[Sinopsis Descendants Of The Sun Episode 2 Part 2]
Kdramastory - Ada pepatah kalau jodoh memang tidak kemana. Setelah berpisah selama 8 bulan, Mo Yeon dan Shi Jin bertemu kembali, bukan di Korea tapi di tempat yang sangat jauh, di Urk...
Sekelompok tentara turun dari helikopter. Mo Yeon terpana, mengenali salah satu dari mereka. Sayangnya, Shi Jin hanya berjalan melewatinya. Min Ji berbisik pada Ja Ae, "Bukannya dia tentara yang pernah datang...". Ja Ae membenarkan tebakan Min Ji itu.
Shi Jin berhenti tepat di dekat selendang Mo Yeon yang terjatuh. Ia memperkenalkan dirinya sebagai Kapten Yoo Si Jin, komandan Mowuru Company dan akan bertanggung jawab atas keselamatan mereka selama mereka tinggal di Urk.
Dae Young memberitahukan mereka akan berangkat dengan menggunakan helikopter dan mereka hanya dibolehkan menggunakan ransel tentara dan membawa barang-barang yang paling dibutuhkan. Sisa dari barang mereka akan dibawa melalui jalan darat dan baru akan tiba esok hari.
Tim medis menggerutu, tapi tidak membantah dan mengikuti perintah Dae Young.
Shi Ji melihat selendang di dekat kakinya dan berjalan mendekati Mo Yeon. Ia menyerahkan selendang itu pada Mo Yeon dan Mo Yeon menerimanya. Mereka saling berpandangan... (Aish... kaca mata Joong Ki mengganggu... nutupin matanya... Hihihi )
Setiba di camp, tim medis disambut oleh beberapa tentara dengan nyanyian. Mereka juga diberikan kalungan bunga. Dr. Song Sang Hyun sempat membungkukkan badannya, mengira akan mendapatkan karangan bunga juga, tapi ternyata para tentara hanya memberikannya untuk tim medis wanita saja. :-D
Sang Hyun merasa malu sendiri dan menutupinya dengan memuji dirinya sendiri yang hebat...
Chi Hoon merasa senang melihat medicube, tempat yang akan menjadi tempat tinggal tim medis. Namun tidak begitu dengan Sang Hyun, ia mengeluh, kenapa harus tinggal di tempat seperti itu di usianya sudah 40 tahun.
Chi Hoon menyemangati Sang Hyun, mengatakan kalau ia akan menganggap mereka seperti berkemping... Sang Hyun menatap Chi Hoon, tidak percaya dan memilih bernyanyi tidak jelas, mungkin untuk menghilangkan stresnya.
---
Mo Yeon dan Min Ji sepertinya dapat tenda berdua. Mereka sedang mengeluarkan barang-barang mereka dari ransel. Gi Beom tiba-tiba masuk dan bergaya sok kenal sok dekat. Ia menanyakan kabar Mo Yeon dan Min Ji.
Mo Yeon dan Min Ji sama sekali tidak mengingat siapa Gi Beom. Gi Beom mengatakan kalau ia adalah pasien yang kabur dari IGD, sambil memperagakan kakinya yang sakit.
Mo Yeon dan Min Ji baru ingat dan kaget kenapa Gi Beom juga bisa ada di sana. Mo Yeon menyuruh Gi Beon lompat, ia ingin melihat kaki Gi Beom sudah sembuh atau belum.
Gi Beom melompat-lompat tinggi di tempat. "Berkat perawatan kalian kakiku sembuh total dan aku mendapatkan peringkat pertama di tes fisik...".
"Kau tak mencuri lagi, 'kan?", goda Min Ji.
Dan Gi Beom menjawab dengan khas gaya tentara, "Kopral Kim Gi Beom. Tentara Republik Korea menjunjung tinggi kehormatan dan kesetiaan serta persatuan".
Mo Yeon dan Min Ji ber-ohhh, menggoda Gi Beom yang sudah cocok menjadi tentara.
Sang Hyun datang ke tenda Ja Ae. Ia duduk sambil melompat-lompat di tempat tidur. Ja Ae kesal melihat tingkah Sang Hyun dan menyuruhnya berhenti karena tempat tidurnya bisa rusak.
Namun Sang Hyun malah menyuruh Ja Ae yang berhenti, berhenti memasukkan barang-barangnya ke lemari. "Sekarang kita kabur saja. Apa kau tahu berapa macam penyakit endemik yang ada di sini?", tanya Sang Hyun.
"Berapa banyak?", Jae Ae balik bertanya.
"Aku bertanya karena aku tak tahu...", ucap Sang Hyun sambil tertawa. Lalu ia memegang lengan Ja Ae, mengajak Ja Ae kabur sebelum penyakit-penyakit itu menjangkiti mereka. Ja Ae menepis tangan Sang Hyun, menyuruhnya berhenti, "Sudahlah. Kenapa kau seperti ini ditendaku?"
Sang Hyun mulai kesal dan nada bicaranya mulai tinggi. "Kau tak dengar pembicaraan Mo Yeon dengan Ketua Han tadi? Pekerjaan ini sebenarnya adalah "Hukuman" dan bukannya "Sukarela". Kenapa kita harus ikut dihukum juga?".
"Kau tahu? Mengenalmu selama 30 tahun sama saja dengan hukuman bagiku", sahut Ja Ae ketus.
"Kau serius menganggapku begitu?"
"Jadi, apa kau ini hadiah bagiku?", balas Ja Ae.
Sang Hyun kesal dan kembali duduk di tempat tidur. "Aku akan merusak tempat tidurmu. Ha Ja Ae akan tidur di tempat tidur yang rusak...", marah Sang Hyun sambil melompat-lompat di tempat tidur Ja Ae.
---
Chi Hoon asik memotret-motret, ia mengambil gambar sepasang sepatu bot yang sudah ditumbuhi tanaman. Sersan Choi Woo Geun ingin melihat gambar apa yang diambil Chi Hoon.
Saat ia melihat fotonya ada di dalam kamera Chi Hoon, Woo Geun menyuruh Chi Hoon segera menghapusnya. Chi Hoon mengira, Woo Geun tidak suka dengan gambar yang ia ambil, tapi Woo Geun mengatakan itu adalah aturan yang ada di sana.
Chi Hoon menatap Woo Geun tidak mengerti.
Mo Yeon tiba-tiba muncul dari arah belakang. Ia mengatakan memang seperti itulah tentara. "Mereka sangat misterius. Mereka memang tak bisa mengatakan apa-apa karena itu aturan".
Woo Geun membungkuk sedikit pada Mo Yeon dan kemudian pergi.
"Bagaimana kau bisa tahu itu?", tanya Chi Hoon.
Mulut Mo Yeon bergerak sedikit, seperti ingin mengatakan sesuatu tapi akhirnya ia hanya diam saja.
---
Mo Yeon sedang berjalan sendirian. Ia berhenti karena sepatunya kemasukan pasir dan berusaha membuangnya. Shi Jin keluar dari mobil yang tidak jauh darinya sambil membawa sebuah kotak di tangannya. Shi Jin sama sekali tidak menyapa Mo Yeon, ia hanya melewati Mo Yeon dan masuk ke dalam bangunan yang ada di dekat sana.
Mo Yeon heran, bertanya-tanya pada dirinya sendiri, "Apa dia tidak melihatku atau dia sengaja mengabaikanku?".
Saat sudah ada di dalam, Shi Jin bersandar di dinding, melihat ke arah cermin. Ia melihat Mo Yeon melalui cermin itu...
---
Shi Jin meletakkan kotak itu di atas meja Dae Young, menyuruh Dae Young segera membukanya. Tapi Dae Young mengatakan nanti saja.
"Tidak, tidak bisa. Bagaimana jika ini adalah kue coklat?", protes Shi Jin tidak sabar.
"Atau mungkin saja bom buatan tangan...", tukas Dae Young.
Shi Jin tidak percaya dan memaksa Dae Young membukanya, seperti layaknya seorang pria sejati. Dae Young menuruti keinginan Shi Jin dan Shi Jin sedikit menjauh, khawatir isinya beneran bom.
Tapi kemudian ia malah mendekat setelah melihat isinya ternyata ginseng merah untuk Sersan Lim dan juga Sersan Choi, lalu ada DVD drama untuk Sersan Gong. Dan yang terakhir...
Dae Young melihat sebuah amplop. Shi Jin mengomentari Myeong Ju yang sudah putus dari Dae Young tapi masih saja peduli pada bawahan Dae Young. "Tapi, inilah yang membuatku sedih...", ucap Dae Young.
Shi Jin menanyakan kiriman untuknya, Dae Young menjawabnya dengan memberikan kotak kosong pada Shi Jin... :-D
Shi Jin merasa kesal sendiri. Lalu Shi Jin menanyakan kiriman untuk Dae Young.
Dae Young yang sedang membaca surat dari Myeong Ju, mengatakan, "Hadiah untukku... sedang dalam perjalanan".
Dae Young memberitahukan Shi Jin kalau sepertinya Letnan Yoon akan datang. Shi Jin kaget mendengarnya.
---
Myeong Ju melaporkan pada ayahnya kalau ia akan bertugas menjadi bagian dari tim medis di Mowuru. Myeong Ju berjanji ia akan menjaga dirinya di sana.
"Apa kau tetap mau ke sana?", tanya ayah Myeong Ju, Letjen Yoon. Myoeng Ju membenarkan, ia sudah tidak sabar lagi untuk pergi ke sana.
"Sudah aku bilang aku lebih menyukai Yoo Shi Jin. Dia bisa menjadi Jenderal. Aku ingin dia menjadi menantuku. Kau hanya akan menyulitkan Seo Dae Young".
Myeong Ju mengingatkan ayahnya untuk tidak melibatkan perasaan sebagai atasan. "Apa Anda ingin kehilangan pasukan terbaik lagi, Pak?".
Namun Letjen Yoon menganggap Dae Young memutuskan untuk tetap di tentara karena mengetahui maksudnya yang sebenarnya dan itu tidak berarti ia kehilangan anak buahnya.
Namun Myeong Ju mengatakan Dae Young memutuskan tetap di tentara bukan karena ayahnya tapi karena Dae Young adalah prajurit sejati. "Karena itulah... saya mencintainya. Karena itulah saya tak bisa melepaskannya. Jika Anda menghentikan saya lagi, kali ini Anda akan kehilangan letnan terbaik, dan juga putrimu, Yoon Myeong Ju", tegas Myeong Ju.
Ayah Myeong Ju tidak bisa mengatakan apa-apa lagi.
---
Mo Yeon menelpon Ji Soo, menceritakan tentang Shi Jin dan pacar Myeong Ju yang juga ternyata ada di tempat ia bertugas. Mo Yeon mengatakan kalau ia gugup sekali saat di airport tadi, ia yakin Shi Jin pasti mengingatnya tapi entah kenapa Shi Jin seperti tidak mengenalnya.
Namun Ji Soo yakin Shi Jin masih mengenali Mo Yeon. Ia yakin Mo Yeon dan Shi Jin itu sudah jodoh dan dipertemukan kembali di belahan dunia yang lain. "Kau tidak bahagia bisa bertemu dengannya lagi?", tanya Ji Soo.
"Tidak sama sekali. Aku malah merasa tidak nyaman...".
Tiba-tiba telpon Mo Yeon terputus, Mo Yeon tidak bisa mendengarkan lagi suara Ji Soo, begitu juga dengan Ji Soo yang sepertinya tidak bisa mendengar suara Mo Yeon lagi. Mo Yeon terpaksa menutup telponnya dan menggerutu, mengeluhkan dirinya yang berada di tempat terpencil.
Mo Yeon melihat beberapa anak kecil yang bermain di luar pagar camp. Ia tersenyum saat melihat salah satu dari anak kecil itu memakai kaus bertuliskan 'Asosiasi Ibu Bulgwangdong' yang sudah sangat kumal. Ia mengambil foto mereka.
Mo Yeon melihat salah seorang anak kecil menggigit besi dan berteriak, melarang mereka memakan besi itu. Mo Yeon memutuskan untuk melompati pagar dan memberikan coklat yang ia punya untuk anak itu.
Melihat Mo Yeon punya coklat, anak-anak yang lain langsung menggerumuni Mo Yeon, mereka juga ingin diberikan coklat. Mo Yeon kebingungan sendiri menghadapi mereka.
"Jika kau hanya bawa satu makanan, sebaiknya jangan dibagikan...", ujar Shi Jin yang tiba-tiba muncul. Shi Jin melompati pagar dan mengomentari Mo Yeon yang bahkan melompat pagar.
"Kau juga melompatinya...", balas Mo Yeon. Mo Yeon masih marah karena Shi Jin pura-pura tidak mengenalinya.
"Dan kau tak menunjukkan penyesalanmu...", tegur Shi Jin lagi. Mo Yeon tidak membalas lagi.
Shi Jin beralih pada anak-anak, berbicara dalam bahasa mereka. Menyuruh mereka pergi ke lapangan karena nanti di sana ada pesta. Ia menyuruh mereka meminta makanan pada Sersan Choi. "Kalian tahu Sersan Choi, 'kan?", tanyanya.
Anak-anak menganggukkan kepala mereka dan kemudian berlari ke tempat yang dimaksud Shi Jin.
Setelah anak-anak berlarian pergi, Mo Yeon ingin tahu apa yang dikatakan Shi Jin pada anak-anak itu. "Aku akan menembak mereka jika mereka tidak pergi...", jawab Shi Jin dengan wajah serius.
"Bohong...", ucap Mo Yeon juga dengan wajah serius.
"Dan aku menyebutnya, 'Bercanda'", sahut Shi Jin.
Mo Yeon terdiam sesaat lalu mengatakan kalau ia akan pergi. Namun baru beberapa langkah, Mo Yeon mendnegar sesuatu dan langsung mematung dan ingin menyentuh apa yang barusan ia injak.
"Jangan bergerak...", perintah Shi Jin sambil berjalan mendekati Mo Yeon. "Kau baru saja... menginjak ranjau darat...".
Mo Yeon langsung panik, ingin bergerak. Tapi lagi-lagi Shi Jin melarangnya menggerakkan kaki kanannya. Mo Yeon semakin panik dan hampir menangis, berpikir kalau ia akan mati dan meminta Shi Jin melakukan sesuatu. "Kau 'kan prajurit... Kau 'kan pasukan khusus... Dalam film, pasukan khusus selalu bisa menjinakkan ranjau dengan pisau swiss-nya", rengek Mo Yeon, panik.
Shi Jin menggelenglengkan kepalanya dan mengatakan, "Aku sudah di luar selama 25 tahun, dan aku hanya tahu 1 pria yang bisa menjinakkan ranjau... dan aku hanya tahu satu orang yang bisa menjinakkan ranjau dengan menggunakan pisau Swiss".
"Nah, kau pernah lihat, 'kan? Siapa pria itu?".
"Pria yang ada di film yang kau tonton itu...", ucap Shi Jin sambil tersenyum manis dan kemudian pergi.
"Hei, pria brengsek!", teriak Mo Yeon, marah.
Shi Jin berbalik mendekati Mo Yeon. "Hanya aku yang bisa menolongmu sekarang dan kau mengumpatku?"
"Kau bilang kau tidak bisa menolongku, jadi aku harus bagaimana? Apa aku akan mati di sini?".
"Tidak... Pindahkan kakimu, aku yang akan menginjaknya...", ucap Shi Jin sambil menggeser kaki kanan Mo Yeon dan gantian menginjak ranjau. Mo Yeon lebih panik lagi, "Tunggu. Apa maksudmu? Apa ranjaunya tak akan meledak?".
"Ranjaunya akan meledak. Akulah yang akan mati di sini...".
"Tidak bisa, jangan bercanda. Kenapa kau yang menggantikanku mati di sini?", teriak Mo Yeon panik. Mo Yeon menyuruh Shi Jin mencari orang yang bisa melakukannya dan tidak menyerah. Mo Yeon mengatakannya sambil mendorong-dorong Shi Jin hingga akhirnya Shi Jin terjatuh.
Shi Jin terjatuh sambil menarik Mo Yeon bersamanya. Mo Yeon menutup matanya, sementara Shi Jin tenang-tenang saja...
Sadar tidak terjadi apa-apa, Mo Yeon membuka matanya. "Apa yang terjadi? Kenapa tak ada ledakan?", tanyanya.
Shi Jin malah bertanya, "Bagaimana kabarmu?".
Mo Yeon baru sadar, ternyata ia dibohongi. Mo Yeon malah menangis dan memukul-mukul Shi Jin, "Kau berbohong, aku membencimu. Kenapa kau melakukan itu???"
Shi Jin bingung sendiri melihat reaksi Mo Yeon yang malah menangis. Ia ingin menjelaskan tapi Mo Yeon menyuruh Shi Jin tidak bicara lagi dengannya. Dan juga jangan mengikutinya.
---
Mo Yeon kembali ke camp dan di sana para prajurit dan tim medis sedang asik memanggang daging. Chi Hoon mengajak Mo Yeon makan, tapi sambil berlalu, Mo Yeon hanya berpesan untuk disisakan sedikit untuknya.
Dae Young melihat gelagat Mo Yeon yang sepertinya marah dan bertanya pada Shi Jin yang berjalan tidak jauh di belakang Mo Yeon. Shi Jin mengatakan ia membuat Mo Yeon menangis.
"Menangis?", Dae Young kaget.
"Aku sendiri juga kaget...", ujar Shi Jin, sedikit sedih.
Shi Jin mengejar Mo Yeon meminta maaf karena ia biasa bercanda dengan pria dan mengakui kalau candaannya tadi keterlaluan.
"Iya, baiklah...", jawab Mo Yeon dengan lesu. Mo Yeon akan pergi tapi tiba-tiba Shi Jin mengangkat tangannya, memberi hormat. Tidak hanya Shi Jin tapi begitu juga dengan prajurit yang lain.
Mo Yeon bingung dengan apa yang terjadi. Shi Jin menurunkan tangannya dan membalikkan Mo Yeon, ke arah ia memberi hormat tadi.
Mo Yeon melihat dua prajurit menurunkan bendera (asumsi sy ya, karena hari mulai gelap...). Mo Yeon pun mengangkat tangannya, meletakkan tangannya di dadanya.
"Senang bisa bertemu denganmu lagi...", ucap Shi Jin. Mo Yeon seperti ingin mengatakan sesuatu tapi berakhir dengan tidak mengatakan apa pun.
--
Malam hari, kegiatan para prajurit diawali dengan berhitung, melaporkan berapa anggota yang ada dan berapa orang yang tidak ada. Lalu mereka membantu tim medis memasang kelambu.
Lucunya, saat memasang kelambu, Chi Hoon malah terjatuh... :-P
Tenda Mo Yeon sudah gelap dan ia sudah bersiap tidur di dalam kelambu. Tidak lupa ia tetap menyalakan lilin, mungkin lilin aromatic. Ia belum bisa tidur, seperti memikirkan sesuatu.
Apa pikirannya dipenuhi oleh Shi Jin ya? :-D
---
Keesokan harinya, Mo Yeon dan Min Ji terpana melihat para prajurit yang sedang jogging pagi tanpa baju.
"Apa kita bisa melihat pemandangan ini tiap pagi?", ucap Min Ji tanpa mengalihkan pandangannya dari para prajurit itu.
"Jika mereka latihan begini pada malam hari juga, aku mungkin akan menetap saja di sini...", sahut Mo Yeon.
"Kalau kalian mau pindah ke sini aku akan memberitahu pemilik asrama nanti...", sahut Ja Ae yang sedang sibuk mencuci mukanya di belakang Mo Yeon dan Min Ji.
Shi Jin tiba-tiba muncul di depan mereka, bertanya apa mereka terbangun karena terlalu ribut. Mo Yeon tidak menjawab, ia malah menyuruh Shi Jin minggir karena ia tidak kelihatan.
Shi Jin ingin tahu apa rencana Mo Yeon hari itu. Tanpa mengalihkan pandangannya, Mo Yeon malah balik bertanya, "Pagi atau sore?".
Shi Jin kesal dan memutuskan untuk menghentikan para serdadu jogging dan menyuruh mereka segera kembali ke asrama.
Shi Jin kembali pada Mo Yeon, bertanya apa rencana Mo Yeon pagi dan sore nanti. Mo Yeon terus saja melihat ke arah prajurit yang menjauh dan Shi Jin berusaha menutupinya. Mo Yeon menatap Shi Jin marah.
Shi Jin hanya tersenyum manis... Sudahlah Mo Yeon... Ada yang lebih cakep di depanmu... Hihi...
Tim medis mulai menyiapkan peralatan dan perlengkapan di medicube. Para prajurit mulai berbaris untuk di periksa. Sang Hyun terlihat senang, mengira akan segera mulai bekerja. Tapi ternyata tidak satu pun prajurit yang mau diperiksa olehnya. Mereka semua malah mengantri di meja Mo Yeon.
Mo Yeon menggoda mereka dengan mengatakan kalau ia yang menyuntik akan sakit. Tapi para prajurit itu malah mengatakan mereka suka yang sakit-sakit, kok...
Tiba-tiba Shi Jin datang, bertanya antrian apa itu. Tapi begitu melihat Mo Yeon, ia malah berdehem kecil dan mundur. Mo Yeon memanggil Shi Jin, menyuruh Shi Jin duluan karena Shi Jin komandannya.
Mo Yeon bersiap mengambil sampel darah Shi Jin dan mengingatkan kalau itu akan sedikit sakit. Shi Jin diam saja.
Tiba-tiba Shi Jin mengaduh, kesakitan. "Aneh ya... pembuluh darahnya dimana, ya...", ucap Mo Yeon tanpa rasa bersalah. Mo Yeon sengaja mengerjai Shi Jin.
Shi Jin mengatakan kalau tentara selalu membawa senjata yang berat. "Benarkah? Kalau begitu, tembak saja aku...", sahut Mo Yeon.
Mo Yeon masih mencari-cari pembuluh darah Shi Jin. Tiba-tiba Shi Jin kembali mengaduh kesakitan. "Aku bahkan belum menyuntiknya...", ujar Mo Yeon. Min Ji menahan tawanya.
Shi Jin mendekat, berbisik kalau Mo Yeon masih marah padanya karena candaannya kemarin. "Aku tidak akan dendam dengan masalah sepele itu...", bantah Mo Yeon. Mo Yeon masih terus mencari pembuluh darah Shi Jin.
Tiba-tiba Shi Jin menekan tangan Mo Yeon sehingga jarum suntik menekan lebih dalam. Membuat Mo Yeon terbelalak, kaget.
"Pembuluh darahku di sini. Ambil tabungnya...", perintah Shi Jin pada Mo Yeon. Mo Yeon tergagap dan mengambil tabung untuk menampung darah Shi Jin. Shi Jin menatap Mo Yeon dan tersenyum tipis.
Seorang pria separuh baya datang. Ia berbicara akrab dengan Shi Jin, sepertinya pak tua ini biasa mengantarkan pesanan atau mungkin kiriman untuk para prajurit di sana. Shi Jin mengajak pak tua itu ikut pesta BBQ dengan mereka. Belum sempat pak tua itu menjawab, terdengar seperti suara ledakan.
Shi Jin langsung menghubungi gerbang utama, dan penjaga gerbang mengatakan kalau keadaan gerbang utama aman tapi terjadi kecelakaan di kaki gunung. Pak tua itu langsung panik, ia menduga itu adalah truk miliknya.
Shi Jin, Dae Young dan seorang prajurit lagi berangkat dengan menggunakan jeep ke lokasi. Saat tiba di lokasi, Shi Jin melaporkan ke markas bahwa ia melihat ada truk UN yang terbalik dan mereka akan turun untuk melihat korban yang selamat.
Dae Young memeriksa leher salah seorang korban dan menggelengkan kepalanya pada Shi Jin. Lalu ia dan yang satunya lagi mengitari truk dan menemukan satu korban lagi. Korban itu tidak begitu terluka dan masih bisa berbicara. Ia mengangkat kedua tangannya, mengatakan kalau ia adalah staf UN, ia terluka dan perlu perawatan.
Korban itu menjulurkan kepalanya ke dalam truk dan kaget saat melihat kunci mobilnya sudah tidak ada lagi. Shi Jin memperlihatkan kunci mobil yang sudah ia ambil.
Saat Dae Young dan yang satunya lagi akan membuka box truk, korban itu diam-diam mengambil psitol dari dalam laci dashboard dan mengarahkannya pada Shi Jin. Untungnya Shi Jin lebih cepat dan bisa memukul korban itu hingga pistolnya terjatuh.
Dae Young segera kembali ke depan, mengarahkan senjatanya pada korban itu. Mereka berpikir kalau korban itu bukan staf UN karena staf UN yang sebenarnya tidak membawa senjata, ditambah pria itu memiliki tato.
Saat box truk dibuka, mereka menemukan banyak senjata api yang disembunyikan dibawah barang yang lain. Sepertinya mereka adalah bagian dari perdagangan senjata gelap.
---
http://i1383.photobucket.com/albums/ah295/dnovita/DotS/03/DOTS-03-43001_zpsxe8hseof.jpeg
Polisi datang dan membawa korban itu pergi. Dae Young merasa mereka harus melaporkan kejadian itu. Shi Jin sependapat, ia merasa itu sedikit mereportkan.
---
Saat kembali ke camp, mereka bertemu dengan Mo Yeon yang menanyakan tentang kecelakaan itu, apa ada yang terluka. Shi Jin mengatakan hanya kecelakaan lalu lintas biasa dan kemudian menanyakan kesiapan tim medis menghadapi keadaan darurat.
"Kami sudah terbiasa menghadapinya...", sahut Mo Yeon.
"Baguslah. Aku harus melanjutkan tugasku. Aku mau ke pusat dulu", beritahu Shi Jin dan kemudian pamit pergi.
Setelah Shi Jin pergi, Mo Yeon menanyakan pasword wifi di camp, tapi dengan alasan keamanan, Dae Young mengatakan mereka tidak bisa memberikannya pada warga sipil. Dae Young menyarankan Mo Yeon pergi ke kota karena di sana ada kafe yang ada wifi. Dae Young menyarankan agar Mo Yeon ikut bersama Shi Jin karena Shi Jin juga mau ke kota.
Shi Jin yang baru mau akan masuk ke mobil, kembali mendekati Dae Young. "Anda mau mengantarnya kan pak?", tanya Dae Young.
Shi Jin agak kesal, "apa kau salah makan atau apa?".
Dae Young menyuruh Shi Jin tidak perlu mengkhawatirkannya dan mengucapkan 'Semoga hari kalian menyenangkan' sebelum masuk ke asrama.
Shi Jin menghela nafas, seperti merasa tidak nyaman akan bersama Mo Yeon.
---
Saat di mobil, Mo Yeon berbicara dengan seseorang di telpon, mengatakan kalau ia akan mentransfer melalui intetrnet dan akan memberitahukan orang tersebut satu jam lagi.
Shi Jin yang mendengar pembicaraan Mo Yeon, bertanya apakah Mo Yeon mau pindah. Mo Yeon mengatakan ia berhenti dari rumah sakit dan ingin membuka klinik sendiri.
"Apa karena skandal itu?", tanya Shi Jin. Mo Yeon heran kenapa Shi Jin bisa tahu. Shi Jin mengatakan kalau ia mendengar dari tim Mo Yeon yang bergosip saat Mo Yeon tidak ada. "Aku rasa Ketua bukan orang yang baik ya?", tanya Shi Jin.
"Kalau bukan karena dia, aku tidak akan ada di sini...", keluh Mo Yeon.
"Aku menyerah bukan untuk kau berpacaran dengan orang seperti itu...", sahut Shi Jin.
"Aku tidak berpacaran... Sudahlah ceritanya panjang, lagi pula itu bukan cerita yang bagus...", sahut Mo Yeon, kesal sendiri.
Mo Yeon tiba-tiba melihat pantai yang indah di kejauhan dan bertanya tempat apa itu. Tapi Shi Jin menjawab sangat jauh. Mo Yeon kesal karena Shi Jin menjawab tidak jelas dan ia juga tidak bertanya seberapa jauh jaraknya. Ia merasa saat itu Shi Jin sedang melepaskan kekesalan padanya
"Siapa? Aku?", Shi Jin balik bertanya dengan nada tinggi.
"Kau terdengar kesal saat ini", balas Mo Yeon, juga dengan nada tinggi.
"Tidak, kok...", sahut Shi Jin, masih dengan nada kesal. Mo Yeon mendesah kesal, tapi tidak memperpanjang lagi.
---
Mereka tiba di sebuah kota. Shi Jin mengatakan kota itu adalah kota yang terdekat dengan camp, jadi ia meminta Mo Yeon untuk mengingat arahnya karena mungkin suatu saat Mo Yeon harus pergi sendiri.
Tiba-tiba Shi Jin menghentikan mobilnya, bertanya apakah Mo Yeon cuma perlu memakai wifi saja.
---
Shi Jin membawa Mo Yeon ke sebuah toko milik Ye Hwa dan Daniel. Ia mengatakan di sana bukan warnet tapi jaringan internet di sana lebih cepat. Shi Jin berteriak, memanggil pemilik toko. Tapi ia kaget saat melihat ternyata bukan orang yang biasa ia temui di sana. Ia bertanya pada Ye Hwa, dimana Daniel. Shi Jin mengira Ye Hwa adalah pemilik baru toko itu.
Ye Hwa marah mendengar ucapan Shi Jin itu, "Apa dia bilang toko ini miliknya? Kami hanya teman kerja...".
Shi Jin menebak kalau sepertinya Daniel sudah pulang ke Korea dan tidak bisa lagi masuk ke negara Urk. "Aku tidak peduli dengan dia. Bahkan jika dia dizinkan masuk ke negara ini, dia dilarang masuk ke toko ini", sahut Ye Hwa marah.
Ye Hwa beralih pada Mo Yeon, bertanya apakah Mo Yeon adalah dokter yang katanya akan datang dari Korea. Ye Hwa bahkan tiba-tiba mendekatkan wajahnya ke Mo Yeon, membuat Mo Yeon refleks mundur. "Benar... Aku mencium bau etanol...", ucap Ye hwa berubah ceria.
Mo Yeon bertanya pada Shi Jin siapa wanita itu. "Dia dulunya perawat di Bantuan Darurat Peacemaker dan bekerja part time di sini...", jawa Shi Jin.
"O... jadi kau tak bisa tidak bisa menghasilkan banyak uang di unit itu dan bekerja di sini?", tanya Mo Yeon. Namun Ye hwa mengatakan ia bekerja di sana hanya untuk bersenang-senang, bukan untuk mencari uang.
Ye Hwa heran bagaimana Shi Jin bisa mengetahui pekerjaannya, apa Shi Jin itu peramal?
"Aku pikir Daniel yang memberitahuku. Tentang istrinya yang orang Korea yang berada di luar negeri", goda Shi Jin.
"Istri apanya? Kami hanya rekan kerja saja...", sahut Ye Hwa cepat. Lalu ia ingin tahu apa keperluan mereka datang ke tokonya, ia memiliki semuanya kecuali Daniel. Shi Jin bertanya apa ia bisa memakai wifi Ye Hwa.
"Oh, Wi-Fi ya? Wi Fi-nya di mana, ya?", ucap Ye Hwa sambil pergi mencari di rak.
Mo Yeon berbisik pada Shi Jin, memastikan apakah Shi Jin yakin di sana ada wifi. "Jika kau mau, kau bahkan bisa membeli rudal di sini...".
Shi Jin menyuruh Mo Yeon menunggunya di sana dan mengurus urusan Mo Yeon. Ia akan pergi sebentar dan kembali satu jam lagi. Shi Jin beralih pada Ye hwa, bertanya apa ia bisa menitipkan Mo Yeon di sana sebentar.
"Jangan bertengkar, oke? Dia punya pistol...", bisik Shi Jin pada Mo Yeon sambil tersenyum. Shi Jin suka sekali menggoda Mo Yeon.
Mo Yeon langsung panik dan ingin mengikuti Shi Jin. Tapi tiba-tiba Ye Hwa muncul, mengatakan kalau ia pasti akan menemukan routernya. Mo Yeon kaget namun memaksakan diri tersenyum, walaupun sepertinya masih sedikit takut.
Bersambung...
[Sinopsis Descendants Of The Sun Episode 3 Part 2]
Note : All images credit : KBS2
Sinopsis Descendants Of The Sun Episode 3 Part 1
![]() |
Credit : KBS2 |
Sekelompok tentara turun dari helikopter. Mo Yeon terpana, mengenali salah satu dari mereka. Sayangnya, Shi Jin hanya berjalan melewatinya. Min Ji berbisik pada Ja Ae, "Bukannya dia tentara yang pernah datang...". Ja Ae membenarkan tebakan Min Ji itu.
Shi Jin berhenti tepat di dekat selendang Mo Yeon yang terjatuh. Ia memperkenalkan dirinya sebagai Kapten Yoo Si Jin, komandan Mowuru Company dan akan bertanggung jawab atas keselamatan mereka selama mereka tinggal di Urk.
Dae Young memberitahukan mereka akan berangkat dengan menggunakan helikopter dan mereka hanya dibolehkan menggunakan ransel tentara dan membawa barang-barang yang paling dibutuhkan. Sisa dari barang mereka akan dibawa melalui jalan darat dan baru akan tiba esok hari.
Tim medis menggerutu, tapi tidak membantah dan mengikuti perintah Dae Young.
Shi Ji melihat selendang di dekat kakinya dan berjalan mendekati Mo Yeon. Ia menyerahkan selendang itu pada Mo Yeon dan Mo Yeon menerimanya. Mereka saling berpandangan... (Aish... kaca mata Joong Ki mengganggu... nutupin matanya... Hihihi )
Setiba di camp, tim medis disambut oleh beberapa tentara dengan nyanyian. Mereka juga diberikan kalungan bunga. Dr. Song Sang Hyun sempat membungkukkan badannya, mengira akan mendapatkan karangan bunga juga, tapi ternyata para tentara hanya memberikannya untuk tim medis wanita saja. :-D
Sang Hyun merasa malu sendiri dan menutupinya dengan memuji dirinya sendiri yang hebat...
Chi Hoon merasa senang melihat medicube, tempat yang akan menjadi tempat tinggal tim medis. Namun tidak begitu dengan Sang Hyun, ia mengeluh, kenapa harus tinggal di tempat seperti itu di usianya sudah 40 tahun.
Chi Hoon menyemangati Sang Hyun, mengatakan kalau ia akan menganggap mereka seperti berkemping... Sang Hyun menatap Chi Hoon, tidak percaya dan memilih bernyanyi tidak jelas, mungkin untuk menghilangkan stresnya.
---
Mo Yeon dan Min Ji sepertinya dapat tenda berdua. Mereka sedang mengeluarkan barang-barang mereka dari ransel. Gi Beom tiba-tiba masuk dan bergaya sok kenal sok dekat. Ia menanyakan kabar Mo Yeon dan Min Ji.
Mo Yeon dan Min Ji sama sekali tidak mengingat siapa Gi Beom. Gi Beom mengatakan kalau ia adalah pasien yang kabur dari IGD, sambil memperagakan kakinya yang sakit.
Mo Yeon dan Min Ji baru ingat dan kaget kenapa Gi Beom juga bisa ada di sana. Mo Yeon menyuruh Gi Beon lompat, ia ingin melihat kaki Gi Beom sudah sembuh atau belum.
Gi Beom melompat-lompat tinggi di tempat. "Berkat perawatan kalian kakiku sembuh total dan aku mendapatkan peringkat pertama di tes fisik...".
"Kau tak mencuri lagi, 'kan?", goda Min Ji.
Dan Gi Beom menjawab dengan khas gaya tentara, "Kopral Kim Gi Beom. Tentara Republik Korea menjunjung tinggi kehormatan dan kesetiaan serta persatuan".
Mo Yeon dan Min Ji ber-ohhh, menggoda Gi Beom yang sudah cocok menjadi tentara.
Sang Hyun datang ke tenda Ja Ae. Ia duduk sambil melompat-lompat di tempat tidur. Ja Ae kesal melihat tingkah Sang Hyun dan menyuruhnya berhenti karena tempat tidurnya bisa rusak.
Namun Sang Hyun malah menyuruh Ja Ae yang berhenti, berhenti memasukkan barang-barangnya ke lemari. "Sekarang kita kabur saja. Apa kau tahu berapa macam penyakit endemik yang ada di sini?", tanya Sang Hyun.
"Berapa banyak?", Jae Ae balik bertanya.
"Aku bertanya karena aku tak tahu...", ucap Sang Hyun sambil tertawa. Lalu ia memegang lengan Ja Ae, mengajak Ja Ae kabur sebelum penyakit-penyakit itu menjangkiti mereka. Ja Ae menepis tangan Sang Hyun, menyuruhnya berhenti, "Sudahlah. Kenapa kau seperti ini ditendaku?"
Sang Hyun mulai kesal dan nada bicaranya mulai tinggi. "Kau tak dengar pembicaraan Mo Yeon dengan Ketua Han tadi? Pekerjaan ini sebenarnya adalah "Hukuman" dan bukannya "Sukarela". Kenapa kita harus ikut dihukum juga?".
"Kau tahu? Mengenalmu selama 30 tahun sama saja dengan hukuman bagiku", sahut Ja Ae ketus.
"Kau serius menganggapku begitu?"
"Jadi, apa kau ini hadiah bagiku?", balas Ja Ae.
Sang Hyun kesal dan kembali duduk di tempat tidur. "Aku akan merusak tempat tidurmu. Ha Ja Ae akan tidur di tempat tidur yang rusak...", marah Sang Hyun sambil melompat-lompat di tempat tidur Ja Ae.
---
Chi Hoon asik memotret-motret, ia mengambil gambar sepasang sepatu bot yang sudah ditumbuhi tanaman. Sersan Choi Woo Geun ingin melihat gambar apa yang diambil Chi Hoon.
Saat ia melihat fotonya ada di dalam kamera Chi Hoon, Woo Geun menyuruh Chi Hoon segera menghapusnya. Chi Hoon mengira, Woo Geun tidak suka dengan gambar yang ia ambil, tapi Woo Geun mengatakan itu adalah aturan yang ada di sana.
Chi Hoon menatap Woo Geun tidak mengerti.
Mo Yeon tiba-tiba muncul dari arah belakang. Ia mengatakan memang seperti itulah tentara. "Mereka sangat misterius. Mereka memang tak bisa mengatakan apa-apa karena itu aturan".
Woo Geun membungkuk sedikit pada Mo Yeon dan kemudian pergi.
"Bagaimana kau bisa tahu itu?", tanya Chi Hoon.
Mulut Mo Yeon bergerak sedikit, seperti ingin mengatakan sesuatu tapi akhirnya ia hanya diam saja.
---
Mo Yeon sedang berjalan sendirian. Ia berhenti karena sepatunya kemasukan pasir dan berusaha membuangnya. Shi Jin keluar dari mobil yang tidak jauh darinya sambil membawa sebuah kotak di tangannya. Shi Jin sama sekali tidak menyapa Mo Yeon, ia hanya melewati Mo Yeon dan masuk ke dalam bangunan yang ada di dekat sana.
Mo Yeon heran, bertanya-tanya pada dirinya sendiri, "Apa dia tidak melihatku atau dia sengaja mengabaikanku?".
Saat sudah ada di dalam, Shi Jin bersandar di dinding, melihat ke arah cermin. Ia melihat Mo Yeon melalui cermin itu...
---
Shi Jin meletakkan kotak itu di atas meja Dae Young, menyuruh Dae Young segera membukanya. Tapi Dae Young mengatakan nanti saja.
"Tidak, tidak bisa. Bagaimana jika ini adalah kue coklat?", protes Shi Jin tidak sabar.
"Atau mungkin saja bom buatan tangan...", tukas Dae Young.
Shi Jin tidak percaya dan memaksa Dae Young membukanya, seperti layaknya seorang pria sejati. Dae Young menuruti keinginan Shi Jin dan Shi Jin sedikit menjauh, khawatir isinya beneran bom.
Tapi kemudian ia malah mendekat setelah melihat isinya ternyata ginseng merah untuk Sersan Lim dan juga Sersan Choi, lalu ada DVD drama untuk Sersan Gong. Dan yang terakhir...
Dae Young melihat sebuah amplop. Shi Jin mengomentari Myeong Ju yang sudah putus dari Dae Young tapi masih saja peduli pada bawahan Dae Young. "Tapi, inilah yang membuatku sedih...", ucap Dae Young.
Shi Jin menanyakan kiriman untuknya, Dae Young menjawabnya dengan memberikan kotak kosong pada Shi Jin... :-D
Shi Jin merasa kesal sendiri. Lalu Shi Jin menanyakan kiriman untuk Dae Young.
Dae Young yang sedang membaca surat dari Myeong Ju, mengatakan, "Hadiah untukku... sedang dalam perjalanan".
Dae Young memberitahukan Shi Jin kalau sepertinya Letnan Yoon akan datang. Shi Jin kaget mendengarnya.
---
Myeong Ju melaporkan pada ayahnya kalau ia akan bertugas menjadi bagian dari tim medis di Mowuru. Myeong Ju berjanji ia akan menjaga dirinya di sana.
"Apa kau tetap mau ke sana?", tanya ayah Myeong Ju, Letjen Yoon. Myoeng Ju membenarkan, ia sudah tidak sabar lagi untuk pergi ke sana.
"Sudah aku bilang aku lebih menyukai Yoo Shi Jin. Dia bisa menjadi Jenderal. Aku ingin dia menjadi menantuku. Kau hanya akan menyulitkan Seo Dae Young".
Myeong Ju mengingatkan ayahnya untuk tidak melibatkan perasaan sebagai atasan. "Apa Anda ingin kehilangan pasukan terbaik lagi, Pak?".
Namun Letjen Yoon menganggap Dae Young memutuskan untuk tetap di tentara karena mengetahui maksudnya yang sebenarnya dan itu tidak berarti ia kehilangan anak buahnya.
Namun Myeong Ju mengatakan Dae Young memutuskan tetap di tentara bukan karena ayahnya tapi karena Dae Young adalah prajurit sejati. "Karena itulah... saya mencintainya. Karena itulah saya tak bisa melepaskannya. Jika Anda menghentikan saya lagi, kali ini Anda akan kehilangan letnan terbaik, dan juga putrimu, Yoon Myeong Ju", tegas Myeong Ju.
Ayah Myeong Ju tidak bisa mengatakan apa-apa lagi.
---
Mo Yeon menelpon Ji Soo, menceritakan tentang Shi Jin dan pacar Myeong Ju yang juga ternyata ada di tempat ia bertugas. Mo Yeon mengatakan kalau ia gugup sekali saat di airport tadi, ia yakin Shi Jin pasti mengingatnya tapi entah kenapa Shi Jin seperti tidak mengenalnya.
Namun Ji Soo yakin Shi Jin masih mengenali Mo Yeon. Ia yakin Mo Yeon dan Shi Jin itu sudah jodoh dan dipertemukan kembali di belahan dunia yang lain. "Kau tidak bahagia bisa bertemu dengannya lagi?", tanya Ji Soo.
"Tidak sama sekali. Aku malah merasa tidak nyaman...".
Tiba-tiba telpon Mo Yeon terputus, Mo Yeon tidak bisa mendengarkan lagi suara Ji Soo, begitu juga dengan Ji Soo yang sepertinya tidak bisa mendengar suara Mo Yeon lagi. Mo Yeon terpaksa menutup telponnya dan menggerutu, mengeluhkan dirinya yang berada di tempat terpencil.
Mo Yeon melihat beberapa anak kecil yang bermain di luar pagar camp. Ia tersenyum saat melihat salah satu dari anak kecil itu memakai kaus bertuliskan 'Asosiasi Ibu Bulgwangdong' yang sudah sangat kumal. Ia mengambil foto mereka.
Mo Yeon melihat salah seorang anak kecil menggigit besi dan berteriak, melarang mereka memakan besi itu. Mo Yeon memutuskan untuk melompati pagar dan memberikan coklat yang ia punya untuk anak itu.
Melihat Mo Yeon punya coklat, anak-anak yang lain langsung menggerumuni Mo Yeon, mereka juga ingin diberikan coklat. Mo Yeon kebingungan sendiri menghadapi mereka.
"Jika kau hanya bawa satu makanan, sebaiknya jangan dibagikan...", ujar Shi Jin yang tiba-tiba muncul. Shi Jin melompati pagar dan mengomentari Mo Yeon yang bahkan melompat pagar.
"Kau juga melompatinya...", balas Mo Yeon. Mo Yeon masih marah karena Shi Jin pura-pura tidak mengenalinya.
"Dan kau tak menunjukkan penyesalanmu...", tegur Shi Jin lagi. Mo Yeon tidak membalas lagi.
Shi Jin beralih pada anak-anak, berbicara dalam bahasa mereka. Menyuruh mereka pergi ke lapangan karena nanti di sana ada pesta. Ia menyuruh mereka meminta makanan pada Sersan Choi. "Kalian tahu Sersan Choi, 'kan?", tanyanya.
Anak-anak menganggukkan kepala mereka dan kemudian berlari ke tempat yang dimaksud Shi Jin.
Setelah anak-anak berlarian pergi, Mo Yeon ingin tahu apa yang dikatakan Shi Jin pada anak-anak itu. "Aku akan menembak mereka jika mereka tidak pergi...", jawab Shi Jin dengan wajah serius.
"Bohong...", ucap Mo Yeon juga dengan wajah serius.
"Dan aku menyebutnya, 'Bercanda'", sahut Shi Jin.
Mo Yeon terdiam sesaat lalu mengatakan kalau ia akan pergi. Namun baru beberapa langkah, Mo Yeon mendnegar sesuatu dan langsung mematung dan ingin menyentuh apa yang barusan ia injak.
"Jangan bergerak...", perintah Shi Jin sambil berjalan mendekati Mo Yeon. "Kau baru saja... menginjak ranjau darat...".
Mo Yeon langsung panik, ingin bergerak. Tapi lagi-lagi Shi Jin melarangnya menggerakkan kaki kanannya. Mo Yeon semakin panik dan hampir menangis, berpikir kalau ia akan mati dan meminta Shi Jin melakukan sesuatu. "Kau 'kan prajurit... Kau 'kan pasukan khusus... Dalam film, pasukan khusus selalu bisa menjinakkan ranjau dengan pisau swiss-nya", rengek Mo Yeon, panik.
Shi Jin menggelenglengkan kepalanya dan mengatakan, "Aku sudah di luar selama 25 tahun, dan aku hanya tahu 1 pria yang bisa menjinakkan ranjau... dan aku hanya tahu satu orang yang bisa menjinakkan ranjau dengan menggunakan pisau Swiss".
"Nah, kau pernah lihat, 'kan? Siapa pria itu?".
"Pria yang ada di film yang kau tonton itu...", ucap Shi Jin sambil tersenyum manis dan kemudian pergi.
"Hei, pria brengsek!", teriak Mo Yeon, marah.
Shi Jin berbalik mendekati Mo Yeon. "Hanya aku yang bisa menolongmu sekarang dan kau mengumpatku?"
"Kau bilang kau tidak bisa menolongku, jadi aku harus bagaimana? Apa aku akan mati di sini?".
"Tidak... Pindahkan kakimu, aku yang akan menginjaknya...", ucap Shi Jin sambil menggeser kaki kanan Mo Yeon dan gantian menginjak ranjau. Mo Yeon lebih panik lagi, "Tunggu. Apa maksudmu? Apa ranjaunya tak akan meledak?".
"Ranjaunya akan meledak. Akulah yang akan mati di sini...".
"Tidak bisa, jangan bercanda. Kenapa kau yang menggantikanku mati di sini?", teriak Mo Yeon panik. Mo Yeon menyuruh Shi Jin mencari orang yang bisa melakukannya dan tidak menyerah. Mo Yeon mengatakannya sambil mendorong-dorong Shi Jin hingga akhirnya Shi Jin terjatuh.
Shi Jin terjatuh sambil menarik Mo Yeon bersamanya. Mo Yeon menutup matanya, sementara Shi Jin tenang-tenang saja...
Sadar tidak terjadi apa-apa, Mo Yeon membuka matanya. "Apa yang terjadi? Kenapa tak ada ledakan?", tanyanya.
Shi Jin malah bertanya, "Bagaimana kabarmu?".
Mo Yeon baru sadar, ternyata ia dibohongi. Mo Yeon malah menangis dan memukul-mukul Shi Jin, "Kau berbohong, aku membencimu. Kenapa kau melakukan itu???"
Shi Jin bingung sendiri melihat reaksi Mo Yeon yang malah menangis. Ia ingin menjelaskan tapi Mo Yeon menyuruh Shi Jin tidak bicara lagi dengannya. Dan juga jangan mengikutinya.
---
Mo Yeon kembali ke camp dan di sana para prajurit dan tim medis sedang asik memanggang daging. Chi Hoon mengajak Mo Yeon makan, tapi sambil berlalu, Mo Yeon hanya berpesan untuk disisakan sedikit untuknya.
Dae Young melihat gelagat Mo Yeon yang sepertinya marah dan bertanya pada Shi Jin yang berjalan tidak jauh di belakang Mo Yeon. Shi Jin mengatakan ia membuat Mo Yeon menangis.
"Menangis?", Dae Young kaget.
"Aku sendiri juga kaget...", ujar Shi Jin, sedikit sedih.
Shi Jin mengejar Mo Yeon meminta maaf karena ia biasa bercanda dengan pria dan mengakui kalau candaannya tadi keterlaluan.
"Iya, baiklah...", jawab Mo Yeon dengan lesu. Mo Yeon akan pergi tapi tiba-tiba Shi Jin mengangkat tangannya, memberi hormat. Tidak hanya Shi Jin tapi begitu juga dengan prajurit yang lain.
Mo Yeon bingung dengan apa yang terjadi. Shi Jin menurunkan tangannya dan membalikkan Mo Yeon, ke arah ia memberi hormat tadi.
Mo Yeon melihat dua prajurit menurunkan bendera (asumsi sy ya, karena hari mulai gelap...). Mo Yeon pun mengangkat tangannya, meletakkan tangannya di dadanya.
"Senang bisa bertemu denganmu lagi...", ucap Shi Jin. Mo Yeon seperti ingin mengatakan sesuatu tapi berakhir dengan tidak mengatakan apa pun.
--
Malam hari, kegiatan para prajurit diawali dengan berhitung, melaporkan berapa anggota yang ada dan berapa orang yang tidak ada. Lalu mereka membantu tim medis memasang kelambu.
Lucunya, saat memasang kelambu, Chi Hoon malah terjatuh... :-P
Tenda Mo Yeon sudah gelap dan ia sudah bersiap tidur di dalam kelambu. Tidak lupa ia tetap menyalakan lilin, mungkin lilin aromatic. Ia belum bisa tidur, seperti memikirkan sesuatu.
Apa pikirannya dipenuhi oleh Shi Jin ya? :-D
---
Keesokan harinya, Mo Yeon dan Min Ji terpana melihat para prajurit yang sedang jogging pagi tanpa baju.
"Apa kita bisa melihat pemandangan ini tiap pagi?", ucap Min Ji tanpa mengalihkan pandangannya dari para prajurit itu.
"Jika mereka latihan begini pada malam hari juga, aku mungkin akan menetap saja di sini...", sahut Mo Yeon.
"Kalau kalian mau pindah ke sini aku akan memberitahu pemilik asrama nanti...", sahut Ja Ae yang sedang sibuk mencuci mukanya di belakang Mo Yeon dan Min Ji.
Shi Jin tiba-tiba muncul di depan mereka, bertanya apa mereka terbangun karena terlalu ribut. Mo Yeon tidak menjawab, ia malah menyuruh Shi Jin minggir karena ia tidak kelihatan.
Shi Jin ingin tahu apa rencana Mo Yeon hari itu. Tanpa mengalihkan pandangannya, Mo Yeon malah balik bertanya, "Pagi atau sore?".
Shi Jin kesal dan memutuskan untuk menghentikan para serdadu jogging dan menyuruh mereka segera kembali ke asrama.
Shi Jin kembali pada Mo Yeon, bertanya apa rencana Mo Yeon pagi dan sore nanti. Mo Yeon terus saja melihat ke arah prajurit yang menjauh dan Shi Jin berusaha menutupinya. Mo Yeon menatap Shi Jin marah.
Shi Jin hanya tersenyum manis... Sudahlah Mo Yeon... Ada yang lebih cakep di depanmu... Hihi...
Tim medis mulai menyiapkan peralatan dan perlengkapan di medicube. Para prajurit mulai berbaris untuk di periksa. Sang Hyun terlihat senang, mengira akan segera mulai bekerja. Tapi ternyata tidak satu pun prajurit yang mau diperiksa olehnya. Mereka semua malah mengantri di meja Mo Yeon.
Mo Yeon menggoda mereka dengan mengatakan kalau ia yang menyuntik akan sakit. Tapi para prajurit itu malah mengatakan mereka suka yang sakit-sakit, kok...
Tiba-tiba Shi Jin datang, bertanya antrian apa itu. Tapi begitu melihat Mo Yeon, ia malah berdehem kecil dan mundur. Mo Yeon memanggil Shi Jin, menyuruh Shi Jin duluan karena Shi Jin komandannya.
Mo Yeon bersiap mengambil sampel darah Shi Jin dan mengingatkan kalau itu akan sedikit sakit. Shi Jin diam saja.
Tiba-tiba Shi Jin mengaduh, kesakitan. "Aneh ya... pembuluh darahnya dimana, ya...", ucap Mo Yeon tanpa rasa bersalah. Mo Yeon sengaja mengerjai Shi Jin.
Shi Jin mengatakan kalau tentara selalu membawa senjata yang berat. "Benarkah? Kalau begitu, tembak saja aku...", sahut Mo Yeon.
Mo Yeon masih mencari-cari pembuluh darah Shi Jin. Tiba-tiba Shi Jin kembali mengaduh kesakitan. "Aku bahkan belum menyuntiknya...", ujar Mo Yeon. Min Ji menahan tawanya.
Shi Jin mendekat, berbisik kalau Mo Yeon masih marah padanya karena candaannya kemarin. "Aku tidak akan dendam dengan masalah sepele itu...", bantah Mo Yeon. Mo Yeon masih terus mencari pembuluh darah Shi Jin.
Tiba-tiba Shi Jin menekan tangan Mo Yeon sehingga jarum suntik menekan lebih dalam. Membuat Mo Yeon terbelalak, kaget.
"Pembuluh darahku di sini. Ambil tabungnya...", perintah Shi Jin pada Mo Yeon. Mo Yeon tergagap dan mengambil tabung untuk menampung darah Shi Jin. Shi Jin menatap Mo Yeon dan tersenyum tipis.
Seorang pria separuh baya datang. Ia berbicara akrab dengan Shi Jin, sepertinya pak tua ini biasa mengantarkan pesanan atau mungkin kiriman untuk para prajurit di sana. Shi Jin mengajak pak tua itu ikut pesta BBQ dengan mereka. Belum sempat pak tua itu menjawab, terdengar seperti suara ledakan.
Shi Jin langsung menghubungi gerbang utama, dan penjaga gerbang mengatakan kalau keadaan gerbang utama aman tapi terjadi kecelakaan di kaki gunung. Pak tua itu langsung panik, ia menduga itu adalah truk miliknya.
Shi Jin, Dae Young dan seorang prajurit lagi berangkat dengan menggunakan jeep ke lokasi. Saat tiba di lokasi, Shi Jin melaporkan ke markas bahwa ia melihat ada truk UN yang terbalik dan mereka akan turun untuk melihat korban yang selamat.
Dae Young memeriksa leher salah seorang korban dan menggelengkan kepalanya pada Shi Jin. Lalu ia dan yang satunya lagi mengitari truk dan menemukan satu korban lagi. Korban itu tidak begitu terluka dan masih bisa berbicara. Ia mengangkat kedua tangannya, mengatakan kalau ia adalah staf UN, ia terluka dan perlu perawatan.
Korban itu menjulurkan kepalanya ke dalam truk dan kaget saat melihat kunci mobilnya sudah tidak ada lagi. Shi Jin memperlihatkan kunci mobil yang sudah ia ambil.
Saat Dae Young dan yang satunya lagi akan membuka box truk, korban itu diam-diam mengambil psitol dari dalam laci dashboard dan mengarahkannya pada Shi Jin. Untungnya Shi Jin lebih cepat dan bisa memukul korban itu hingga pistolnya terjatuh.
Dae Young segera kembali ke depan, mengarahkan senjatanya pada korban itu. Mereka berpikir kalau korban itu bukan staf UN karena staf UN yang sebenarnya tidak membawa senjata, ditambah pria itu memiliki tato.
Saat box truk dibuka, mereka menemukan banyak senjata api yang disembunyikan dibawah barang yang lain. Sepertinya mereka adalah bagian dari perdagangan senjata gelap.
---
http://i1383.photobucket.com/albums/ah295/dnovita/DotS/03/DOTS-03-43001_zpsxe8hseof.jpeg
Polisi datang dan membawa korban itu pergi. Dae Young merasa mereka harus melaporkan kejadian itu. Shi Jin sependapat, ia merasa itu sedikit mereportkan.
---
Saat kembali ke camp, mereka bertemu dengan Mo Yeon yang menanyakan tentang kecelakaan itu, apa ada yang terluka. Shi Jin mengatakan hanya kecelakaan lalu lintas biasa dan kemudian menanyakan kesiapan tim medis menghadapi keadaan darurat.
"Kami sudah terbiasa menghadapinya...", sahut Mo Yeon.
"Baguslah. Aku harus melanjutkan tugasku. Aku mau ke pusat dulu", beritahu Shi Jin dan kemudian pamit pergi.
Setelah Shi Jin pergi, Mo Yeon menanyakan pasword wifi di camp, tapi dengan alasan keamanan, Dae Young mengatakan mereka tidak bisa memberikannya pada warga sipil. Dae Young menyarankan Mo Yeon pergi ke kota karena di sana ada kafe yang ada wifi. Dae Young menyarankan agar Mo Yeon ikut bersama Shi Jin karena Shi Jin juga mau ke kota.
Shi Jin yang baru mau akan masuk ke mobil, kembali mendekati Dae Young. "Anda mau mengantarnya kan pak?", tanya Dae Young.
Shi Jin agak kesal, "apa kau salah makan atau apa?".
Dae Young menyuruh Shi Jin tidak perlu mengkhawatirkannya dan mengucapkan 'Semoga hari kalian menyenangkan' sebelum masuk ke asrama.
Shi Jin menghela nafas, seperti merasa tidak nyaman akan bersama Mo Yeon.
---
Saat di mobil, Mo Yeon berbicara dengan seseorang di telpon, mengatakan kalau ia akan mentransfer melalui intetrnet dan akan memberitahukan orang tersebut satu jam lagi.
Shi Jin yang mendengar pembicaraan Mo Yeon, bertanya apakah Mo Yeon mau pindah. Mo Yeon mengatakan ia berhenti dari rumah sakit dan ingin membuka klinik sendiri.
"Apa karena skandal itu?", tanya Shi Jin. Mo Yeon heran kenapa Shi Jin bisa tahu. Shi Jin mengatakan kalau ia mendengar dari tim Mo Yeon yang bergosip saat Mo Yeon tidak ada. "Aku rasa Ketua bukan orang yang baik ya?", tanya Shi Jin.
"Kalau bukan karena dia, aku tidak akan ada di sini...", keluh Mo Yeon.
"Aku menyerah bukan untuk kau berpacaran dengan orang seperti itu...", sahut Shi Jin.
"Aku tidak berpacaran... Sudahlah ceritanya panjang, lagi pula itu bukan cerita yang bagus...", sahut Mo Yeon, kesal sendiri.
Mo Yeon tiba-tiba melihat pantai yang indah di kejauhan dan bertanya tempat apa itu. Tapi Shi Jin menjawab sangat jauh. Mo Yeon kesal karena Shi Jin menjawab tidak jelas dan ia juga tidak bertanya seberapa jauh jaraknya. Ia merasa saat itu Shi Jin sedang melepaskan kekesalan padanya
"Siapa? Aku?", Shi Jin balik bertanya dengan nada tinggi.
"Kau terdengar kesal saat ini", balas Mo Yeon, juga dengan nada tinggi.
"Tidak, kok...", sahut Shi Jin, masih dengan nada kesal. Mo Yeon mendesah kesal, tapi tidak memperpanjang lagi.
---
Mereka tiba di sebuah kota. Shi Jin mengatakan kota itu adalah kota yang terdekat dengan camp, jadi ia meminta Mo Yeon untuk mengingat arahnya karena mungkin suatu saat Mo Yeon harus pergi sendiri.
Tiba-tiba Shi Jin menghentikan mobilnya, bertanya apakah Mo Yeon cuma perlu memakai wifi saja.
---
Shi Jin membawa Mo Yeon ke sebuah toko milik Ye Hwa dan Daniel. Ia mengatakan di sana bukan warnet tapi jaringan internet di sana lebih cepat. Shi Jin berteriak, memanggil pemilik toko. Tapi ia kaget saat melihat ternyata bukan orang yang biasa ia temui di sana. Ia bertanya pada Ye Hwa, dimana Daniel. Shi Jin mengira Ye Hwa adalah pemilik baru toko itu.
Ye Hwa marah mendengar ucapan Shi Jin itu, "Apa dia bilang toko ini miliknya? Kami hanya teman kerja...".
Shi Jin menebak kalau sepertinya Daniel sudah pulang ke Korea dan tidak bisa lagi masuk ke negara Urk. "Aku tidak peduli dengan dia. Bahkan jika dia dizinkan masuk ke negara ini, dia dilarang masuk ke toko ini", sahut Ye Hwa marah.
Ye Hwa beralih pada Mo Yeon, bertanya apakah Mo Yeon adalah dokter yang katanya akan datang dari Korea. Ye Hwa bahkan tiba-tiba mendekatkan wajahnya ke Mo Yeon, membuat Mo Yeon refleks mundur. "Benar... Aku mencium bau etanol...", ucap Ye hwa berubah ceria.
Mo Yeon bertanya pada Shi Jin siapa wanita itu. "Dia dulunya perawat di Bantuan Darurat Peacemaker dan bekerja part time di sini...", jawa Shi Jin.
"O... jadi kau tak bisa tidak bisa menghasilkan banyak uang di unit itu dan bekerja di sini?", tanya Mo Yeon. Namun Ye hwa mengatakan ia bekerja di sana hanya untuk bersenang-senang, bukan untuk mencari uang.
Ye Hwa heran bagaimana Shi Jin bisa mengetahui pekerjaannya, apa Shi Jin itu peramal?
"Aku pikir Daniel yang memberitahuku. Tentang istrinya yang orang Korea yang berada di luar negeri", goda Shi Jin.
"Istri apanya? Kami hanya rekan kerja saja...", sahut Ye Hwa cepat. Lalu ia ingin tahu apa keperluan mereka datang ke tokonya, ia memiliki semuanya kecuali Daniel. Shi Jin bertanya apa ia bisa memakai wifi Ye Hwa.
"Oh, Wi-Fi ya? Wi Fi-nya di mana, ya?", ucap Ye Hwa sambil pergi mencari di rak.
Mo Yeon berbisik pada Shi Jin, memastikan apakah Shi Jin yakin di sana ada wifi. "Jika kau mau, kau bahkan bisa membeli rudal di sini...".
Shi Jin menyuruh Mo Yeon menunggunya di sana dan mengurus urusan Mo Yeon. Ia akan pergi sebentar dan kembali satu jam lagi. Shi Jin beralih pada Ye hwa, bertanya apa ia bisa menitipkan Mo Yeon di sana sebentar.
"Jangan bertengkar, oke? Dia punya pistol...", bisik Shi Jin pada Mo Yeon sambil tersenyum. Shi Jin suka sekali menggoda Mo Yeon.
Mo Yeon langsung panik dan ingin mengikuti Shi Jin. Tapi tiba-tiba Ye Hwa muncul, mengatakan kalau ia pasti akan menemukan routernya. Mo Yeon kaget namun memaksakan diri tersenyum, walaupun sepertinya masih sedikit takut.
Bersambung...
[Sinopsis Descendants Of The Sun Episode 3 Part 2]
Note : All images credit : KBS2
Post a Comment