan mereka lebih lama dan ia akan menjatuhkan mobilnya.
Mo Yeon jelas protes, sama sekali tidak setuju dengan rencana Shi Jin. Shi Jin memegang bahu Mo Yeon, meyakinkan Mo Yeon untuk mempercayainya dan cukup menutup mata saja. "Aku akan mengeluarkanmu dari sini...", janji SHi Jin.
Mo Yeon tetap tidak mau. Shi Jin menyuruh Mo Yeon melepaskan kakinya dari rem, Mo Yeon tetap menolak. Tidak mau mendengarkan protes Mo Yeon lagi, Shi Jin langsung memukul bagian airbag, membuat Mo Yeon kaget dan kakinya terlepas dari pedal rem. Mobil pun terjun bebas ke dalam jurang dan jatuh tenggelam ke dalam air...
Bersambung...
[Sinopsis Descendants Of The Sun Episode 5 Part 2]
Note : All images credit to KBS2
Post a Comment