Sinopsis Descendants Of The Sun Episode 1 Part 2

[Sinopsis Descendants Of The Sun Episode 1 Part 1]

Sinopsis Descendants Of The Sun Episode 1 Part 2

Sinopsis Descendants Of The Sun Episode 1 Part 2
Credit : KBS2
Kdramastory - Shi Jin dan Dae Young kembali ke rumah sakit sambil memapah Gi Beom. Tidak sengaja, mereka bertemu dengan Myeong Joo di depan IGD. Dae Young dan Myeong Joo saling menatap.

Perawat keluar dari ruang IGD dan kaget saat melihat keadaan Gi Beom yang semakin parah. Ja Ae menyuruh Min Ji memanggil dokter Kang, sementara ia dan Shi Jin memapah Gi Beom masuk.

Myeong Joo mendekati Dae Young. Dae Young berdiri tegap, dan menatap lurus ke depan. "Apa ini? Kau terlihat baik-baik saja setelah kecelakaan...", ucap Myeong Joo sambil melihat Dae Young dari atas sampai ke bawah. "Ikut aku!", perintah Myeong Joo tegas.

Dae Young menghela nafas dan mengikuti Myeong Joo.

---


Mo Yeon datang dengan tergopoh-gopoh dan menanyakan kenapa keadaan pasiennya semakin parah. Shi Jin mengatakan kalau Gi Beom baru saja mengalami suatu kejadian setelah mengalami kecelakaan yang memalukan tadi.

"Ini lebih terlihat seperti penganiayaan daripada kecelakaan... Apa kalian memukulnya?", tanya Mo Yeon tidak percaya.

"Yang benar saja...", sahut Shi Jin, tertawa kecil.

Mo Yeon beralih pada Gi Beon, menanyakan siapa yang memukul Gi Beom. Mo Yeon meminta Gi Beom jujur padanya dan tidak usah khawatir karena Gi Beom sudah ada di rumah sakit.

"Bukan mereka... Mereka malah menolongku...", jawab Gi Beom. Mo Yeon masih tidak percaya dan kembali meminta Gi Beom untuk mengatakan yang sebenarnya padanya, ia juga berjanji akan memanggil security.

Saat Mo Yeon fokus pada Gi Beom, Shi Jin malah fokus menatap Mo Yeon. :-D

Shi Jin duduk di tempat tidur Gi Beom, sangat dekat dengan Mo Yeon dan mengatakan, "Kau tidak akan percaya apa pun yang dia katakan, kan?". Mo Yeon tidak menjawab, membalas menatap Shi Jin dengan jutek.

Mo Yeon kembali beralih pada Gi Beom, mengatakan kalau ia akan memberikan obat pereda nyeri dan akan melakukan rontgen pada seluruh tubuh Gi Beom. Mo Yeon berpesan pada Ja Ae untuk mengantarkan Gi Beom ke ruang rontgen kalau Ja Ae sudah membersihkan luka Gi Beom. Tapi kemudian ia berubah pikiran, mengatakan kalau ia yang akan mengantarkannya sendiri.

Lalu Mo Yeon beralih pada Min Ji, menyuruh Min Ji menghubungi security karena ia akan segera ke sana untuk mengecek CCTV. Ia mengatakan pada Min Ji kalau ia sendiri yang akan memanggil polisi.

Shi Jin hanya menatap dan memperhatikan seluruh gerak-gerik Mo Yeon dengan ekspresi penuh ketertarikan.

Melihat Mo Yeon keluar dari ruang IGD, Shi Jin berlari mengikuti Mo Yeon dan menahan lengan Mo Yeon. "Lepaskan aku!", marah Mo Yeon.

"Baiklah. Tapi setelah aku meluruskan masalah ini", ucap Shi Jin. Shi Jin menjelaskan kalau Gi Beom mengatakan yang sejujurnya. Mereka datang ke rumah sakit karena ponsel temannya hilang, mereka melihat Gi Beom dipukuli oleh gangster dan mereka membantu Gi Beom.

Mo Yeon sama sekali tidak percaya, setelah ponsel mereka dicuri tapi kenapa mereka mau membantu Gi Beom. "Bagiku kau lebih terlihat seperti gangsternya", ucap Mo Yeon.

Mo Yeon menekan nomor 112 untuk menghubungi polisi. Mo Yeon menepis ponsel Mo Yeon hingga melayang ke atas dan kemudian menangkapnya. Mo Yeon menatap Shi Jin, kaget. "Apa yang kau lakukan?", tanyanya.

"Biar aku katakan yang sebenarnya... Aku tidak mau berurusan dengan polisi...", ucap Shi Jin.

"Benarkah?". Shi Jin menganggukkan kepalanya. Lalu dengan nada tegas, Mo Yeon meminta Shi Jin mengembalikan ponselnya. Tapi Shi Jin tidak mau memberikannya, ia mengatakan sebenarnya ia dan temannya adalah tentara dan mereka sedang libur. Jika mereka ketahuan berurusan dengan penganiayaan, maka itu akan merepotkan, mereka harus mengisi banyak dokumen.

Shi Jin menyimpan ponsel Mo Yeon dalam saku celananya. "Jadi mohon kerjasamanya...", ucap Shi Jin sambil tersenyum manis.

Mo Yeon tidak terpengaruh. "Kenapa juga aku harus bekerja sama denganmu. Siapa peduli kau tentara atau gangster? Kembalikan ponselku".

Senyum Shi Jin menghilang, kesabarannya hampir habis. Ia mengeluarkan tag namanya dari balik kausnya dan mengatakan, karena semua orang di Korea punya tag seperti itu, maka itu tidak akan membuktikan apa pun. Lalu Shi Jin mengeluarkan, mungkin kartu ID-nya dari dalam dompetnya, dan mengatakan kartu itu bisa saja palsu jadi akan percuma saja.

Shi Jin menanyakan dimana kuliahnya Mo Yeon. Karena Mo Yeon bekerja di rumah sakit Haesung jadi ia menebak Mo Yeon pasti lulusan Universitas Myungin.

"Kenapa?"

"Kau kenal Yoon Myeong Ju, kan? Mungkin kalian seangkatan...", ucap Shi Jin.

Mo Yeon langsung terdiam sesaat. "Bagaimana kau mengenalnya?", tanya Mo Yeon heran. Lalu tiba-tiba Mo Yeon teringat, "Apa kau... si sersan....". Mo Yeon berusaha menyebut pangkat dalam militer tapi ia tidak bisa.

"Busangwan?", tebak Shi Jin sambil tersenyum.

"Ya. Itu, busangwan...".

Shi Jin mengatakan kalau orang yang dimaksud Mo Yeon bukan dirinya tapi jika Mo Yeon mau mengikutinya, maka akan ada seseorang yang bisa membuktikan identitasnya.

Mo Yeon mendesah dan terpaksa mengikuti Shi Jin.

---


Sementara itu Dae Young sedang berbicara dengan Myeong Ju. Dae Young selalu menanggapi semua ucapan Myeong Ju dengan nada hormat seperti pada atasan. Myeong Ju mengeluhkan kapan mereka bicara santai tanpa mempedulikan pangkat mereka. Ia yakin, jika bukan karena pangkat, Dae Young pasti tidak akan mau berbicara dengannya.

Dae Young membenarkan.

"Aku benar-benar akan membunuhmu tahu! Sampai kapan kau akan menghindar dariku? Kenapa kau tidak menjawab telponku? Kenapa kau tidak membiarkan aku mengetahui kabarmu?", marah Myeong Ju.

Masih dengan gaya yang sama, Dae Young mengatakan kalau alasannya tidak seperti yang Myeong Ju pikirkan, ia menghindar bukan demi kebaikan Myeong Ju, tapi memang karena hatinya yang berubah. Dan ia bukan orang yang pintar menjelaskan sesuatu yang berkaitan dengan hati, jadi hanya itu yang bisa ia katakan.

"Aku tidak percaya...", sahut Myeong Ju.

"Kalau kau sudah selesai...".

"Jangan lakukan ini...", potong Myeong Ju.

"Aku akan pergi...". Dae Young berbalik pergi.

"Awas kalau kau pergi", ancam Myeong Ju. Dae Young tidak peduli, tetap berjalan. "Seo Dae Young berhenti!". Dae Young masih belum berhenti. "Sersan Mayor Seo Dae Young!". Dae Young baru berhenti tapi tidak berbalik menghadap Myeong Ju.

"Kau tidak memberi hormat pada atasanmu sebelum kau pergi!", marah Myeong Ju.

Dae Young berbalik dan memberi hormat pada Myeong Ju. Mata Myeong Ju berkaca-kaca dan ia berjalan mendekati Dae Young. Tatapan Dae Young lurus ke depan, tapi tidak menatap Myeong Ju.

Myeong Ju menyuruh Dae Young berdiri disana sepanjang malam, sampai Dae Young mati, ia tidak akan pernah menerima hormat Dae Young itu.

Dae Young diam saja, tidak menurunkan tangannya. Mata Myeong Ju semakin berkaca-kaca.

Shi Jin datang, menurunkan tangan Dae Young dan menegur Myeong Ju yang sudah menyalahgunakan jabatannya. Tapi Myeong Ju mengatakan itu adalah hukuman bagi tentara yang pengecut.

Lalu Shi Jin mengatakan pada Myeong Ju kalau ia ingin Myeong Ju mengkonfirmasi identifikasinya pada Mo Yeon. Tapi Myeong Ju berkata, Mo Yeon tidak akan percaya padanya.

"Aku lebih percaya pada orang yang lebih lama kukenal daripada orang yang baru aku temui. Jadi katakan saja padaku", sahut Mo Yeon yang berdiri agak jauuh dari mereka.

"Benarkah? Kalau begitu, kau harus melaporkan dua orang ini. Mereka tentara yang melarikan diri...". Setelah menatap Dae Young sesaat, Myeong Ju berbalik pergi, tidak menggubris protesnya Shi Jin.

Dae Young meminta kembali ponselnya dan Mo Yeon memberikannya karena ia sudah mengkonfirmasi mereka. Shi Jin berpikir urusannya dengan Mo Yeon sudah selesai tapi ternyata belum. Mo Yeon meminta Shi Jin mengikutinya karena ia masih perlu memastikan apakah Shi Jin melakukan penganiayaan atau tidak.

---

Petugas CCTV mengatakan butuh waktu 5 menit untuk menemukan rekaman yang Mo Yeon cari jadi ia minta mereka menunggu di luar. Petugas itu masuk ke dalam ruangan CCTV.


Awalnya, Shi Jin dan Mo Yeon menunggu dalam diam dan sedikit canggung. Shi Jin mengikuti Mo Yeon yang bersandar di dinding dan berdiri di samping Mo Yeon. Shi Jin meletakkan tangannya ke bar yang terpasang di dinding dan tidak sengaja, malah menyentuh tangan Mo Yeon.

Mo Yeon kaget dan langsung menarik tangannya. Lalu tak lama kemudian, Mo Yeon membuka suara, menanyakan bagaimana Shi Jin bisa mengenal Myeong Ju.

"Kami bersekolah di akademi yang sama...", beritahu Shi Jin.

"Aaa...". Mo Yeon menganggukkan kepalanya sambil tersenyum.

Shi Jin ingin tahu apakah Mo Yeon memang harus menanyakan itu setelah mengkonfirmasi indentitasnya pada Myeong Ju. "Apa aku benar-benar seperti pembohong?", tanya SHi Jin.

Mo Yeon tersenyum dan mengatakan kalau pembunuh biasanya memang suka berbohong. Shi Jin menganggukkan kepalanya, memebenarkan ucapan Mo Yeon. "Hei, kau membuatku takut, kita cuma bedua di sini...", ucap Mo Yeon, kaget.

Shi Jin menyuruh Mo Yeon tidak khawatir karena ia selalu melindungi wanita cantik, lansia, dan anak-anak. "Itu adalah moto hidupku".

"Syukurlah, aku cocok dalam salah satu kategori itu...", ucap Mo Yeon.

"Tidak, kau tidak masuk...", bantah Shi Jin.

"Maksudku, yang lansia...", sahut Mo Yeon dengan ekspresi sedikit kesal. Shi Jin tersenyum simpul.

Mo Yeon melirik Shi Jin dan menanyakan nama Shi Jin. Shi Jin menyebutkan namanya dan balik bertanya nama Mo Yeon. Mo Yeon juga menyebutkan namanya. Shi Jin mengulurkan tangannya sambil mengatakan 'senang bertemu denganmu', tapi Mo Yeon malah mengatakan, jangan terlalu bersikap ramah padanya. Shi Jin terpaksa menarik kembali tangannya.

Shi Jin tersenyum dan menatap Mo Yeon.

---


Gi Beom sudah sadar. Dae Young yang terus menunggu Gi Beom bertanya apakah Gi Beom suka berolah raga. Dae Young mengatakan kalau saat smu dulu, ia adalah atlit judo.

Gi Beom membenarkan, ia dulu belajar taekwondo dan sempat memenangkan medali emas. "Tapi bagaimana kau bisa tahu aku ikut olah raga?", tanya Gi Beom. Dae Young mengatakan kalau dalam olah raga mereka belajar bukan untuk menghajar orang lain.

Perawat Ja Ae datang menanyakan keluarga Gi Beom karena ia ingin mengisikan data Gi Beom. Namun Gi Beom mengatakan ia tidak punya keluarga.

"Dia punya...", sahut Dae Young, tiba-tiba. Gi Beom menatap Dae Young, bingung.

---

Mo Yeon menonton rekaman aksi Shi Jin dan Dae Young dengan heboh, seperti sedang menonton film saja. Shi Jin menatap Mo Yeon sambil tersenyum.

Saat kembali dari ruang CCTV, Mo Yeon meminta maaf pada Shi Jin karena ia sudah paham. Shi Jin menerima permintaan maaf Mo Yeon dengan memberi satu syarat, Mo Yeon harus mengobatinya juga karena ia juga terluka.

Mo Yeon tertawa, tidak percaya tapi menanyakan dimana sakitnya Shi Jin itu. Shi Jin menunjukkan pinggang kirinya. Mo Yeon yang tidak percaya, menekan pinggang SHi Jin dengan jarinya, membuat Shi Jin mengaduh kesakitan sambil berpegangan pada lengan Mo Yeon.... Hehe... modus...

Mo Yeon masih tidak percaya dan terpaksa Shi Jin menunjukkan lukanya pada Mo Yeon. Mo Yeon refleks berteriak kaget dan menekan pinggir luka Shi Jin. Shi Jin diam-diam menatap Mo Yeon dan tersenyum.

Mo Yeon merawat luka Shi Jin dan mengatakan sepertinya luka Shi Jin kembali terbuka akibat perkelahian tadi. Mo Yeon ingin tahu kapan Shi Jin mendapatkan luka itu.

"Hmm... beberapa hari yang lalu...".

"Kenapa?", tanya Mo Yeon lagi.

Shi Jin mengatakan ia mendapatkan luka itu saat melakukan pekerjaan buruh. "Kau tahu kan pekerjaan tentara, seperti buruh begitu...".

Mo Yeon tahu tapi ia heran melihat bekas luka Mo Yeon yang lain seperti bekas luka tembakan. "Kau tahu seperti apa luka tembakan?", tanya Shi Jin, heran.

Mo Yeon mengatakan ia tidak pernah melihatnya di Korea, tapi ia pernah melihatnya saat bertugas di Afrika.

"Karena kau sudah tahu, aku akan mengatakannya, aku mendapatkan luka ini saat perang di Normandia, peluru beterbangan di udara dan aku harus melewatinya untuk menyelamatkan temanku...", ucap Shi Jin.

Mo Yeon tersenyum dan bertanya, "Apa mungkin nama temanmu itu... Prajurit Ryan?". Shi Jin tersenyum dan menatap Mo Yeon dengan lembut.

Mo Yeon sempat terdiam sesaat, tapi kemudian ia tersadar dan mengatakan kalau ia sudah menjahit kembali luka Shi Jin. Ia meminta Shi Jin untuk mensteril lukanya setiap hari. "Ada klinik kan di sana?".

"Bolehkah aku datang ke sini?".

"Tapi bukannya terlalu jauh?".

"Iya sih, tapi aku ingin ke sini. Bolehkah aku datang ke sini setiap hari?".

Mo Yeon mengatakan Shi Jin cukup datang 3 atau 4 kali dalam seminggu kalau Shi Jin ingin cepat pulih. "Apa kau akan menjadi dokterku?", tanya Shi Jin. Mo Yeon mengatakan kalau Shi Jin tidak membutuhkan dokter jika hanya untuk mensteril lukanya.

"Tapi aku perlu. Terutama kalau dokter itu cantik...".

Mo Yeon tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Mengatakan kalau Shi Jin memilih dokter atas dasar kecantikan, maka Shi Jin memilih dokter yang tepat. Ia berjanji akan mengosongkan jamnya di jam 2 siang.

Shi Jin menatap Mo Yeon dan mengatakan, "Dokter biasanya tidak punya pacar karena terlalu sibuk...".

Mo Yeon balas mengatakan, "Tentara biasanya tidak punya pacar karena terlalu banyak perang...".


"Jadi siapa yang akan menjawab?", tanya Shi Jin. Mo Yeon hanya tersenyum...

---


Dae Young baru selesai jogging dan kembali ke asrama. Ia melihat Shi Jin sedang berdiri di depan cermin yang sedang dipegang oleh teman mereka, sibuk memilih baju mana yang akan ia pakai. Ia menanyakan pendapat dae Young, baju mana yang harus ia pakai.

"Kau ini berpakaian seperti itu untuk siapa?", tanya Dae Young. Shi Jin mengatakan ia akan ke rumah sakit Hae Sung untuk merawat lukanya. Salah satu teman yang lain menimpali, kalau Shi Jin mau menyetir 90 menit hanya untuk merawat luka padahal mereka juga punya rumah sakit di sana.

Shi Jin menyuruh temannya itu diam, mengatakan kalau pemuda yang sehat adalah aset negara. Ia ingin dirawat di rumah sakit Haesung yang memiliki staf dan alat yang terbaik. Jadi dengan begitu ia akan cepat pulih dan kembali membela negara...

"Dokternya di sana pasti cantik...", komentar Dae Young.

Teman mereka yang memegang cermin menganggukkan kepalanya, setuju dengan ucapan Dae Young. Shi Jin mengatakan dokter di rumah sakit mereka tidak ada yang cantik.

"Ada satu yang super cantik. Yoon Myeong Ju...", masih sahut tentara yang memegang cermin. Wajah Dae Young terlihat tidak senang. Si tentara ini terus mengoceh, mengatakan kalau ia tahu tentang Myeong Ju yang baru saja diputuskan oleh pacarnya dan sangat ingin bertemu dengan si brengsek itu.

Teman-temannya yang lain langsung menarik si tentara itu ke dinding dan menggencetnya dengan cermin. Si tentara itu protes karena tidak tahu kesalahannya apa. "Rasa penasaranmu itu akan membuatmu mati...", ucap Shi Jin pada temannya itu.

Lalu tiba-tiba Dae Young mengatakan kalau ia ingin ikut dengan Shi Jin ke rumah sakit Haesung. Saat Shi Jin ingin tahu ada urusan apa Dae Young ke rumah sakit Haesung, Dae Young tidak mengatakan apa pun.

---


Dae Young membayar semua biaya rumah sakit Gi Beom yang sepertinya sudah saatnya keluar dari rumah sakit. Shi Jin mengomentari tindakan Dae Young dengan mengatakan kalau mereka tidak dibayar banyak di tentara. Tapi Dae Young diam saja.

Shi Jin menasehati Gi Beom supaya memperbaiki sikapnya, jangan sampai ketahuan padanya lagi kalau Gi Beom terlibat masalah. Lalu Shi Jin pamit pada Dae Young untuk menemui dokternya.

Dae Young memberikan bukti pembayaran rumah sakit pada Gi Beom. Ia mengingatkan Gi Beom agar minum obat yang teratur setelah makan. Gi Beom berterima kasih pada Dae Young dan mengatakan ia tidak bisa membayar hutangnya pada Dae Young. Gi Beom juga melarang Dae Young menceramahinya.

Dae Young menatap Gi Beom dan mengatakan, tidak akan. Lalu Dae Young mengucapkan selamat tinggal dan pergi begitu saja. Gi Beom memanggil Dae Young, dan Dae Young berhenti. Gi Beom meminta maaf karena sudah mencuri ponsel Dae Young.

"Permintaan maaf diterima", sahut Dae Young dan kemudian berbalik pergi lagi. Gi Beom memanggil Dae Young lagi dan mengatakan kalau ia sudah dipukuli dan ia juga sudah membayar pada mereka. Gi Beom bertanya, bagaimana cara Dae Young terbebas dari orang-orang seperti itu.

"Aku pergi ke tempat dimana mereka tidak bisa mengikutiku...", jawab Dae Young.

"Dimana itu?"

---

Sementara itu, Shi Jin melihat Mo Yeon sedang sangat sibuk. Mo Yeon sedang duduk diatas seorang pasien sambil menekan perut pasien yang sudah dipenuhi darah, pasien itu sedang dibawa dengan tempat tidur ke ruang bedah.


Shi Jin melihat itu dan diam-diam ikut mendorong tempat tidur, tanpa sepengetahuan Mo Yeon. Shi Jin tersenyum manis sambil menatap Mo Yeon. Terlihat Shi Jin memegang topi dengan tanda bintang, tiga bintang mungkin? entahlah...

Shi Jin mendorong hingga ke depan ruang operasi dan ia melihat di papan pengumuman, dokter bedah yang bertanggung jawab melakukan operasi adalah Mo Yeon. Sementara jam menunjukkan pukul setengah satu siang.

Shi Jin sepertinya menunggu cukup lama, hingga hari mulai gelap.

Mo Yeon baru keluar dari ruang operasi pukul 6 sore. Sepertinya ia teringat dengan janjinya pada Shi Jin dan segera berlari dari sana.

Saat sedang berolah raga, Shi Jin mendapatkan telpon dari Mo Yeon. Shi Jin langsung tersenyum saat mengetahui yang menelponnya adalah Mo Yeon. "Kau sudah selesai operasi?", tanya Shi Jin.

Mo Yeon mengatakan ia mendengar tadi siang Shi Jin datang, Shi Jin mengatakan baru kali ini ia tidak diladeni oleh dokter.

Mo Yeon tersenyum, mengatakan kalau operasi tadi siang adalah operasi darurat.

"Apa dia selamat?".

"Apa?"

"Pasien itu...".

"Ya. Aku menyelamatkannya...", sahut Mo Yeon.

"Syukurlah... Jadi, ini nomormu?".

"Ya...".

"Jadi, kau sudah mendapatkan nomorku?"

"Kau boleh menyimpan nomorku...", ucap Mo Yeon.


Shi Jin tersenyum senang dan mengatakan ia ingin bertemu dengan Mo Yeon besok. Mo Yeon tersenyum, "Apa kau selalu berterus terang seperti ini?". Hihi...Mo Yeon ge er...

"Maksudku aku mau dirawat besok...", sahut Shi Jin.

Senyum Mo Yeon langsung menghilang. "Aku tahu... Itu juga yang kumaksud..."

"Aku tidak yakin...".

"Kau harus mempercayai doktermu...", Mo Yeon tertawa, begitu juga dengan Shi Jin. Lalu Mo Yeon menanyakan apa Shi Jin meminum obatnya dengan teratur.

"Apa akan semakin sakit kalau aku tidak minum obat? Apa aku akan dirawat nantinya?".

Mo Yeon tersenyum, lalu bertanya kapan waktu kosong Shi Jin besok.

Shi Jin terdiam, wajahnya berubah serius. "Lupakan itu. Bagaimana kalau bertemu sekarang? Kau keberatan?".

"Tidak, datanglah ke sini...".

Mo Yeon menutup telponnya dan tersenyum.

---


Shi Jin sudah tiba di rumah sakit dan sedang menunggu di depan lift sambil membuka website untuk mencari informasi tentang film. Sementara Mo Yeon, sudah berada di lift dan sedang memperbaiki make up-nya.

Selagi menunggu Mo Yeon, Shi Jin melihat berita di televisi yang melaporkan dua pekerja PBB telah diculik. Sesaat kemudian, Shi Jin mendapatkan telpon dan mengabarkan posisinya pada orang yang menelponnya.

Shi Jin masuk ke lift yang naik sambil menelpon Mo Yeon.

Pada saat yang bersamaan, Mo Yeon keluar dari lift yang satunya lagi dan mengangkat telpon dari Shi Jin. "Kau sudah datang?", tanyanya.

"Ya, tapi aku harus pergi karena ada sesuatu...".

"Sekarang? Kau dimana sekarang?"

"Di atap...".

"Di atap? Atap mana?".

---


Mo Yeon menyusul Shi Jin ke atap. Ia menanyakan apa yang dilakukan Shi Jin di sana. Shi Jin meminta maaf karena ia tidak bisa menepati janjinya kali ini. Tiba-tiba sebuah helikopter mendekat.

Mo Yeon berpikir helikopter itu datang ke rumah sakit, tapi Shi Jin mengatakan helikopter itu datang untuk menjemputnya.

"Untukmu?", Mo Yeon kaget. Ia berpikir ada perang. Shi Jin membenarkan, setiap hari memang ada perang dan kali ini bukan di Korea.

"Lalu kenapa helikopter itu datang menjemputmu?".

"Aku akan menjelaskan nanti. Tapi berjanjilah satu hal padaku...".

Helikopter sudah mendarat tidak jauh dari Shi Jin dan Mo Yeon. "Ayo bertemu lagi minggu depan. Bukan di sini, di tempat yang lain...", ajak Shi Jin.

"Tapi bagaimana dengan lukamu?".

"Aku berjanji akan kembali dengan utuh... Ayo menonton film...", ajak Shi Jin lagi.

Mo Yeon tidak menjawab, perhatiannya beralih ke helikopter lagi. Shi Jin memegang pundak Mo Yeon, mengalihkan perhatian Mo Yeon pada dirinya lagi. "Aku sudah tidak punya waktu. Jawablah... Ya atau tidak..."

Mo Yeong menganggukkan kepalanya dan menjawab, ya.

"Kau sudah berjanji padaku, ya...", ucap Shi Jin dengan perasaan senang. Lalu Shi Jin berlari ke arah helikopter dan berbicara sebentar dengan pilot helikopter.

Sesaat sebelum naik ke helikopter, Shi Jin menatap Mo Yeon. Dan kemudian naik ke helikopter. Mo Yeon menatap kepergian Shi Jin dengan tatapan khawatir.

Setelah helikopter berangkat, Mo Yeon masih berdiri di atap, menatap helikopter yang terbang menjauh.

---


Shi Jin dan Dae Young, dan juga 3 tentara lainnya berada di dalam pesawat angkut militer. Setelah terbang selama tujuh jam, pilot mengumumkan kalau mereka sudah berada di area operasi dan akan segera memulai penerbangan taktis.

Lampu pesawat mulai dipadamkan.

Shi Jin dan yang lainnya melepaskan tag ID mereka dan Dae Young mengumpulkan semuanya. Salah seorang tentara, yang sepertinya masih baru, menanyakan kenapa mereka harus melepas ID mereka.

"Jika kita mati dalam bertugas, mayat kita harus selalu tidak teridentifikasi", beritahu Dae Young.

Tak lama, lampu alarm di dalam pesawat berkedip-kedip, pertanda pintu belakang pesawat akan terbuka. Kelima tentara itu sudah bersiap terjun di depan pintu pesawat. Sementara di kejauhan, sudah terlihat pendar-pendar cahaya terang akibat ledakan bom.

Salah seorang tentara yang berdiri di belakang Shi Jin bertanya pada Shi Jin, dimana mereka sekarang.
.
"Afghanistan...", sahut Shi Jin.

Pesawat terus terbang, melewati celah tebing batu yang tinggi, menuju pertempuran...

Bersambung...

Komentar :

Akhirnya beres juga... Agak sulit membedakan setiap karakter. Apalagi di scene terakhir, di saat semua orang memakai pakaian yang sama, atribut yang sama, plus cahaya yang minim... Sy belum bisa membedakan, ini siapa dan itu siapa...

Drama ini oke banget. Sekali lagi sy rekomendasikan untuk menonton juga. Sayang sekali melewatkan aksi action yang keren plus SJK yang super manis... dengan berbagai ekspresinya saat ia tertarik pada Mo Yeon. Suka dari awal sudah menunjukkan rasa tertarik tanpa perlu bertele-tele.

Sepertinya drama ini akan menceritakan lika liku percintaan antara seorang tentara Pasukan Khusus yang hampir selalu dipanggil dalam keadaan darurat tanpa tahu akhir dari tugasnya, hidup atau mati. Dengan seorang dokter yang juga super sibuk dengan segala panggilan emergency-nya...

Bagaimana mereka akan mengatasi permasalahan mereka?

Untuk pasangan kedua, Dae Young dan Myeong Ju. Sepertinya Dae Young sebenarnya mencintai Myeong Ju tapi sepertinya posisinya sulit untuk bisa bersama Myeong Ju. Entah itu memang karena peringkatnya atau mungkin tekanan orang tua. Kita belum tahu masalah mereka yang sebenarnya. Jadi kita tunggu saja perkembangannya.

Untuk episode selanjutnya, di blog mb Dyah di Korean Drama Addicted...

Note : All images credit to KBS2.

Sinopsis Descendants Of The Sun Episode 2 Part 1
Share:

Post a Comment

Designed by OddThemes | Distributed by Blogger Themes