[Sinopsis Because It's The First Time Episode 2 Part 1]
Kdramastory - Tae Oh datang mencari Ji Ahn di gedung milik ayahnya. Suasana yang tadinya agak beku sudah hilang. Mood Ji Ahn sudah membaik dan mengatakan pada Tae Oh ia akan bersih-bersih seminggu tiga kali. Tae Oh menyuruh Ji Ahn berhenti bersikap sok dewasa. Ji Ahn malah balik mengatai Tae Oh yang sok baik. Akhirnya mereka berbaikan lagi dan Tae Oh bahkan membantu Ji Ahn membersihkan toilet dan ruang tangga.
Setelah selesai bersih-bersih. Tae Oh beristirahat di atap gedung dan mengirimkan foto-foto toilet yang sudah bersih ke ayahnya. Tidak lama kemudian ayah Tae Oh menelpon, Tae Oh menanyakan dimana ayahya. Mendengar ayahnya bermain golf, Tae Oh kesal dan memarahi ayahnya yang masih bermain golf padahal tadi malah menaikkan uang sewa pada ayah Ji Ahn. Ia menyuruh ayahnya menjadi orang yang kaya dengan sikap yang terhormat. Lalu Tae Oh memberitahukan bahwa Ji Ahn akan membersihkan gedung sebagai ganti uang sewa.
Sepertinya ayah Tae Oh merasa Ji Ahn agak sombong, dan mendengar ayahnya mengatai Ji Ahn, Tae Oh menjadi emosi. Dengan nada yang agak tinggi, Tae Oh membenarkan Ji Ahn itu memang sombong dan Ji Ahn itu adalah temannya. Mungkin ucapan Tae Oh itu membuat ayahnya menjadi marah dan malah memutuskan untuk mengurangi uang bulanan Tae Oh saja. Tae Oh protes karena ayahnya malah mengganggu uang bulanannya. Tidak mau mendengar protes Tae Oh lagi, ayah menutup telponnya.
Ji Ahn yang duduk di samping Tae Oh tertawa, tidak percaya ayah Tae Oh bahkan mengurangi uang bulanan Tae Oh. Tae Oh merasa ini semua gara-gara Ji Ahn. Ji Ahn merasa ayah Tae Oh itu benar-benar kasihan. Tae Oh sedikit tersinggung mendengar ucapan Ji Ahn mengenai ayahnya. Menurutnya bukan pilihan Ji Ahn harus menjadi anak dari seorang penjual ayam goreng dan bukan pilihannya juga menjadi anak dari seorang ayah yang kaya. Tapi menurut Ji Ahn Tae Oh beruntung karena dengan begitu Tae Oh tidak perlu bekerja.
"Benar! Aku minta maaf karena hidupku lebih baik darimu. Oleh sebab itu aku selalu harus membayar kalian makan dan minum. Aku bahkan membiarkanmu menang hari ini. Aku juga menderita, kau tau?", sahut Tae Oh kesal. Ji Ahn tertawa, menurutnya Tae Oh kalah karena Tae Oh memang tidak bisa bermain basket.
"Bukan, tau...", bantah Tae Oh lagi.
"Kalau begitu, lain kali kita main lagi", ajak Ji Ahn. Tae Oh hanya mendengus saja. "Walaupun begitu, aku menyukai ayahku. Aku merasa senang terlahir menjadi putra ayahku", ucap Ji Ahn lagi. Tae Oh terdiam, di dalam hatinya ia berkata ia tidak pernah merasa senang menjadi putra ayahnya, ia tidak tau masalahnya ada pada dirinya atau pada ayahnya, dan dalam segala, ia merasa selalu kalah dari Ji Ahn. Wajah Tae Oh berubah murung.
Tiba-tiba Tae Oh mendapat pesan dari Song Yi yang meminta maaf atas ucapannya semalam. Menurutnya Tae Oh adalah seorang teman yang baik dan meminta agar Tae Oh selalu ingat bahwa Tae Oh adalah orang yang baik.
Tae Oh menghela nafasnya. Di dalam hati ia merasa Song Yi menderita karena dirinya yang tidak akan menyatakan perasaannya.
Sementara itu, Song Yi juga mengkhawatirkan Ji Ahn dan mencoba menuliskan pesan untuk Ji Ahn. Isinya : Ji Ahn... Kau pasti sangat kesal pada ayah Tae Oh...?
Namun Song Yi menghapus pesan itu, ia merasa harga diri Ji Ahn pasti akan terluka jika ia mengirimkan pesan itu.
Tae Oh tersenyum senang dan berkata, "Masalahnya... orang itu..."
=== Bab 6 - Aku Ingin Tergila-gila Padamu ===
Ji Ahn pensaran dengan lanjutannya. Sayangnya Tae Oh tidak mau memberitahukan lebih jauh dan mengatakan Ji Ahn tidak kenal dengan gadis itu. Ji Ahn tertawa dan kemudian ikut mengaku ada seseorang yang suka padanya juga, seseorang yang bekerja di perpustakaan.
"Cantik?", tanya Tae Oh.
"Yeah, cantik", sahut Ji Ahn... Huahaha... Ji Ahn dan Tae Oh tertawa bahagia. Tae Oh merasa Ji Ahn beruntung dan bertanya apa gadis itu sudah mengaku pada Ji Ahn. "Dia tidak bilang apa-apa, tapi aku merasakannya", jawab Ji Ahn.
=== Flashback ===
Ji Ahn sedang bekerja di perpustakaan dan akan menyimpan buku. Ketika akan menyimpan buku di rak, ia melihat Song Yi tertidur sambil berdiri dan berpegangan pada rak. Song Yi sangat pulas sampai-sampai mulutnya agak terbuka. Ji Ahn tersenyum melihat Song Yi. Song Yi hampir terjatu ke belakang, untung saja Ji Ahn berhasil menangkapnya.
Song Yi jadi terbangun, dan begitu melihat Ji Ahn, Song Yi langsung malu dan cepat-cepat melepaskan dirinya dari Ji Ahn, ia beralasan lututnya agak sakit. Dan Song Yi pun pamit pergi.
Tiba-tiba Ji Ahn terbangun. Sontak Song Yi kaget dan mengalihkannya dengan pura-pura menepuk-nepuk lalat. "Ji Ahn, lalat! Banyak lalat di sini...". Song Yi berlarian, pura-pura mengejar lalat.
=== Flashback End ===
"Dia cantik, imut, dan manis. Dia gadis yang baik", ucap Ji Ahn lagi. Tae Oh merasa itu bagus karena gadis yang menyukainya itu jelek, kasar, dan bandel, dan kadang-kadang sedikit gila.
"Apa dia juga kuliah di tempat kita?", tanya Ji Ahn penasaran. Tae Oh tetap tidak mau memberitahukan Ji Ahn. Ji Ahn tersenyum dan berkata, "Aku... aku juga menyukainya".
"Aku juga. Aku juga menyukainya", sahut Tae Oh tidak mau kalah. Dan Ji Ahn dan Tae Oh pun tertawa-tawa senang.
"Tapi aku tidak akan berkencan dengannya walaupun dia mengajakku", ucap Ji Ahn lagi.
"Aku juga sama", sahut Tae Oh. Ji Ahn pura-pura kesal pada Tae Oh. Tae Oh menanyakan kenapa Ji Ahn tidak mau berkencan dengan gadis itu padahal Ji Ahn menyukainya.
"Saat ini... sempurna", jawab Ji Ahn singkat.
=== Flashback lagi ===
Saat bekerja di perpustakaan, Ji Ahn memberikan Song Yi minuman. Song Yi terkejut, Ji Ahn beralasan ia tadi mampir di toko. Song Yi tersenyum dan mengucapkan terima kasih. Lalu Ji Ahn mengajak Song Yi makan siang bersama, makan kimbab, dia yang akan mentraktir Song Yi. Tanpa mendengar jawaban Song Yi, Ji Ahn menyuruh Song Yi ke atap jika sudah selesai.
Dan Ji Ahn dan Song Yi pun makan siang berdua di atap.
=== Flashback End ===
Seperti itulah yang diinginkan Ji Ahn. Berkencan tapi bukan kencan sungguhan. Tae Oh merasa itu tidak benar. Tapi Ji Ahn mengatakan terserah Tae Oh mau bilang apa, atau mereka hanyalah dua orang yang bekerja di tempat yang sama dan makan bersama. Lalu Ji Ahn juga ingin tau kenapa Tae Oh tidak mau berkencan dengan gadis itu.
"Sudah kubilang dia itu aneh. Dia sama sekali tidak menarik. Nomor 1, dia tidak punya dada. Nomor 2, dia jelek. Nomor 3, sudah dipastikan masih banyak gadis lain di dunia ini yang lebih cantik dari dia. Aku masih 20 tahun. Dan aku akan mengencani paling tidak 100 gadis sebelum aku menikah". Mendengar jawaban Tae Oh itu, Ji Ahn hanya tertawa-tawa saja dan menyuruh Tae Oh melakukan apa yang Tae Oh inginkan.
Namun wajah riang Ji Ahn langsung berubah ketika mendengar bahwa Song Yi tinggal di tempat Tae Oh. Tae Oh tidak memperhatikan perubahan wajah Ji Ahn. Tae Oh mengatakan semalam Song Yi datang ke tempatnya dengan membawa tenda dan mengajaknya tinggal bersama.
"Song Yi memintamu tinggal bersamanya?", tanya Ji Ahn tidak percaya.
"Ya", jawab Tae Oh polos.
Ji Ahn terdiam.
Malam itu, Ga In menemani Hoon yang akan kembali ke rumahnya. Mereka berjongkok di depan pagar rumah. Hoon menyuruh Ga In menunggunya di situ, jika ia belum keluar juga dalam 10 menit, maka Ga In harus menelpon 911 dan mengatakan bahwa terjadi kekerasan domestik di dalam rumahnya. Hoon menepuk dadanya, menyemangati diri sendiri dan berjalan masuk.
Ga In menahan tangan Hoon, khawatir Hoon akan kenapa-napa. Tapi Hoon menyuruh Ga In tenang, karena ia tidak akan mati hanya karena beberapa pukulan saja. "10 menit", Hoon mengingatkan Ga In lagi dan masuk ke dalam rumahnya.
Di dalam rumah, orang tua Hoon dan dua kakak Hoon sedang menonton bersama sambil makan buah. Terdengar bunyi alarm pintu dibuka, salah satu kakak Hoon mengatakan itu pasti Hoon. Mereka menatap Hoon yang baru masuk dan melengos, kembali meneruskan nonton tanpa menyapa Hoon. Hoon masuk dan menganggukkan kepalanya pada kedua orang tua. 'Memalukan! Kenapa kau tidak pergi jauh-jauh! Kenapa kau berada di lingkungan ini?", omel ayahnya.
Hoon terdiam dan hanya berdiri, bingung. "Aduh! Kenapa tidak duduk!", omel ibunya juga, kesal.
Hoon menatap keluarganya yang sama sekali tidak melihatnya. "Sekarang aku tau kenapa kalian tidak pernah mencariku. Kalian juga tidak pernah menelponku. Kenapa tidak pernah menanyakan apa impianku. Itu karena... aku berbeda dengan kakak-kakakku. Karena aku tidak punya harapan. Aku sama sekali tidak punya harapan". Kakak Hoon menegur Hoon. Tapi Hoon tidak peduli dan terus mengeluarkan uneg-unegnya.
"Tapi aku harus tetp pergi kuliah, 'kan? Terlalu memalukan mempunyai anak yang tidak kuliah, kan?".
"Baik! Kalau begitu pergilah kuliah! Kau satu-satunya di keluarga ini yang tidak kuliah!", teriak ayah Hoon.
"Aku tidak mau!", balas Hoon berteriak juga.
"Apa kau bilang? Ke sini kau!", ayah mengambil stik golfnya. Kedua kakak Hoon berusaha menahan ayah dan ibu berusaha melindungi Hoon. Ibu memarahi Hoon yang seharusnya berpikir lebih baik melihat keadaan seperti ini. Hoon tidak peduli. Kedua kakaknya itu lulus dari perguruan tinggi ternama tapi ia tidak merasa iri pada mereka. Ayah berhasil memukulkan stik golfnya ke wajah Hoon. Ayah juga terlepas dari pegangan kedua kakak Hoon dan berlari mendekati Hoon, mulai memukuli Hoon.
Dari luar pagar, Ga In bisa mendengar keributan yang terjadi di dalam. Ragu-ragu ia menelpon 911, dan sesaat kemudian terdengar suara pintu dibuka dan keluarlah Hoon dengan kopernya, tepatnya koper yang dilemparkan dari dalam. Hoon mengaduh kesakitan. Ga In menddekati Hoon dan menahan tangisnya begitu melihat Hoon.
"Oh ini? Aku dipukul tapi aku mendapatkan ini...", ucap Hoon sambil menunjukkan kopernya, berusaha ceria.
"Benar-benar mengejutkan. Apa kau ingin tepuk tangan?", tanya Ga In.
Tae Oh memesan pizza antar dan melihat ke ujung jalan dari atas, melihat apakah Song Yi sudah pulang atau belum. "Kenapa dia telat sekali pulangnya? Semua orang bekerja kecuali aku", gumam Tae Oh dan masuk ke dalam.
Ji Ahn sedang bekerja bersih-bersih di sebuah mini market. Ji Ahn terus mengecek jamnya dan melihat keluar. Pemilik mini market mengatakan sudah hampir waktunya pacar Ji Ahn datang. Ji Ahn membantahnya. Pemilik mini market yakin gadis itu pacar Ji Ahn karena Ji Ahn terus menerus melihat jamnya. Ji Ahn tertawa.
Tidak lama kemudian Song Yi datang dan berhenti dulu untuk melihat Ji Ahn. Ji Ahn tersenyum dan Song Yi melambaikan tangannya pada Ji Ahn. Lalu Song Yi mencari barang yang akan dibeli sambil sesekali melirik ke arah Ji Ahn. Setelah selesai membayar, Song Yi mendekati Ji Ahn. Ji Ahn bertanya apakah pekerjaan Song Yi berat. Song Yi membenarkan tapi paling tidak ia tidak pulang lewat tengah malam.
Suasana menjadi sedikit canggung dan ketika Ji Ahn akan memberikan minuman untuk Song Yi, Song Yi juga memberikan coklat untuk Ji Ahn. Mereka terdiam sesaat dan kemudian saling tersenyum. Song Yi menerima minuman dari Ji Ahn, begitu juga dengan Ji Ahn. Setelah saling mengucapkan terima kasih, Song Yi pamit pulang. Sambil berjalan keluar, Song Yi mengenggam kaleng minuman yang diberikan Ji Ahn dengan bahagia dan ber-dadah kecil pada Ji Ahn. Ji Ahn juga menggenggam coklat yang diberikan Song Yi dengan bahagia.
Di rumahnya, Tae Oh masih memandang pizzanya, menimbang-nimbang mau menunggu Song Yi atau tidak. "Kenapa dia belum pulang juga? Kuharap dia pulang sebelum pizzanya dingin... Aku yakin dia pasti belum makan...", gumam Tae Oh. Tae Oh menghela nafasnya. "Tidak... tidak... aku tidak mau berbagi walaupun dia datang...", gumam Tae Oh lagi. Tae Oh merasa tidak enak hati dan menutup kotak pizza kembali.
Tae Oh kembali mengawasi ujung jalan dari atas atap. Untungnya, tidak lama kemudian Song Yi terllihat. Song Yi berjalan sambil melompat-lompat senang, ia bahkan mencium kaleng minuman yang diberikan Ji Ahn itu.
Tae Oh tertawa-tawa melihat kelakukan Song Yi yang ajaib. Tae Oh baru sadar Song Yi akan segera sampai di atap dan langsung berlari masuk kembali ke dalam rumahnya... :-D
Song Yi sampai di atap dan masih dengan gaya berjalannya tadi, berlari sambil melompat-lompat kecil dan mengetuk pintu rumah Tae Oh. Tae Oh berlari sambil membawa pizza di tangannya dan membukakan pintu. Tae Oh keluar sambil menggigit pizzanya, jelas saja Song Yi jadi ngiler. Song Yi menelan ludahnya, "Wahhh... pizza...".
"Kau sudah makan?", tanya Tae Oh.
"Lupakan. Minggir!", ucap Song Yi sambil mendorong Tae Oh ke samping dan masuk ke dalam rumah Tae Oh. Tae Oh marah dan mengejar Song Yi karena Song Yi masuk ke dalam rumahnya, bukannya Song Yi sudah berjanji tidak akan masuk ke dalam rumah dan mengganggunya. Song Yi tidak peduli dan mulai mengambil air dan akan merebus air. Tae Oh protes, Song Yi juga harus membayar uang air padanya.
"Aku lapar...", rengek Song Yi sambil menunjuk ke arah perutnya. Seketika itu juga, perut Song Yi berbunyi. Tae Oh heran, memangnya Song Yi bisa mengontrol suara perutnya. "Hmm...", jawab Song Yi yakin dan Song Yi pun kembali menunjuk ke arah perutnya dan perutnya pun mengeluarkan suara... :-D
Tae Oh tertawa, tidak percaya Song Yi bisa melakukannya. Ketika Song Yi membuka cup ramennya, Tae Oh bertanya apa Song Yi akan makan ramen. Song Yi meng-iyakan karena ia yakin Tae Oh pasti tidak akan mau membagi pizzanya. Tae Oh terdiam dan mengambil satu botol soda dari dalam kulkas. Ia mengocoknya dan berdehem. Kaleng soda itu ia letakkan persis di depan Song Yi.
"Itu soda...", ucap Song Yi ngiler. Tae Oh membukanya dan Song Yi langsung menyeruput busa yang keluar. "Berikan padaku", pinta Song Yi dan meminum soda itu sedikit. Tae Oh mengatakan biasanya orang akan mengeluarkan sendawa setelah minum soda. Dan Song Yo pun bersendawa.
Tae Oh bengong melihat kelakuan Song Yi. "Dia benar-benar bukan tipeku", ucap Tae Oh dalam hati. Karena ia sudah meminum soda Tae Oh, Song Yi meminta agar Tae Oh mau berbagi pizza dengannya.
"Tidak mau!", sahut Tae Oh cepat.
Song Yi tidak peduli, walaupun Tae Oh tidak mengizinkan, ia tetap akan memakannya. Tae Oh menatap Song Yi yang menggigit pizza dengan nikmatnya dan berjalan ke arah kulkas, mengambil soda yang lain. Song Yi memberi nasehat agar Tae Oh jangan terlalu pelit dengan makanan, itu sangat kekanak-kanakan.
Tae Oh tidak berkomentar dan memberikan minuman itu pada Song Yi dan juga piring untuk Song Yi.
Song Yi heran melihat sikap Tae Oh yang aneh. Tae Oh menyuruh Song Yi makan, tadi ia hanya menggoda Song Yi saja. Tae Oh bertanya kenapa Song Yi belum makan malam. Song Yi menyuruh Tae Oh mencoba bekerja 4 pekerjaan setelah makan siang, Tae Oh pasti tidak akan bisa makan malam juga. Ia harus makan di sela-sela pekerjaannya dan harus segera sampai di pom bensin setelah selesai mengajar.
"Kalau begitu makan kimbabb saja sambil jalan...", ucap Tae Oh.
"Ibuku yang biasanya...". Song Yi terdiam, Song Yi mengatakan biasanya ibunya yang selalu menyiapkan kimbab untuknya. Song Yi begitu menikmati pizzanya, sampai-sampai ada toppingnya yang terjatuh. Song Yi memungutnya dan memakannya lagi. Tae Oh melarang Song Yi melakukan itu karena kotor.
"Siapa peduli?", sahut Song Yi cuek.
"Ini sebabnya aku tidak mau berkencan denganmu", ucap Tae Oh dalam hati. Lalu Tae Oh bertanya ia mendengar ada seseorang yang Song Yi sukai, apa itu benar?
"Siapa bilang?"
"Benar atau tidak?", desak Tae Oh. Song Yi menganggukkan kepalanya. "Bagaimana bisa kau berkencan pada saat seperti ini?", tanya Tae Oh. Song Yi berkata ia tidak berkencan. Tae Oh menyuruh Song Yi realistis, di saat seperti ini seharusnya Song Yi tidak berpikir tentang berkencan dan mengancam Song Yi untuk tidak menyatakan perasaannya pada pria itu. Mengatakan yang sebenarnya tidak selamanya baik. Menurut Tae Oh, pria itu pasti akan merasa terbebani setelah mengetahui perasaan Song Yi dan Song Yi juga akan menghancurkan persahabatan Song Yi itu.
Song Yi mengangguk-anggukkan kepalanya. Menurutnya, Tae Oh benar. Benar-benar benar.
"Benar-benar menyakitkan. Begitu mudahnya dia setuju...", gumam Tae Oh dalam hati. Wajahnya agak kecewa. Lalu Tae Oh pindah duduk ke dekat Song Yi, membukakan minuman untuk Song Yi dan makan pelan-pelan. Song Yi menyodorkan pizza yang tengah dimakannya. menyuruh Tae Oh mencicipinya juga. "Enak 'kan?", tanya Song Yi. Tae Oh tertawa dan mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Song Yi-a. Tapi... sebenarnya cinta itu tidak benar-benar buruk kok. Aku pikir baik untukmu jika kau memiliki perasaan pada seseorang". Song Yi mengangguk-anggukan kepalanya, setuju dengan ucapan Tae Oh, dia juga berpikir demikian. "Dia seperti oasis untukku. Seseorang yang ingin aku ajak berjalan-jalan. Hanya melihatnya sudah membuatku bahagia", ucap Song Yi.
Wajah Tae Oh langsung bahagia. Tersenyum kegeeran. :-P. "Aku tidak tau siapa dia tapi aku yakin jika kau menyukainya, dia pasti pria yang cukup baik", ucap Tae Oh. Song Yi berkata ia akan menyukai pria itu dari jauh. Tae Oh setuju dengan Song Yi, menurutnya itu ide yang bagus dan Song Yi harus terus menyukai pria itu seperti itu.
Tae Oh tersenyum simpul.
"Jadi aku berpikir...", Tae Oh mendekat ke arah Song Yi. "Han Song Yi, aku ingin kau... mencoba dan membuatku tergila-gila. Buat aku tergila-gila padamu hingga aku tidak bisa berpikir lurus. Buat aku seperti itu. Aku ingin tergila-gila padamu..."
Bersambung....
Komentar :
Lucu... Di tengah-tengah Gaekju yang mulai ngebosenin, drama ini seperti oasis... (meniru ucapan Song Yi... :-P ) Seru ya punya sahabat kayak gini?? Bisa sharing apa aja, selalu mendukung apa yang kita lakukan... #wishingatleastihaveone. :-(
Nah loh! Gara-gara pak polisi asal ngambil kesimpulan, Tae Oh jadi kegeeran sendiri, menyangka Song Yi menyukainya, padahal Song Yi sukanya sama Ji Ahn... Di preview episode 3, sepertinya akan ada cinta segitiga. Uhmmm... bukan deng... Kayaknya cinta segi lima atau segi enam ya?. Sepertinya masing-masing orang sukanya sama siapa, trus orang yang disukanya suka sama yang lain... :-((
Penasaran akhirnya Song Yi dengan siapa ya? Song Yi bakal milih Tae Oh atau Ji Ahn. Kalo saya sih suka dua-duanya... :-D. Ya satu dewasa, yang satunya lagi imut... :-D :-D... Eh, kalo kalian milih siapa? Kalo sy suka Tae Oh sih... :-P
Tunggu kelanjutannya ya... Gomawo :-)
[Sinopsis Because This Is My First Time Episode 3 part 1]
Sinopsis Because It's The First Time Episode 2 Part 2
![]() |
Credit : OnStyle |
Setelah selesai bersih-bersih. Tae Oh beristirahat di atap gedung dan mengirimkan foto-foto toilet yang sudah bersih ke ayahnya. Tidak lama kemudian ayah Tae Oh menelpon, Tae Oh menanyakan dimana ayahya. Mendengar ayahnya bermain golf, Tae Oh kesal dan memarahi ayahnya yang masih bermain golf padahal tadi malah menaikkan uang sewa pada ayah Ji Ahn. Ia menyuruh ayahnya menjadi orang yang kaya dengan sikap yang terhormat. Lalu Tae Oh memberitahukan bahwa Ji Ahn akan membersihkan gedung sebagai ganti uang sewa.
Sepertinya ayah Tae Oh merasa Ji Ahn agak sombong, dan mendengar ayahnya mengatai Ji Ahn, Tae Oh menjadi emosi. Dengan nada yang agak tinggi, Tae Oh membenarkan Ji Ahn itu memang sombong dan Ji Ahn itu adalah temannya. Mungkin ucapan Tae Oh itu membuat ayahnya menjadi marah dan malah memutuskan untuk mengurangi uang bulanan Tae Oh saja. Tae Oh protes karena ayahnya malah mengganggu uang bulanannya. Tidak mau mendengar protes Tae Oh lagi, ayah menutup telponnya.
Ji Ahn yang duduk di samping Tae Oh tertawa, tidak percaya ayah Tae Oh bahkan mengurangi uang bulanan Tae Oh. Tae Oh merasa ini semua gara-gara Ji Ahn. Ji Ahn merasa ayah Tae Oh itu benar-benar kasihan. Tae Oh sedikit tersinggung mendengar ucapan Ji Ahn mengenai ayahnya. Menurutnya bukan pilihan Ji Ahn harus menjadi anak dari seorang penjual ayam goreng dan bukan pilihannya juga menjadi anak dari seorang ayah yang kaya. Tapi menurut Ji Ahn Tae Oh beruntung karena dengan begitu Tae Oh tidak perlu bekerja.
"Benar! Aku minta maaf karena hidupku lebih baik darimu. Oleh sebab itu aku selalu harus membayar kalian makan dan minum. Aku bahkan membiarkanmu menang hari ini. Aku juga menderita, kau tau?", sahut Tae Oh kesal. Ji Ahn tertawa, menurutnya Tae Oh kalah karena Tae Oh memang tidak bisa bermain basket.
"Bukan, tau...", bantah Tae Oh lagi.
"Kalau begitu, lain kali kita main lagi", ajak Ji Ahn. Tae Oh hanya mendengus saja. "Walaupun begitu, aku menyukai ayahku. Aku merasa senang terlahir menjadi putra ayahku", ucap Ji Ahn lagi. Tae Oh terdiam, di dalam hatinya ia berkata ia tidak pernah merasa senang menjadi putra ayahnya, ia tidak tau masalahnya ada pada dirinya atau pada ayahnya, dan dalam segala, ia merasa selalu kalah dari Ji Ahn. Wajah Tae Oh berubah murung.
Tiba-tiba Tae Oh mendapat pesan dari Song Yi yang meminta maaf atas ucapannya semalam. Menurutnya Tae Oh adalah seorang teman yang baik dan meminta agar Tae Oh selalu ingat bahwa Tae Oh adalah orang yang baik.
Tae Oh menghela nafasnya. Di dalam hati ia merasa Song Yi menderita karena dirinya yang tidak akan menyatakan perasaannya.
Sementara itu, Song Yi juga mengkhawatirkan Ji Ahn dan mencoba menuliskan pesan untuk Ji Ahn. Isinya : Ji Ahn... Kau pasti sangat kesal pada ayah Tae Oh...?
Namun Song Yi menghapus pesan itu, ia merasa harga diri Ji Ahn pasti akan terluka jika ia mengirimkan pesan itu.
Aku menyukai Ji Ahn. Tapi di hari-hari seperti ini, aku merasa tidak ada yang dapat aku lakukan untuk Ji Ahn. - Song Yi"Seseorang... seseorang menyukaiku. Aku baru tau kemarin. Seorang gadis menyukaiku", tiba-tiba Tae Oh mengatakan itu pada Ji Ahn. Ji Ahn sangat terkejut mendengar kabar itu dari Tae Oh. Ia tersenyum dan ikut senang, bertanya siapa gadis itu, apa ia mengenalnya?
Tae Oh tersenyum senang dan berkata, "Masalahnya... orang itu..."
=== Bab 6 - Aku Ingin Tergila-gila Padamu ===
Ji Ahn pensaran dengan lanjutannya. Sayangnya Tae Oh tidak mau memberitahukan lebih jauh dan mengatakan Ji Ahn tidak kenal dengan gadis itu. Ji Ahn tertawa dan kemudian ikut mengaku ada seseorang yang suka padanya juga, seseorang yang bekerja di perpustakaan.
"Cantik?", tanya Tae Oh.
"Yeah, cantik", sahut Ji Ahn... Huahaha... Ji Ahn dan Tae Oh tertawa bahagia. Tae Oh merasa Ji Ahn beruntung dan bertanya apa gadis itu sudah mengaku pada Ji Ahn. "Dia tidak bilang apa-apa, tapi aku merasakannya", jawab Ji Ahn.
=== Flashback ===
Ji Ahn sedang bekerja di perpustakaan dan akan menyimpan buku. Ketika akan menyimpan buku di rak, ia melihat Song Yi tertidur sambil berdiri dan berpegangan pada rak. Song Yi sangat pulas sampai-sampai mulutnya agak terbuka. Ji Ahn tersenyum melihat Song Yi. Song Yi hampir terjatu ke belakang, untung saja Ji Ahn berhasil menangkapnya.
Song Yi jadi terbangun, dan begitu melihat Ji Ahn, Song Yi langsung malu dan cepat-cepat melepaskan dirinya dari Ji Ahn, ia beralasan lututnya agak sakit. Dan Song Yi pun pamit pergi.
Agak sedikit berbeda sikapnya ketika kami berdua saja. - Ji AhnDi saat yang lain, Ji Ahn sedang tertidur di meja di depan rumah Tae Oh. Diam-diam Tae Oh mendekati Ji Ahn dan membangunkannya dengan berbisik. Karena Ji Ahn tidak bangun, Song Yi menutup cahaya matahari dengan tangannya. Song Yi tertawa-tawa senang bisa menatap Ji Ahn begitu dekat. Song Yi bahkan mulai mengelus rambut Ji Ahn dan mulai menyentuh bibir Ji Ahn dengan jarinya.
Tiba-tiba Ji Ahn terbangun. Sontak Song Yi kaget dan mengalihkannya dengan pura-pura menepuk-nepuk lalat. "Ji Ahn, lalat! Banyak lalat di sini...". Song Yi berlarian, pura-pura mengejar lalat.
=== Flashback End ===
"Dia cantik, imut, dan manis. Dia gadis yang baik", ucap Ji Ahn lagi. Tae Oh merasa itu bagus karena gadis yang menyukainya itu jelek, kasar, dan bandel, dan kadang-kadang sedikit gila.
"Apa dia juga kuliah di tempat kita?", tanya Ji Ahn penasaran. Tae Oh tetap tidak mau memberitahukan Ji Ahn. Ji Ahn tersenyum dan berkata, "Aku... aku juga menyukainya".
"Aku juga. Aku juga menyukainya", sahut Tae Oh tidak mau kalah. Dan Ji Ahn dan Tae Oh pun tertawa-tawa senang.
"Tapi aku tidak akan berkencan dengannya walaupun dia mengajakku", ucap Ji Ahn lagi.
"Aku juga sama", sahut Tae Oh. Ji Ahn pura-pura kesal pada Tae Oh. Tae Oh menanyakan kenapa Ji Ahn tidak mau berkencan dengan gadis itu padahal Ji Ahn menyukainya.
"Saat ini... sempurna", jawab Ji Ahn singkat.
=== Flashback lagi ===
Saat bekerja di perpustakaan, Ji Ahn memberikan Song Yi minuman. Song Yi terkejut, Ji Ahn beralasan ia tadi mampir di toko. Song Yi tersenyum dan mengucapkan terima kasih. Lalu Ji Ahn mengajak Song Yi makan siang bersama, makan kimbab, dia yang akan mentraktir Song Yi. Tanpa mendengar jawaban Song Yi, Ji Ahn menyuruh Song Yi ke atap jika sudah selesai.
Dan Ji Ahn dan Song Yi pun makan siang berdua di atap.
=== Flashback End ===
Seperti itulah yang diinginkan Ji Ahn. Berkencan tapi bukan kencan sungguhan. Tae Oh merasa itu tidak benar. Tapi Ji Ahn mengatakan terserah Tae Oh mau bilang apa, atau mereka hanyalah dua orang yang bekerja di tempat yang sama dan makan bersama. Lalu Ji Ahn juga ingin tau kenapa Tae Oh tidak mau berkencan dengan gadis itu.
"Sudah kubilang dia itu aneh. Dia sama sekali tidak menarik. Nomor 1, dia tidak punya dada. Nomor 2, dia jelek. Nomor 3, sudah dipastikan masih banyak gadis lain di dunia ini yang lebih cantik dari dia. Aku masih 20 tahun. Dan aku akan mengencani paling tidak 100 gadis sebelum aku menikah". Mendengar jawaban Tae Oh itu, Ji Ahn hanya tertawa-tawa saja dan menyuruh Tae Oh melakukan apa yang Tae Oh inginkan.
Namun wajah riang Ji Ahn langsung berubah ketika mendengar bahwa Song Yi tinggal di tempat Tae Oh. Tae Oh tidak memperhatikan perubahan wajah Ji Ahn. Tae Oh mengatakan semalam Song Yi datang ke tempatnya dengan membawa tenda dan mengajaknya tinggal bersama.
"Song Yi memintamu tinggal bersamanya?", tanya Ji Ahn tidak percaya.
"Ya", jawab Tae Oh polos.
Ji Ahn terdiam.
Malam itu, Ga In menemani Hoon yang akan kembali ke rumahnya. Mereka berjongkok di depan pagar rumah. Hoon menyuruh Ga In menunggunya di situ, jika ia belum keluar juga dalam 10 menit, maka Ga In harus menelpon 911 dan mengatakan bahwa terjadi kekerasan domestik di dalam rumahnya. Hoon menepuk dadanya, menyemangati diri sendiri dan berjalan masuk.
Ga In menahan tangan Hoon, khawatir Hoon akan kenapa-napa. Tapi Hoon menyuruh Ga In tenang, karena ia tidak akan mati hanya karena beberapa pukulan saja. "10 menit", Hoon mengingatkan Ga In lagi dan masuk ke dalam rumahnya.
Di dalam rumah, orang tua Hoon dan dua kakak Hoon sedang menonton bersama sambil makan buah. Terdengar bunyi alarm pintu dibuka, salah satu kakak Hoon mengatakan itu pasti Hoon. Mereka menatap Hoon yang baru masuk dan melengos, kembali meneruskan nonton tanpa menyapa Hoon. Hoon masuk dan menganggukkan kepalanya pada kedua orang tua. 'Memalukan! Kenapa kau tidak pergi jauh-jauh! Kenapa kau berada di lingkungan ini?", omel ayahnya.
Hoon terdiam dan hanya berdiri, bingung. "Aduh! Kenapa tidak duduk!", omel ibunya juga, kesal.
Hoon menatap keluarganya yang sama sekali tidak melihatnya. "Sekarang aku tau kenapa kalian tidak pernah mencariku. Kalian juga tidak pernah menelponku. Kenapa tidak pernah menanyakan apa impianku. Itu karena... aku berbeda dengan kakak-kakakku. Karena aku tidak punya harapan. Aku sama sekali tidak punya harapan". Kakak Hoon menegur Hoon. Tapi Hoon tidak peduli dan terus mengeluarkan uneg-unegnya.
"Tapi aku harus tetp pergi kuliah, 'kan? Terlalu memalukan mempunyai anak yang tidak kuliah, kan?".
"Baik! Kalau begitu pergilah kuliah! Kau satu-satunya di keluarga ini yang tidak kuliah!", teriak ayah Hoon.
"Aku tidak mau!", balas Hoon berteriak juga.
"Apa kau bilang? Ke sini kau!", ayah mengambil stik golfnya. Kedua kakak Hoon berusaha menahan ayah dan ibu berusaha melindungi Hoon. Ibu memarahi Hoon yang seharusnya berpikir lebih baik melihat keadaan seperti ini. Hoon tidak peduli. Kedua kakaknya itu lulus dari perguruan tinggi ternama tapi ia tidak merasa iri pada mereka. Ayah berhasil memukulkan stik golfnya ke wajah Hoon. Ayah juga terlepas dari pegangan kedua kakak Hoon dan berlari mendekati Hoon, mulai memukuli Hoon.
Dari luar pagar, Ga In bisa mendengar keributan yang terjadi di dalam. Ragu-ragu ia menelpon 911, dan sesaat kemudian terdengar suara pintu dibuka dan keluarlah Hoon dengan kopernya, tepatnya koper yang dilemparkan dari dalam. Hoon mengaduh kesakitan. Ga In menddekati Hoon dan menahan tangisnya begitu melihat Hoon.
"Oh ini? Aku dipukul tapi aku mendapatkan ini...", ucap Hoon sambil menunjukkan kopernya, berusaha ceria.
"Benar-benar mengejutkan. Apa kau ingin tepuk tangan?", tanya Ga In.
Tae Oh memesan pizza antar dan melihat ke ujung jalan dari atas, melihat apakah Song Yi sudah pulang atau belum. "Kenapa dia telat sekali pulangnya? Semua orang bekerja kecuali aku", gumam Tae Oh dan masuk ke dalam.
Ji Ahn sedang bekerja bersih-bersih di sebuah mini market. Ji Ahn terus mengecek jamnya dan melihat keluar. Pemilik mini market mengatakan sudah hampir waktunya pacar Ji Ahn datang. Ji Ahn membantahnya. Pemilik mini market yakin gadis itu pacar Ji Ahn karena Ji Ahn terus menerus melihat jamnya. Ji Ahn tertawa.
Tidak lama kemudian Song Yi datang dan berhenti dulu untuk melihat Ji Ahn. Ji Ahn tersenyum dan Song Yi melambaikan tangannya pada Ji Ahn. Lalu Song Yi mencari barang yang akan dibeli sambil sesekali melirik ke arah Ji Ahn. Setelah selesai membayar, Song Yi mendekati Ji Ahn. Ji Ahn bertanya apakah pekerjaan Song Yi berat. Song Yi membenarkan tapi paling tidak ia tidak pulang lewat tengah malam.
Suasana menjadi sedikit canggung dan ketika Ji Ahn akan memberikan minuman untuk Song Yi, Song Yi juga memberikan coklat untuk Ji Ahn. Mereka terdiam sesaat dan kemudian saling tersenyum. Song Yi menerima minuman dari Ji Ahn, begitu juga dengan Ji Ahn. Setelah saling mengucapkan terima kasih, Song Yi pamit pulang. Sambil berjalan keluar, Song Yi mengenggam kaleng minuman yang diberikan Ji Ahn dengan bahagia dan ber-dadah kecil pada Ji Ahn. Ji Ahn juga menggenggam coklat yang diberikan Song Yi dengan bahagia.
Di rumahnya, Tae Oh masih memandang pizzanya, menimbang-nimbang mau menunggu Song Yi atau tidak. "Kenapa dia belum pulang juga? Kuharap dia pulang sebelum pizzanya dingin... Aku yakin dia pasti belum makan...", gumam Tae Oh. Tae Oh menghela nafasnya. "Tidak... tidak... aku tidak mau berbagi walaupun dia datang...", gumam Tae Oh lagi. Tae Oh merasa tidak enak hati dan menutup kotak pizza kembali.
Tae Oh kembali mengawasi ujung jalan dari atas atap. Untungnya, tidak lama kemudian Song Yi terllihat. Song Yi berjalan sambil melompat-lompat senang, ia bahkan mencium kaleng minuman yang diberikan Ji Ahn itu.
Tae Oh tertawa-tawa melihat kelakukan Song Yi yang ajaib. Tae Oh baru sadar Song Yi akan segera sampai di atap dan langsung berlari masuk kembali ke dalam rumahnya... :-D
Song Yi sampai di atap dan masih dengan gaya berjalannya tadi, berlari sambil melompat-lompat kecil dan mengetuk pintu rumah Tae Oh. Tae Oh berlari sambil membawa pizza di tangannya dan membukakan pintu. Tae Oh keluar sambil menggigit pizzanya, jelas saja Song Yi jadi ngiler. Song Yi menelan ludahnya, "Wahhh... pizza...".
"Kau sudah makan?", tanya Tae Oh.
"Lupakan. Minggir!", ucap Song Yi sambil mendorong Tae Oh ke samping dan masuk ke dalam rumah Tae Oh. Tae Oh marah dan mengejar Song Yi karena Song Yi masuk ke dalam rumahnya, bukannya Song Yi sudah berjanji tidak akan masuk ke dalam rumah dan mengganggunya. Song Yi tidak peduli dan mulai mengambil air dan akan merebus air. Tae Oh protes, Song Yi juga harus membayar uang air padanya.
"Aku lapar...", rengek Song Yi sambil menunjuk ke arah perutnya. Seketika itu juga, perut Song Yi berbunyi. Tae Oh heran, memangnya Song Yi bisa mengontrol suara perutnya. "Hmm...", jawab Song Yi yakin dan Song Yi pun kembali menunjuk ke arah perutnya dan perutnya pun mengeluarkan suara... :-D
Tae Oh tertawa, tidak percaya Song Yi bisa melakukannya. Ketika Song Yi membuka cup ramennya, Tae Oh bertanya apa Song Yi akan makan ramen. Song Yi meng-iyakan karena ia yakin Tae Oh pasti tidak akan mau membagi pizzanya. Tae Oh terdiam dan mengambil satu botol soda dari dalam kulkas. Ia mengocoknya dan berdehem. Kaleng soda itu ia letakkan persis di depan Song Yi.
"Itu soda...", ucap Song Yi ngiler. Tae Oh membukanya dan Song Yi langsung menyeruput busa yang keluar. "Berikan padaku", pinta Song Yi dan meminum soda itu sedikit. Tae Oh mengatakan biasanya orang akan mengeluarkan sendawa setelah minum soda. Dan Song Yo pun bersendawa.
Tae Oh bengong melihat kelakuan Song Yi. "Dia benar-benar bukan tipeku", ucap Tae Oh dalam hati. Karena ia sudah meminum soda Tae Oh, Song Yi meminta agar Tae Oh mau berbagi pizza dengannya.
"Tidak mau!", sahut Tae Oh cepat.
Song Yi tidak peduli, walaupun Tae Oh tidak mengizinkan, ia tetap akan memakannya. Tae Oh menatap Song Yi yang menggigit pizza dengan nikmatnya dan berjalan ke arah kulkas, mengambil soda yang lain. Song Yi memberi nasehat agar Tae Oh jangan terlalu pelit dengan makanan, itu sangat kekanak-kanakan.
Tae Oh tidak berkomentar dan memberikan minuman itu pada Song Yi dan juga piring untuk Song Yi.
Song Yi heran melihat sikap Tae Oh yang aneh. Tae Oh menyuruh Song Yi makan, tadi ia hanya menggoda Song Yi saja. Tae Oh bertanya kenapa Song Yi belum makan malam. Song Yi menyuruh Tae Oh mencoba bekerja 4 pekerjaan setelah makan siang, Tae Oh pasti tidak akan bisa makan malam juga. Ia harus makan di sela-sela pekerjaannya dan harus segera sampai di pom bensin setelah selesai mengajar.
"Kalau begitu makan kimbabb saja sambil jalan...", ucap Tae Oh.
"Ibuku yang biasanya...". Song Yi terdiam, Song Yi mengatakan biasanya ibunya yang selalu menyiapkan kimbab untuknya. Song Yi begitu menikmati pizzanya, sampai-sampai ada toppingnya yang terjatuh. Song Yi memungutnya dan memakannya lagi. Tae Oh melarang Song Yi melakukan itu karena kotor.
"Siapa peduli?", sahut Song Yi cuek.
"Ini sebabnya aku tidak mau berkencan denganmu", ucap Tae Oh dalam hati. Lalu Tae Oh bertanya ia mendengar ada seseorang yang Song Yi sukai, apa itu benar?
"Siapa bilang?"
"Benar atau tidak?", desak Tae Oh. Song Yi menganggukkan kepalanya. "Bagaimana bisa kau berkencan pada saat seperti ini?", tanya Tae Oh. Song Yi berkata ia tidak berkencan. Tae Oh menyuruh Song Yi realistis, di saat seperti ini seharusnya Song Yi tidak berpikir tentang berkencan dan mengancam Song Yi untuk tidak menyatakan perasaannya pada pria itu. Mengatakan yang sebenarnya tidak selamanya baik. Menurut Tae Oh, pria itu pasti akan merasa terbebani setelah mengetahui perasaan Song Yi dan Song Yi juga akan menghancurkan persahabatan Song Yi itu.
Song Yi mengangguk-anggukkan kepalanya. Menurutnya, Tae Oh benar. Benar-benar benar.
"Benar-benar menyakitkan. Begitu mudahnya dia setuju...", gumam Tae Oh dalam hati. Wajahnya agak kecewa. Lalu Tae Oh pindah duduk ke dekat Song Yi, membukakan minuman untuk Song Yi dan makan pelan-pelan. Song Yi menyodorkan pizza yang tengah dimakannya. menyuruh Tae Oh mencicipinya juga. "Enak 'kan?", tanya Song Yi. Tae Oh tertawa dan mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Song Yi-a. Tapi... sebenarnya cinta itu tidak benar-benar buruk kok. Aku pikir baik untukmu jika kau memiliki perasaan pada seseorang". Song Yi mengangguk-anggukan kepalanya, setuju dengan ucapan Tae Oh, dia juga berpikir demikian. "Dia seperti oasis untukku. Seseorang yang ingin aku ajak berjalan-jalan. Hanya melihatnya sudah membuatku bahagia", ucap Song Yi.
Wajah Tae Oh langsung bahagia. Tersenyum kegeeran. :-P. "Aku tidak tau siapa dia tapi aku yakin jika kau menyukainya, dia pasti pria yang cukup baik", ucap Tae Oh. Song Yi berkata ia akan menyukai pria itu dari jauh. Tae Oh setuju dengan Song Yi, menurutnya itu ide yang bagus dan Song Yi harus terus menyukai pria itu seperti itu.
Tae Oh tersenyum simpul.
Aku bohong. Song Yi cantik... dadanya juga oke. Aku bohong tentang dia bukan tipeku. Aku tidak perlu berkencan dengan 100 wanita. Tidak ada seorang pun yang loveable selain Song Yi. Dan tiba-tiba... aku membenci diriku sendiri. -Tae OhGa In mengobati luka di wajah Hoon di rumahnya.
Hoon selalu tau apa yang ia inginkan. Ga In tidak pernah menolak siapa pun. Dia memiliki kemampuan mengatasi kesulitan apa pun kapan pun. - Tae OhJi Ahn membuka coklat yang diberikan Song Yi dan memakannya.
Walaupun usia Ji Ahn hanya 20 tahun, tapi ia sudah menjadi orang dewasa yang penuh tanggung jawab. Tapi aku tidak punya impian dan tidak bisa terlepas dari ayahku. Aku tidak tau apa yang kusuka dan apa yang kubenci. Aku, seorang idiot berumur 20 tahun yang tidah tau apa-apa tentang dirinya sendiri. - Tae OhWajah Tae Oh terlihat sedih.
Dan sekarang aku adalah orang mencoba melarikan diri dari gadis yang disukainya. - Tae OhTae Oh memanggil Song Yi dengan nada serius dan mengatakan pada Song Yi bahwa ia berharap sesuatu terjadi di dalam hidupnya karena ia tidak tau bagaimana cara melakukan apa pun. Ia berharap seseorang akan datang dalam hidupnya dan melakukan sesuatu padanya. Song Yi serius mendengarkan Tae Oh, lupa dengan pizza di tangannya.
"Jadi aku berpikir...", Tae Oh mendekat ke arah Song Yi. "Han Song Yi, aku ingin kau... mencoba dan membuatku tergila-gila. Buat aku tergila-gila padamu hingga aku tidak bisa berpikir lurus. Buat aku seperti itu. Aku ingin tergila-gila padamu..."
Bersambung....
Komentar :
Lucu... Di tengah-tengah Gaekju yang mulai ngebosenin, drama ini seperti oasis... (meniru ucapan Song Yi... :-P ) Seru ya punya sahabat kayak gini?? Bisa sharing apa aja, selalu mendukung apa yang kita lakukan... #wishingatleastihaveone. :-(
Nah loh! Gara-gara pak polisi asal ngambil kesimpulan, Tae Oh jadi kegeeran sendiri, menyangka Song Yi menyukainya, padahal Song Yi sukanya sama Ji Ahn... Di preview episode 3, sepertinya akan ada cinta segitiga. Uhmmm... bukan deng... Kayaknya cinta segi lima atau segi enam ya?. Sepertinya masing-masing orang sukanya sama siapa, trus orang yang disukanya suka sama yang lain... :-((
Penasaran akhirnya Song Yi dengan siapa ya? Song Yi bakal milih Tae Oh atau Ji Ahn. Kalo saya sih suka dua-duanya... :-D. Ya satu dewasa, yang satunya lagi imut... :-D :-D... Eh, kalo kalian milih siapa? Kalo sy suka Tae Oh sih... :-P
Tunggu kelanjutannya ya... Gomawo :-)
[Sinopsis Because This Is My First Time Episode 3 part 1]
Post a Comment