[Sinopsis Orange Marmalade Episode 5 Part 1]
Kdramastory - Sementara itu, Jae Min merenung di kamarnya. "Dia bukan seorang gadis bangsawan. Walaupun aku sudah menduga tapi...", gumam Jae Min. Jae Min menggelengkan kepalanya, menyadarkan dirinya sendiri untuk fokus pada pelajaran. Ia bergumam, sedikit kesal, bagaimana bisa seorang tukang daging rendahan bisa mengacaukan dirinya.
--
Sun Hwa, ibu Ma Ri, berkumpul dengan beberapa orang temannya, termasuk juga pria tua buta itu. Pria tua itu mengatakan 4 hari adalah batas maksimum untuk bertahan tanpa mengkonsumsi darah. Sementara Seung Hoon dihukum selama 10 hari.
Salah seorang dari vampir mengatakan yang lebih penting saat ini adalah obat sakti itu. Jika obat itu tidak dikonsumsi secara rutin setiap tiga hari, Seung Hoon tidak akan mampu bertahan terhadap cahaya matahari.
Sun Hwa menghela nafasnya. Ia sangat mengkhawatirkan suaminya. "Oleh sebab itulah kita harus melakukan sesuatu", sahut vampir yang lain. Ia mengatakan bahwa mereka pernah menyelamatkan vampir yang lain dalam waktu 2 hari.
Vampir yang lain tidak begitu setuju. Kasus yang dulu mereka selamatkan berbeda dengan kasus Seung Hoon sekarang. Kali ini adalah kasus Sungkyunkwan. Mereka tidak akan membiarkan hal ini begitu saja. Wajah Sun Hwa terlihat tidak enak, merasa bersalah pada teman-temannya.
"Perintah menyebutkan bahwa tidak boleh memberikannya air selama 10 hari", sahut pria tua itu. "Apa yang harus kita lakukan?".
Sun Hwa meminta teman-temannya untuk tidak khawatir. Ia tidak akan memaksa ataupun membuat ketidaknyamanan bagi klan mereka. Ia berjanji bahwa ia akan mencari jalan keluar dalam tiga hari kedepan. Pilihan yang terburuk yang harus ia lakukan adalah ia harus meninggalkan Banchon.
Mereka semua terkejut mendengar keputusan Sun Hwa. "Bagaiman bisa? Kalian adalah petugas di Banchon. Kemana kalian akan pergi setelah meninggalkan kami?", ucap pria tua buta itu. Sun Hwa tidak bisa menjawab.
Sementara diluar, sepertinya Ma Ri mendengar semua pembicaraan ibunya dengan teman-temannya itu.
--
Shi Woo masuk ke dalam kamar. Ia duduk di depan Jae Min. "Keadaan ini kaulah penyebabnya", ucap Jae Min menahan marah.
"Apa?", tanya Shi Woo cuek.
Flashback ketika Shi Woo mengatakan beberapa hari lagi adalah hari daging. Ia meminta Jae Min untuk tidak memakannya sama sekali. "Kenapa?", tanya Jae Min. "Ada aja", jawab Shi Woo, tersenyum penuh rahasia.
Flashback end.
Jae Min mengatakan pada hari daging, obat-obatan habis di Gargo, Haeyuk, dan Baechul. Dan juga pintu toilet rusak.
"Wah, bahkan pintu toilet pun rusak", Shi Woo menanggapinya tidak serius. Ia mengatakan jika ia menambahkan Hanmyon, kekacauannya akan lebih besar.
"Apa?".
Shi Woo menambahkan bahwa ia meletakkan obat herbal ke dalam tempat nasi, sehingga membuat orang-orang menjadi mulas dan buang air besar dengan mudah.
Jae Min terlihat marah pada Shi Woo. Menurutnya candaan Shi Woo sudah kelewatan. Shi Woo tidak peduli. Dan sepertinya di sini Shi Woo memang terlihat agak mabuk. Ia mengatakan bahwa ia melakukannya agar para siswa tidak terlalu fokus pada pelajaran. Sungguh baik jika sesuatu di dalam tubuh bisa dikeluarkan. "Ini menyenangkan", ucap Shi Woo sambil mendekat ke arah Jae Min.
Jae Min mencengkeram kerah baju Shi Woo. "Han Shi Woo, hal yang menyenangkan yang kau lakukan itu menyebabkan seseorang yang tidak bersalah dihukum. Tidakkah kau memikirkan itu?".
Shi Woo melepaskan tangan Jae Min dari kerah bajunya. Tidak sengaja, Jae Min melihat luka lebam di dekat leher Shi Woo. Jae Min bertanya ada apa. Shi Woo mengelak dan mengatakan tidak ada apa-apa, dan menarik kembali kerah bajunya, menutupi lukanya.
Jae Min tidak mau mendengar alasan Shi Woo. Ia menuntut Shi Woo untuk bicara sejujurnya. Sebenarnya apa yang dilakukannya, seharusnya saat ini Shi Woo fokus belajar untuk ujian kelulusannya. Dengan kemampuannya yang sekarang, Shi Woo bahkan tidak bisa mengambil ujian reguler.
Shi Woo memandang Jae Min. Ia berkata bahwa ia tidak memiliki keinginan untuk mengambil semua ujian itu termasuk ujian negara. Jika ia mengambil ujian itu dan lulus, maka ia tidak bisa mengontrol kehidupannya sendiri lagi.
Jae Min terkejut mendengar keputusan Shi Woo.
--
Ma Ri mendatangi tempat ayahnya diikat. Ia melihat dua penjaga itu tertidur. Perlahan ia mendekati ayahnya dan berbisik memanggil ayahnya.
Seung Hoon membuka matanya dan memanggil Ma Ri. Ma Ri membuka botol yang dibawanya dan akan meminumkan pada ayahnya. Tiba-tiba gagak yang terbang di atas mereka bersuara keras, membangunkan dua penjaga itu. Penjaga itu melihat Ma Ri dan menarik Ma Ri sampai terjatuh dan botol obat ayahnya tumpah di tanah.
Ma Ri memohon pada penjaga itu, satu teguk saja.
Penjaga itu marah dan menarik baju Ma Ri, "Gadis ini, apa kau mau diikat juga?".
"Lepaskan dia", teriak Jae Min. "Dan lepaskan juga pria itu".
Penjaga itu menolaknya. Banchon memiliki peraturan.
Jae Min meminta mereka melepaskan pria itu. Ia akan pergi menemui petugas dan mengatakan bahwa pria itu tidak bersalah. Ada hal yang lain yang terjadi di Sungkyunkwan.
"Apa alasannya?", tanya penjaga. Tanpa alasan yang jelas, mereka tidak bisa menuruti permintaan Jae Min.
"Aku yang melakukannya", ucap Jae Min. Jae Min mengatakan bahwa ia lah yang herbal di dalam daging yang menyebabkan diare.
Para penjaga itu terkejut. Siswa Sungkyunkwan sendiri yang melakukan kesalahan tetapi siswa Sungkyunkwan sendiri yang meminta penangkapan. "Huh... para bangsawan ini...", gumam penjaga kesal.
Jae Min menundukkan kepalanya. Keringat terlihat di dahinya. "Oleh karena itu mohon lepaskan pria ini sekarang", ucapnya lagi. Sebelum pergi, Jae Min melihat ke arah Ma Ri sejenak, kemudian ia berbalik pergi.
--
Di halaman, Shi Woo menemui guru yang bertugas, ia mengaku berbuat kesalahan dan mohon diberikan hukuman. Guru itu bertanya apa kesalahan yang dilakukan oelh Shi Woo.
Scene beralih ke Jae Min yang juga menemui guru yang lain, sepertinya guru yang ini adalah kepala sekolahnya. Kepala sekolah menanyakan apa benar Jae Min melakukan kesalahan. Jae Min hanya meminta maaf. Kepala sekolah itu marah. Ini sama sekali tidak bisa ditolong. Ia bertanya apa alasan Jae Min memasukkan herbal itu ke dalam nasi para siswa.
Tiba-tiba guru yang lain masuk memberitahukan bahwa Shi Woo juga mengakui berbuat kesalahan.
Shi Woo mengakui bahwa ia melakukan kejahatan yang besar, jadi ia mohon agar dikeluarkan dari Sungkyunkwan.
Keesokan paginya, Jae Min terlihat membereskan alat tulisnya. Karena mengakui kesalahan yang dilakukan oleh orang lain dan juga menutupi kesalahan yang dilakukan oleh orang lain, Jae Min dihukum skors selama 2 bulan. Sebelum pergi, Jae Min sempat memandang ke arah sekolahnya sejenak dan menghela nafasnya.
Dari arah belakang, Shi Woo muncul. Ia tersenyum pada Jae Min. Tapi karena masih marah, Jae Min mengacuhkan Shi Woo dan melanjutkan langkahnya.
Jae Min tiba di rumahnya dan pelayan membukakan pintu untuknya. Tidak lama Shi Woo menyusul dan masuk kerumah Jae Min sebelum pintu ditutup oleh pelayan itu. Ibu Jae Min menyapa putranya dan juga Shi Woo.
"Nyonya Yang Pyong, mohon kirim kembali tamu yang tidak diundang ini. Sebarkan juga garam, yang banyak", ucap Jae Min pada ibunya. Lalu ia memandang marah pada Shi Woo. Shi Woo hanya tersenyum tidak peduli. Ia mendekati ibu Jae Min dan memberitahu ibu Jae Min bahwa ia akan tinggal sementara di sana karena dikeluarkan dari Sungkyunkwan. Ibu Jae Min terkejut, ia berpikir Jae Min juga dikeluarkan dari Sungkyunkwan.
"Tidak. Hanya aku saja yang dikeluarkan", sahut Shi Woo. Ia juga meminta ibu Jae Min supaya tidak memberitahu keluarganya bahwa ia menginap di sana. Jika keluarganya mengetahui hal ini, maka hari itu akan menjadi hari terakhir baginya.
Ibu Jae Min terpaksa menerima Shi Woo, walaupun wajahnya terlihat sedikit khawatir.
--
Sementara itu, ayah Jae Min bertemu dengan seseorang. Putri pemilik rumah itu, Ah Ra (belum tahu apakah nama Ah Ra di masa lalu juga sama atau tidak) menghidangkan teh untuk ayahnya dan ayah Jae Min. Ayah Jae Min meminta maaf pada Ah Ra karena telah merepotkan Ah Ra.
Dengan sopan Ah Ra menjawab ia tidak tahu apakah teh yang ia hidangkan sesuai atau tidak dengan selera ayah Jae Min. Ayah Jae Min memuji Ah Ra dengan sempurna. Setelah sedikit basa basi, Ah ra keluar dari ruangan ayahnya.
Ayah Jae Min memuji etika Ah Ra yang sangat sopan. Menurutnya ayah Ah Ra pasti sangat senang memiliki putri seperti Ah Ra. Ayah Ah Ra tertawa senang mendengar pujian ayah Jae Min. Lalu ayah Jae Min mengatakan alasannya mengunjungi ayah Ah Ra, yaitu untuk menyelesaikan pembicaraan mereka yang sebelumnya.
"Saya menunggunya", ucap ayah Ah Ra. Ia merasa senang dengan pembicaraan pernikahan yang dilakukan oleh ayah Jae Min, ia memuji Jae Min adalah siswa yang potensial di Sungkyunkwan dan memiliki moral yang baik. Lalu ia memanggil ayah Jae Min dengan sebutan, "Besan...".
Ayah Jae Min tertawa senang. Ia juga senang karena ayah Ah Ra menerima pembicaraan pernikahan itu dan memanggil ayah Ah Ra dengan, "Besan...", juga. Dan mereka berdua tertawa senang.
--
Di rumahnya, Jae Min masih tidak konsentrasi belajar. Ia menghela nafasnya dan tiba-tiba mendapat ide.
Seorang pelayan memberitahukan ibu Jae Min bahwa Jae Min ingin makan bimbimbap dari daging mentah. Ibu Jae Min bingung karena dari kecil Jae Min sama sekali tidak pernah makan daging mentah.
Pelayan itu mengatakan mungkin selera tuan muda berubah, ia bahkan ingin ikut pergi ke pasar untuk memastikan mendapat potongan daging yang bagus.
"Aku akan mengurus hal ini", ucap ibu Jae Min.
Di pasar, ibu Jae Min sedang menunggu ayah Ma Ri memotong daging. Sedangkan Jae Min berdiri agak jauh, membelakangi ayah Ma Ri. Ibu menoleh ke arah Jae Min, Jae Min menyadari tatapan ibunya dan tersenyum masam. Lalu Jae Min melihat ke sekeliling pasar, mencari keberadaan Ma Ri. Sayangnya, sampai daging selesai dipotong, Ma Ri tidak juga muncul. Jae Min menghela nafasnya, kecewa.
--
Ibu Jae Min menghidangkan bimbimbap dengan potongan daging mentah di atasnya untuk Jae Min. Ia mempersilahkan Jae Min makan. Dengan gugup, Jae Min mengambil sendoknya. Tiba-tiba ia mendapat ide, meminta ibunya untuk mengambilkan nasi yang hangus untuknya. Ibu tertawa, ia lupa membawakannya untuk Jae Min. Lalu ia keluar dari kamar Jae Min.
Setelah ibunya keluar, Jae Min menguatkan tekadnya, mencoba makan daging mentah. Tiba-tiba ia merasa mual.
Akhirnya ia menyerah dan membawa mangkuk dagingnya keluar dan memberikannya pada anjing di rumahnya. Ia menyuruh anjing itu untuk cepat-cepat menghabiskan makanannya. Tiba-tiba dari arah belakang, ibu datang dan bertanya apa yang dilakukan Jae Min di sana.
Jae Min terkejut dan langsung menduduki mangkuk bimbimbapnya dan sambil pura-pura tertawa ia mengatakan bahwa ia sangat merindukan Poong Yi, anjing mereka. Ibu memandang Jae Min heran.
Jae Min terlihat berjalan di hutan. Ia membawa kain di tangannya. Sepertinya kain itu adalah bajunya yang kotor setelah duduk di atas bimbimbap. Ia melihat Ma Ri di di sana. Ia memandang Ma Ri lama.
Jae Min tersadar dan mendekati Ma Ri, ia bertanya dimana tempat mencuci pakaian.
Ma Ri menoleh. "Apa?", tanya Ma Ri tidak mengerti.
Jae Min mengatakan bahwa orang yang menyebabkan masalah harus menyelesaikannya. Karena Ma Ri yang menyebabkan bajunya kotor, maka Ma Ri harus membersihkan untuknya. Ma Ri memandang Jae Min dengan bingung.
Tapi kemudian Ma Ri mengantarkan Jae Min ke tempat yang biasanya digunakan untuk mencuci. Jae Min jongkok dan mengucek bajunya. Sementara itu Ma Ri jongkok di sebelahnya. Ma Ri memandang Jae Min dan kemudian tersenyum.
Lalu ia membantu Jae Min mencuci. Tidak sengaja tangan Ma Ri bersentuhan dengan tangan Jae Min.
Jae Min tertegun dan berhenti menggosok bajunya.
Ma Ri tidak menyadari perubahan Jae Min. Ia berkata sepertinya Jae Min tidak terbiasa mencuci. Jae Min tidak menjawab. Ma Ri masih mengucek pakaian dan tangannya sesekali masih bersentuhan dengan tangan Jae Min. Lalu tiba-tiba Jae Min menggenggam tangan Ma Ri. Ma Ri terkejut dan memandang Jae Min, begitu juga dengan Jae Min, ia memandang Ma Ri intens.
Tiba-tiba Jae Min tersadar.
O... ternyata itu cuma khayalan Jae Min saja. Jae Min menarik tangannya dan duduk mematung.
Ma Ri mengucapkan terima kasih pada Jae Min, karena telah melepaskan ayahnya, walaupun itu bukan kesalahan Jae Min. Ia mendengar bahwa seorang siswa yang dikeluarkan dari Sungkyunkwan yang melakukannya.
Jae Min salah tingkah dan berdehem. Ia mengatakan bahwa dengan begitu ia sudah membayar hutangnya pada Ma Ri. Ma Ri melihat Jae Min, tidak mengerti. "Kau yang mengeluarkan racun ketika aku digigit ular", jelas Jae Min.
Ma Ri terkejut karena Jae Min lah orang yang ditolongnya waktu itu. Tapi yang diingat Ma Ri bukanlah siapa yang ditolong tetapi perubahan dirinya ketika menolong Jae Min waktu itu. Ma Ri terlihat takut dan bergeser, agak menjauh dari Jae Min. Khawatir Jae Min mengetahui rahasianya.
Jae Min bertanya apa yang dilihat oleh Ma Ri di bawah pohon tadi. "Bintang", jawab Ma Ri.
Sambil menunggu pakaiannya kering, Jae Min duduk bersebelahan dengan Ma Ri di atas batu yang besar. Jae Min tidak mengerti bagaimana mereka bisa melihat bintang di siang hari. Ma Ri hanya menjawab, "Jika kau menunggu, kau akan melihatnya".
Jae Min tertegun, memandang Ma Ri yang asik melihat ke arah langit dari samping. Ia tersadar dan mengalihkan pandangannya ke arah yang lain. Kemudian ia malah memarahi Ma Ri yang berani membohongi seorang bangsawan. Ma Ri melihat ke arah Jae Min. Jae Min berkata, "Kau terlahir di keluarga biasa, apa kau berpikir aku kasar?".
"Tidak sama sekali", Ma Ri kembali memandang langit. Ia berkata ia lahir di Banchon dan terlahir dari keluarga tukang daging. Oleh karena itu ia juga tukang daging. Jika Jae Min memanggilnya rendahan, itu lah cara Jae Min menilai dirinya.
"Apa kau tidak menyesal terlahir dari keluarga rendahan?".
Ternyata bagi Ma Ri, hal itu sama sekali bukan masalah. Apa pun status yang dimilikinya sekarang, itu adalah pemberian langit. Jika seorang yang istimewa memandang dirinya sendiri rendah, maka ia akan menjadi orang rendahan. "Tetapi sebagai orang rendahan sepertiku, aku menilai diriku sendiri berharga, bukankah itu berarti aku menjadi berharga?", Ma Ri bertanya balik pada Jae Min.
Jae Min terdiam, tidak bisa menjawab pertanyaan Ma Ri. Tiba-tiba Ma Ri memberitahukan bahwa ia melihat bintang. Jae Min menengadahkan kepalanya, melihat ke arah yang ditunjuk Ma Ri. Terlihat sinar matahari yang terang di sela-sela dedaunan.
--
Shi Woo ada di sebuah tempat pertarungan illegal. Ia menutupi sebagian wajahnya dengan kain. Di pojok ring, seorang pria berbadan besar, menatap sangar pada Shi Woo, siap menerkam Shi Woo. Sementara para penonton, berteriak antusias. Salah seorang petugas mengumpulkan uang dari penonton. "Dol Pa! Dol Pa!", teriak para penonton.
Tiba-tiba dari arah belakang, seorang pria datang dan memukul kepala petugas itu. Ia adalah vampir yang hampir tertangkap di awal episode ini. Vampir itu bertanya berapa yang uang yang berhasil dikumpulkan. Petugas itu tidak menjawab. Vampir itu mencekik leher petugas itu, memarahinya. Ia hanya tidak datang selama sepuluh hari, tetapi sekarang petugas itu membiarkan orang seperti itu bertanding. Vampir itu menunjuk ke arah Shi Woo. "Apa kau ingin membuatku bangkrut?", teriaknya.
"Bicara setelah kau melihat aksinya", petugas itu berusaha membela diri. Vampir itu tidak mau menerima alasan. Ia menuduh petugas itu menerima suap. Lalu ia memasukkan uang koin ke mulut petugas itu.
Pertandingan akan mulai. Pria besar itu berdiri dan bertanya apakah Shi Woo itu laki-laki atau perempuan? Shi Woo tersenyum, tidak menjawab. Ia malah mengejek pria besar itu. Tidak lama kemudian lonceng tanda pertandingan dimulai dibunyikan. Shi Woo dan pria itu mulai bertarung. Walaupun Shi Woo berbadan lebih kecil, tapi itu membuatnya lebih gesit. Pria berbadan besar itu berhasil mengangkat Shi Woo dan membantingnya ke tanah.
Para penonton terkejut dan terdiam sesaat. Dengan cepat Shi Woo kembali bangun dan merunduk melewati kedua kaki pria berbadan besar itu dan kemudian menendang kepalanya dari arah belakang. Pria besar itu ambruk, tidak bangun lagi. Seorang penonton memandang tertarik pada Shi Woo, begitu juga dengan vampir itu.
Setelah memenangkan pertarungan, Shi Woo dengan cepat berlari keluar ring.
--
Shi Woo pulang dengan wajah yang gembira karena membawa uang yang banyak. Di tempat yang berbeda, Ma Ri pulang sendirian menenteng daging di tangannya dan sedotan bambu ditangan yang lain. Beberapa pria menghadangnya. Awalnya Ma Ri berusaha cuek dan meneruskan langkahnya. Mereka menghadang Ma Ri, meminta daging yang dibawa oleh Ma Ri.
Dengan berani, Ma Ri menolaknya. Ia mengatakan bahwa daging itu adalah pesanan penting dari Gawhibang. Mereka kesal karena Ma Ri menolak, apalagi Ma Ri berani menatap mereka. "Ayo, kita beri dia pelajaran".
Kebetulan Shi Woo lewat tidak jauh dari tempat Ma Ri. Ma Ri berbalik, memilih jalan yang lain. Ternyata ada tiga orang lagi yang menghadang Ma Ri. Ma Ri mundur perlahan, sementara 6 orang pria mengelilinginya. Shi Woo masih mengawasi dari jauh. Ma Ri mengangkat serulingnya dan mengarahkan pada salah seorang penjahat. Penjahat itu kesal dan akan merampas seruling itu dari tangan Ma Ri.
Ma Ri berhasil mengecoh penjahat itu dengan cara memutarkan tangannya dengan cepat, sehingga penjahat itu gagal merampas seruling itu. Ia kembali mengacungkan ke arah penjahat itu.
Tiba-tiba penjahat itu menyerang, dengan cepat Ma Ri memukul penjahat itu beserta komplotannya dengan seruling yang ada di tangannya itu. (Ma Ri keren banget di sini...). Shi Woo tersenyum kagum melihat keahlian Ma Ri.
Ma Ri berhasil memukul semua penjahat itu dan kembali mengacungkan bambu itu pada mereka. Mereka berniat untuk maju lagi dan akan menyerang Ma Ri. Tiba-tiba Shi Woo muncul, berdiri di antara Ma Ri dan para penjahat. Melihat Shi Woo muncul, dengan cepat Ma Ri mundur dan pergi dari sana.
"Minggir, tuan!", ucap mereka pada Shi Woo. Shi Woo memakai baju yang menandakan ia adalah bangsawan.
"Sepertinya aku tidak bisa", jawab Shi Woo.
Penjahat itu mengatakan jika Shi Woo terlibat dengan mereka, maka kemungkinan tubuh Shi Woo yang berharga itu akan kotor. Ma Ri berhenti sebentar dan menoleh ke arah Shi Woo.
Shi Woo mengatakan di jaman Joseon ini ada aturan untuk kelas tinggi dan kelas rendahan. Tapi anggap saja itu tidak ada. Shi Woo menantang para penjahat itu untuk melawannya.
"Kau akan terluka", ucap salah satu penjahat, berjalan mendekati Shi Woo. Shi Woo melempar uang koin yang dipegangnya ke arah penjahat itu. Penjahat itu menangkapnya, ia terkejut, banyak sekali uangnya. "Untuk pengobatanmu", sahut Shi Woo. Lalu dengan cepat, Shi Woo memukul mereka semua.
Ma Ri masih melihat ke arah Shi Woo. Kemudian ia tersadar dan berlalu pergi. "Seorang tukang daging?", gumam Shi Woo. Lalu ia tersenyum.
--
Jae Min sedang bertemu dengan ayahnya. Sepertinya ayah menyampaikan rencana pernikahan yang sudah dibuatnya pada Jae Min. Dengan takut-takut, Jae Min menolaknya dengan halus. Ia merasa pernikahan masih terlalu cepat untuknya.
"Aku yang memutuskan berapa umur yang tepat untuk menikah", potong ayah Jae Min.
"Ayah...".
"Apa kau akan mengakhiri keturunan keluarga ini?", tanya ayahnya lagi. Untuk seseorang yang lemah seperti Jae Min, ia tidak bisa berharap Jae Min akan bisa masuk ke sekolah beladiri. Calon mertua Jae Min itu adalah pejabat tingkat tinggi yang memiliki hubungan dengan ratu. Keluarga calon istri Jae Min sudah menghasilkan banyak prajurit dan putrinya memiliki kualifikasi yang bagus bahkan melebihi Jae Min.
Jae Min mencoba mengatakan keberatannya. Tetapi ucapannya dipotong lagi oleh ayahnya. Ayah berkata bahwa ia tidak bisa bertemu dengan leluhur mereka, Dan tahukah Jae Min bahwa pernikahan ini merupakan kesempatan Jae Min yang terakhir untuk mempertahankan nama baik keluarga?
"Aku tidak bisa", jawab Jae Min gemetar.
"Sebagai putra tertua, apa yang sudah kau lakukan?", tuntut ayah Jae Min. Jae Min terdiam. Ayah menghela nafasnya dan berpaling. Ia tetap pada keputusannya, memerintahkan Jae Min untuk menikah dan meneruskan keturunan keluarga mereka, hanya itu yang bisa ia harapkan dari Jae Min.
Jae Min keluar dari kamar ayahnya dengan lesu. Di halaman ia bertemu dengan Shi Woo. Shi Woo seperti mengetahui Jae Min yang lagi galau bertanya apa yng bisa ia lakukan untuk Jae Min malam ini, hanya mereka berdua saja.
--
Kemudian terlihat Jae Min dan Shi Woo duduk di depan sebuah gubuk. "Dua pria muda berdarah panas duduk dan mengamati bintang bukanlah suatu hal uang buruk", ucap Shi Hoo.
Jae Min hanya tersenyum, tidak mengatakan apa pun. Shi Woo ingin tahu mengapa Jae Min tidak mengatakan saja alasannya menolak pernikahan itu. Hanya masalah waktu saja, keluarga mengatur pernikahan kita dan kita hanya bisa menerimanya sebagai aturan dan hidup kita, bukan? Apalagi menurut Shi Woo Jae Min adalah orang yang sangat patuh pada ayahnya. "Siapa yang ada dalam pikiranmu?", tanya Shi Woo.
Jae Min tidak menjawab. Shi Woo mengakui bahwa ia memiliki seseorang di dalam pikirannya juga. Ia bertemu dengan seseorang yang ingin ia nikahi. Ia tahu gadis itulah orangnya.
Jae Min terlihat tertarik dengan ucapan Shi Woo, ingin mengetahui lebih lanjut. Shi Woo menoleh pada Jae Min, "Kau juga bukan? Siapa gadis yang ada dihatimu?".
Jae Min tersenyum dan menengadah, melihat ke arah bintang. "Dia seperti daun yang liar atau bunga yang liar. Pertama kali bertemu, ia terlihat seperti tidak berasal dari dunia ini".
Shi Woo tertawa. Ia juga merasakan hal yang sama seperti Jae Min. Semangatnya benar-benar sangat luar biasa.
"Seperti semangat sebuah pohon", sambung Jae Min. "Aku bertemu dengan seorang gadis yang mengamati bintang di siang hari". Jae Min dan Shi Woo, sama-sama tersenyum memandang bintang, sama-sama mengingat sosok Ma Ri.
Bersambung...
Komentar :
Jeongmal mianhe... Sinopsisnya agak lama keluar. Banyak halangan di sana sini. Cuaca di Bandung benar-benar bikin batuk dan pilek awet... Berharap segera sembuh dan juga untuk readers Kdramastory, sehat terus ya... Jangan lupa minum air putih yang banyak dan juga minum suplemen. Biar daya tahan tubuhnya kuat.
Di episode ini, banyak sekali karakter baru yang tidak dijelaskan siapa namanya. Agak bingung juga sih cara menyebutkannya siapa. Cerita di masa Joseon ini belum terlihat hubungannya dengan cerita di masa sekarang. Tapi mungkin di episode ke depan, kita akan mengerti jalan ceritanya. Jadi kita liat aja dulu ya...
Di masa lalu, Shi Hoo memiliki sifat yang ceria dan bandel. Ia juga berteman dekat dengan Jae Min. Berbeda dengan Jae Min, di sini Jae Min walaupun tetap sama-sama pintar, tetapi ia terlihat tertekan. Seperti takut dengan ayahnya sekaligus merasa bersalah karena tidak bisa menjadi seperti yang diinginkan oleh ayahnya.
Tanpa mereka sadari, Jae Min dan Shi Hoo membicarakan gadis yang sama. Mereka menyukai gadis yang sama. Apa sikap Shi Hoo setelah mengetahui Jae Min juga menyukai gadis yang sama dengannya? Jae Min sendiri sepertinya akan mempertahankan Ma Ri. Begitu juga dengan Ma Ri. Sepertinya ia akan memilih Jae Min. Sama seperti di masa sekarang.
Bagaimana cerita Orange Marmalade selanjutnya? Gidaryeo...
[Sinopsis Orange Marmalade Episode 6]
All images credit : KBS2
Sinopsis Orange Marmalade Episode 5 Part 2
![]() |
Credit : KBS2 |
--
Sun Hwa, ibu Ma Ri, berkumpul dengan beberapa orang temannya, termasuk juga pria tua buta itu. Pria tua itu mengatakan 4 hari adalah batas maksimum untuk bertahan tanpa mengkonsumsi darah. Sementara Seung Hoon dihukum selama 10 hari.
Salah seorang dari vampir mengatakan yang lebih penting saat ini adalah obat sakti itu. Jika obat itu tidak dikonsumsi secara rutin setiap tiga hari, Seung Hoon tidak akan mampu bertahan terhadap cahaya matahari.
Sun Hwa menghela nafasnya. Ia sangat mengkhawatirkan suaminya. "Oleh sebab itulah kita harus melakukan sesuatu", sahut vampir yang lain. Ia mengatakan bahwa mereka pernah menyelamatkan vampir yang lain dalam waktu 2 hari.
Vampir yang lain tidak begitu setuju. Kasus yang dulu mereka selamatkan berbeda dengan kasus Seung Hoon sekarang. Kali ini adalah kasus Sungkyunkwan. Mereka tidak akan membiarkan hal ini begitu saja. Wajah Sun Hwa terlihat tidak enak, merasa bersalah pada teman-temannya.
"Perintah menyebutkan bahwa tidak boleh memberikannya air selama 10 hari", sahut pria tua itu. "Apa yang harus kita lakukan?".
Sun Hwa meminta teman-temannya untuk tidak khawatir. Ia tidak akan memaksa ataupun membuat ketidaknyamanan bagi klan mereka. Ia berjanji bahwa ia akan mencari jalan keluar dalam tiga hari kedepan. Pilihan yang terburuk yang harus ia lakukan adalah ia harus meninggalkan Banchon.
Mereka semua terkejut mendengar keputusan Sun Hwa. "Bagaiman bisa? Kalian adalah petugas di Banchon. Kemana kalian akan pergi setelah meninggalkan kami?", ucap pria tua buta itu. Sun Hwa tidak bisa menjawab.
Sementara diluar, sepertinya Ma Ri mendengar semua pembicaraan ibunya dengan teman-temannya itu.
--
Shi Woo masuk ke dalam kamar. Ia duduk di depan Jae Min. "Keadaan ini kaulah penyebabnya", ucap Jae Min menahan marah.
"Apa?", tanya Shi Woo cuek.
Flashback ketika Shi Woo mengatakan beberapa hari lagi adalah hari daging. Ia meminta Jae Min untuk tidak memakannya sama sekali. "Kenapa?", tanya Jae Min. "Ada aja", jawab Shi Woo, tersenyum penuh rahasia.
Flashback end.
Jae Min mengatakan pada hari daging, obat-obatan habis di Gargo, Haeyuk, dan Baechul. Dan juga pintu toilet rusak.
"Wah, bahkan pintu toilet pun rusak", Shi Woo menanggapinya tidak serius. Ia mengatakan jika ia menambahkan Hanmyon, kekacauannya akan lebih besar.
"Apa?".
Shi Woo menambahkan bahwa ia meletakkan obat herbal ke dalam tempat nasi, sehingga membuat orang-orang menjadi mulas dan buang air besar dengan mudah.
Jae Min terlihat marah pada Shi Woo. Menurutnya candaan Shi Woo sudah kelewatan. Shi Woo tidak peduli. Dan sepertinya di sini Shi Woo memang terlihat agak mabuk. Ia mengatakan bahwa ia melakukannya agar para siswa tidak terlalu fokus pada pelajaran. Sungguh baik jika sesuatu di dalam tubuh bisa dikeluarkan. "Ini menyenangkan", ucap Shi Woo sambil mendekat ke arah Jae Min.
Jae Min mencengkeram kerah baju Shi Woo. "Han Shi Woo, hal yang menyenangkan yang kau lakukan itu menyebabkan seseorang yang tidak bersalah dihukum. Tidakkah kau memikirkan itu?".
Shi Woo melepaskan tangan Jae Min dari kerah bajunya. Tidak sengaja, Jae Min melihat luka lebam di dekat leher Shi Woo. Jae Min bertanya ada apa. Shi Woo mengelak dan mengatakan tidak ada apa-apa, dan menarik kembali kerah bajunya, menutupi lukanya.
Jae Min tidak mau mendengar alasan Shi Woo. Ia menuntut Shi Woo untuk bicara sejujurnya. Sebenarnya apa yang dilakukannya, seharusnya saat ini Shi Woo fokus belajar untuk ujian kelulusannya. Dengan kemampuannya yang sekarang, Shi Woo bahkan tidak bisa mengambil ujian reguler.
Shi Woo memandang Jae Min. Ia berkata bahwa ia tidak memiliki keinginan untuk mengambil semua ujian itu termasuk ujian negara. Jika ia mengambil ujian itu dan lulus, maka ia tidak bisa mengontrol kehidupannya sendiri lagi.
Jae Min terkejut mendengar keputusan Shi Woo.
--
Ma Ri mendatangi tempat ayahnya diikat. Ia melihat dua penjaga itu tertidur. Perlahan ia mendekati ayahnya dan berbisik memanggil ayahnya.
Seung Hoon membuka matanya dan memanggil Ma Ri. Ma Ri membuka botol yang dibawanya dan akan meminumkan pada ayahnya. Tiba-tiba gagak yang terbang di atas mereka bersuara keras, membangunkan dua penjaga itu. Penjaga itu melihat Ma Ri dan menarik Ma Ri sampai terjatuh dan botol obat ayahnya tumpah di tanah.
Ma Ri memohon pada penjaga itu, satu teguk saja.
Penjaga itu marah dan menarik baju Ma Ri, "Gadis ini, apa kau mau diikat juga?".
"Lepaskan dia", teriak Jae Min. "Dan lepaskan juga pria itu".
Penjaga itu menolaknya. Banchon memiliki peraturan.
Jae Min meminta mereka melepaskan pria itu. Ia akan pergi menemui petugas dan mengatakan bahwa pria itu tidak bersalah. Ada hal yang lain yang terjadi di Sungkyunkwan.
"Apa alasannya?", tanya penjaga. Tanpa alasan yang jelas, mereka tidak bisa menuruti permintaan Jae Min.
"Aku yang melakukannya", ucap Jae Min. Jae Min mengatakan bahwa ia lah yang herbal di dalam daging yang menyebabkan diare.
Para penjaga itu terkejut. Siswa Sungkyunkwan sendiri yang melakukan kesalahan tetapi siswa Sungkyunkwan sendiri yang meminta penangkapan. "Huh... para bangsawan ini...", gumam penjaga kesal.
Jae Min menundukkan kepalanya. Keringat terlihat di dahinya. "Oleh karena itu mohon lepaskan pria ini sekarang", ucapnya lagi. Sebelum pergi, Jae Min melihat ke arah Ma Ri sejenak, kemudian ia berbalik pergi.
--
Di halaman, Shi Woo menemui guru yang bertugas, ia mengaku berbuat kesalahan dan mohon diberikan hukuman. Guru itu bertanya apa kesalahan yang dilakukan oelh Shi Woo.
Scene beralih ke Jae Min yang juga menemui guru yang lain, sepertinya guru yang ini adalah kepala sekolahnya. Kepala sekolah menanyakan apa benar Jae Min melakukan kesalahan. Jae Min hanya meminta maaf. Kepala sekolah itu marah. Ini sama sekali tidak bisa ditolong. Ia bertanya apa alasan Jae Min memasukkan herbal itu ke dalam nasi para siswa.
Tiba-tiba guru yang lain masuk memberitahukan bahwa Shi Woo juga mengakui berbuat kesalahan.
Shi Woo mengakui bahwa ia melakukan kejahatan yang besar, jadi ia mohon agar dikeluarkan dari Sungkyunkwan.
Keesokan paginya, Jae Min terlihat membereskan alat tulisnya. Karena mengakui kesalahan yang dilakukan oleh orang lain dan juga menutupi kesalahan yang dilakukan oleh orang lain, Jae Min dihukum skors selama 2 bulan. Sebelum pergi, Jae Min sempat memandang ke arah sekolahnya sejenak dan menghela nafasnya.
Dari arah belakang, Shi Woo muncul. Ia tersenyum pada Jae Min. Tapi karena masih marah, Jae Min mengacuhkan Shi Woo dan melanjutkan langkahnya.
Jae Min tiba di rumahnya dan pelayan membukakan pintu untuknya. Tidak lama Shi Woo menyusul dan masuk kerumah Jae Min sebelum pintu ditutup oleh pelayan itu. Ibu Jae Min menyapa putranya dan juga Shi Woo.
"Nyonya Yang Pyong, mohon kirim kembali tamu yang tidak diundang ini. Sebarkan juga garam, yang banyak", ucap Jae Min pada ibunya. Lalu ia memandang marah pada Shi Woo. Shi Woo hanya tersenyum tidak peduli. Ia mendekati ibu Jae Min dan memberitahu ibu Jae Min bahwa ia akan tinggal sementara di sana karena dikeluarkan dari Sungkyunkwan. Ibu Jae Min terkejut, ia berpikir Jae Min juga dikeluarkan dari Sungkyunkwan.
"Tidak. Hanya aku saja yang dikeluarkan", sahut Shi Woo. Ia juga meminta ibu Jae Min supaya tidak memberitahu keluarganya bahwa ia menginap di sana. Jika keluarganya mengetahui hal ini, maka hari itu akan menjadi hari terakhir baginya.
Ibu Jae Min terpaksa menerima Shi Woo, walaupun wajahnya terlihat sedikit khawatir.
--
Sementara itu, ayah Jae Min bertemu dengan seseorang. Putri pemilik rumah itu, Ah Ra (belum tahu apakah nama Ah Ra di masa lalu juga sama atau tidak) menghidangkan teh untuk ayahnya dan ayah Jae Min. Ayah Jae Min meminta maaf pada Ah Ra karena telah merepotkan Ah Ra.
Dengan sopan Ah Ra menjawab ia tidak tahu apakah teh yang ia hidangkan sesuai atau tidak dengan selera ayah Jae Min. Ayah Jae Min memuji Ah Ra dengan sempurna. Setelah sedikit basa basi, Ah ra keluar dari ruangan ayahnya.
Ayah Jae Min memuji etika Ah Ra yang sangat sopan. Menurutnya ayah Ah Ra pasti sangat senang memiliki putri seperti Ah Ra. Ayah Ah Ra tertawa senang mendengar pujian ayah Jae Min. Lalu ayah Jae Min mengatakan alasannya mengunjungi ayah Ah Ra, yaitu untuk menyelesaikan pembicaraan mereka yang sebelumnya.
"Saya menunggunya", ucap ayah Ah Ra. Ia merasa senang dengan pembicaraan pernikahan yang dilakukan oleh ayah Jae Min, ia memuji Jae Min adalah siswa yang potensial di Sungkyunkwan dan memiliki moral yang baik. Lalu ia memanggil ayah Jae Min dengan sebutan, "Besan...".
Ayah Jae Min tertawa senang. Ia juga senang karena ayah Ah Ra menerima pembicaraan pernikahan itu dan memanggil ayah Ah Ra dengan, "Besan...", juga. Dan mereka berdua tertawa senang.
--
Di rumahnya, Jae Min masih tidak konsentrasi belajar. Ia menghela nafasnya dan tiba-tiba mendapat ide.
Seorang pelayan memberitahukan ibu Jae Min bahwa Jae Min ingin makan bimbimbap dari daging mentah. Ibu Jae Min bingung karena dari kecil Jae Min sama sekali tidak pernah makan daging mentah.
Pelayan itu mengatakan mungkin selera tuan muda berubah, ia bahkan ingin ikut pergi ke pasar untuk memastikan mendapat potongan daging yang bagus.
"Aku akan mengurus hal ini", ucap ibu Jae Min.
Di pasar, ibu Jae Min sedang menunggu ayah Ma Ri memotong daging. Sedangkan Jae Min berdiri agak jauh, membelakangi ayah Ma Ri. Ibu menoleh ke arah Jae Min, Jae Min menyadari tatapan ibunya dan tersenyum masam. Lalu Jae Min melihat ke sekeliling pasar, mencari keberadaan Ma Ri. Sayangnya, sampai daging selesai dipotong, Ma Ri tidak juga muncul. Jae Min menghela nafasnya, kecewa.
--
Ibu Jae Min menghidangkan bimbimbap dengan potongan daging mentah di atasnya untuk Jae Min. Ia mempersilahkan Jae Min makan. Dengan gugup, Jae Min mengambil sendoknya. Tiba-tiba ia mendapat ide, meminta ibunya untuk mengambilkan nasi yang hangus untuknya. Ibu tertawa, ia lupa membawakannya untuk Jae Min. Lalu ia keluar dari kamar Jae Min.
Setelah ibunya keluar, Jae Min menguatkan tekadnya, mencoba makan daging mentah. Tiba-tiba ia merasa mual.
Akhirnya ia menyerah dan membawa mangkuk dagingnya keluar dan memberikannya pada anjing di rumahnya. Ia menyuruh anjing itu untuk cepat-cepat menghabiskan makanannya. Tiba-tiba dari arah belakang, ibu datang dan bertanya apa yang dilakukan Jae Min di sana.
Jae Min terkejut dan langsung menduduki mangkuk bimbimbapnya dan sambil pura-pura tertawa ia mengatakan bahwa ia sangat merindukan Poong Yi, anjing mereka. Ibu memandang Jae Min heran.
Jae Min terlihat berjalan di hutan. Ia membawa kain di tangannya. Sepertinya kain itu adalah bajunya yang kotor setelah duduk di atas bimbimbap. Ia melihat Ma Ri di di sana. Ia memandang Ma Ri lama.
Jae Min tersadar dan mendekati Ma Ri, ia bertanya dimana tempat mencuci pakaian.
Ma Ri menoleh. "Apa?", tanya Ma Ri tidak mengerti.
Jae Min mengatakan bahwa orang yang menyebabkan masalah harus menyelesaikannya. Karena Ma Ri yang menyebabkan bajunya kotor, maka Ma Ri harus membersihkan untuknya. Ma Ri memandang Jae Min dengan bingung.
Tapi kemudian Ma Ri mengantarkan Jae Min ke tempat yang biasanya digunakan untuk mencuci. Jae Min jongkok dan mengucek bajunya. Sementara itu Ma Ri jongkok di sebelahnya. Ma Ri memandang Jae Min dan kemudian tersenyum.
Lalu ia membantu Jae Min mencuci. Tidak sengaja tangan Ma Ri bersentuhan dengan tangan Jae Min.
Jae Min tertegun dan berhenti menggosok bajunya.
Ma Ri tidak menyadari perubahan Jae Min. Ia berkata sepertinya Jae Min tidak terbiasa mencuci. Jae Min tidak menjawab. Ma Ri masih mengucek pakaian dan tangannya sesekali masih bersentuhan dengan tangan Jae Min. Lalu tiba-tiba Jae Min menggenggam tangan Ma Ri. Ma Ri terkejut dan memandang Jae Min, begitu juga dengan Jae Min, ia memandang Ma Ri intens.
Tiba-tiba Jae Min tersadar.
O... ternyata itu cuma khayalan Jae Min saja. Jae Min menarik tangannya dan duduk mematung.
Ma Ri mengucapkan terima kasih pada Jae Min, karena telah melepaskan ayahnya, walaupun itu bukan kesalahan Jae Min. Ia mendengar bahwa seorang siswa yang dikeluarkan dari Sungkyunkwan yang melakukannya.
Jae Min salah tingkah dan berdehem. Ia mengatakan bahwa dengan begitu ia sudah membayar hutangnya pada Ma Ri. Ma Ri melihat Jae Min, tidak mengerti. "Kau yang mengeluarkan racun ketika aku digigit ular", jelas Jae Min.
Ma Ri terkejut karena Jae Min lah orang yang ditolongnya waktu itu. Tapi yang diingat Ma Ri bukanlah siapa yang ditolong tetapi perubahan dirinya ketika menolong Jae Min waktu itu. Ma Ri terlihat takut dan bergeser, agak menjauh dari Jae Min. Khawatir Jae Min mengetahui rahasianya.
Jae Min bertanya apa yang dilihat oleh Ma Ri di bawah pohon tadi. "Bintang", jawab Ma Ri.
Sambil menunggu pakaiannya kering, Jae Min duduk bersebelahan dengan Ma Ri di atas batu yang besar. Jae Min tidak mengerti bagaimana mereka bisa melihat bintang di siang hari. Ma Ri hanya menjawab, "Jika kau menunggu, kau akan melihatnya".
Jae Min tertegun, memandang Ma Ri yang asik melihat ke arah langit dari samping. Ia tersadar dan mengalihkan pandangannya ke arah yang lain. Kemudian ia malah memarahi Ma Ri yang berani membohongi seorang bangsawan. Ma Ri melihat ke arah Jae Min. Jae Min berkata, "Kau terlahir di keluarga biasa, apa kau berpikir aku kasar?".
"Tidak sama sekali", Ma Ri kembali memandang langit. Ia berkata ia lahir di Banchon dan terlahir dari keluarga tukang daging. Oleh karena itu ia juga tukang daging. Jika Jae Min memanggilnya rendahan, itu lah cara Jae Min menilai dirinya.
"Apa kau tidak menyesal terlahir dari keluarga rendahan?".
Ternyata bagi Ma Ri, hal itu sama sekali bukan masalah. Apa pun status yang dimilikinya sekarang, itu adalah pemberian langit. Jika seorang yang istimewa memandang dirinya sendiri rendah, maka ia akan menjadi orang rendahan. "Tetapi sebagai orang rendahan sepertiku, aku menilai diriku sendiri berharga, bukankah itu berarti aku menjadi berharga?", Ma Ri bertanya balik pada Jae Min.
Jae Min terdiam, tidak bisa menjawab pertanyaan Ma Ri. Tiba-tiba Ma Ri memberitahukan bahwa ia melihat bintang. Jae Min menengadahkan kepalanya, melihat ke arah yang ditunjuk Ma Ri. Terlihat sinar matahari yang terang di sela-sela dedaunan.
--
Shi Woo ada di sebuah tempat pertarungan illegal. Ia menutupi sebagian wajahnya dengan kain. Di pojok ring, seorang pria berbadan besar, menatap sangar pada Shi Woo, siap menerkam Shi Woo. Sementara para penonton, berteriak antusias. Salah seorang petugas mengumpulkan uang dari penonton. "Dol Pa! Dol Pa!", teriak para penonton.
Tiba-tiba dari arah belakang, seorang pria datang dan memukul kepala petugas itu. Ia adalah vampir yang hampir tertangkap di awal episode ini. Vampir itu bertanya berapa yang uang yang berhasil dikumpulkan. Petugas itu tidak menjawab. Vampir itu mencekik leher petugas itu, memarahinya. Ia hanya tidak datang selama sepuluh hari, tetapi sekarang petugas itu membiarkan orang seperti itu bertanding. Vampir itu menunjuk ke arah Shi Woo. "Apa kau ingin membuatku bangkrut?", teriaknya.
"Bicara setelah kau melihat aksinya", petugas itu berusaha membela diri. Vampir itu tidak mau menerima alasan. Ia menuduh petugas itu menerima suap. Lalu ia memasukkan uang koin ke mulut petugas itu.
Pertandingan akan mulai. Pria besar itu berdiri dan bertanya apakah Shi Woo itu laki-laki atau perempuan? Shi Woo tersenyum, tidak menjawab. Ia malah mengejek pria besar itu. Tidak lama kemudian lonceng tanda pertandingan dimulai dibunyikan. Shi Woo dan pria itu mulai bertarung. Walaupun Shi Woo berbadan lebih kecil, tapi itu membuatnya lebih gesit. Pria berbadan besar itu berhasil mengangkat Shi Woo dan membantingnya ke tanah.
Para penonton terkejut dan terdiam sesaat. Dengan cepat Shi Woo kembali bangun dan merunduk melewati kedua kaki pria berbadan besar itu dan kemudian menendang kepalanya dari arah belakang. Pria besar itu ambruk, tidak bangun lagi. Seorang penonton memandang tertarik pada Shi Woo, begitu juga dengan vampir itu.
Setelah memenangkan pertarungan, Shi Woo dengan cepat berlari keluar ring.
--
Shi Woo pulang dengan wajah yang gembira karena membawa uang yang banyak. Di tempat yang berbeda, Ma Ri pulang sendirian menenteng daging di tangannya dan sedotan bambu ditangan yang lain. Beberapa pria menghadangnya. Awalnya Ma Ri berusaha cuek dan meneruskan langkahnya. Mereka menghadang Ma Ri, meminta daging yang dibawa oleh Ma Ri.
Dengan berani, Ma Ri menolaknya. Ia mengatakan bahwa daging itu adalah pesanan penting dari Gawhibang. Mereka kesal karena Ma Ri menolak, apalagi Ma Ri berani menatap mereka. "Ayo, kita beri dia pelajaran".
Kebetulan Shi Woo lewat tidak jauh dari tempat Ma Ri. Ma Ri berbalik, memilih jalan yang lain. Ternyata ada tiga orang lagi yang menghadang Ma Ri. Ma Ri mundur perlahan, sementara 6 orang pria mengelilinginya. Shi Woo masih mengawasi dari jauh. Ma Ri mengangkat serulingnya dan mengarahkan pada salah seorang penjahat. Penjahat itu kesal dan akan merampas seruling itu dari tangan Ma Ri.
Ma Ri berhasil mengecoh penjahat itu dengan cara memutarkan tangannya dengan cepat, sehingga penjahat itu gagal merampas seruling itu. Ia kembali mengacungkan ke arah penjahat itu.
Tiba-tiba penjahat itu menyerang, dengan cepat Ma Ri memukul penjahat itu beserta komplotannya dengan seruling yang ada di tangannya itu. (Ma Ri keren banget di sini...). Shi Woo tersenyum kagum melihat keahlian Ma Ri.
Ma Ri berhasil memukul semua penjahat itu dan kembali mengacungkan bambu itu pada mereka. Mereka berniat untuk maju lagi dan akan menyerang Ma Ri. Tiba-tiba Shi Woo muncul, berdiri di antara Ma Ri dan para penjahat. Melihat Shi Woo muncul, dengan cepat Ma Ri mundur dan pergi dari sana.
"Minggir, tuan!", ucap mereka pada Shi Woo. Shi Woo memakai baju yang menandakan ia adalah bangsawan.
"Sepertinya aku tidak bisa", jawab Shi Woo.
Penjahat itu mengatakan jika Shi Woo terlibat dengan mereka, maka kemungkinan tubuh Shi Woo yang berharga itu akan kotor. Ma Ri berhenti sebentar dan menoleh ke arah Shi Woo.
Shi Woo mengatakan di jaman Joseon ini ada aturan untuk kelas tinggi dan kelas rendahan. Tapi anggap saja itu tidak ada. Shi Woo menantang para penjahat itu untuk melawannya.
"Kau akan terluka", ucap salah satu penjahat, berjalan mendekati Shi Woo. Shi Woo melempar uang koin yang dipegangnya ke arah penjahat itu. Penjahat itu menangkapnya, ia terkejut, banyak sekali uangnya. "Untuk pengobatanmu", sahut Shi Woo. Lalu dengan cepat, Shi Woo memukul mereka semua.
Ma Ri masih melihat ke arah Shi Woo. Kemudian ia tersadar dan berlalu pergi. "Seorang tukang daging?", gumam Shi Woo. Lalu ia tersenyum.
--
Jae Min sedang bertemu dengan ayahnya. Sepertinya ayah menyampaikan rencana pernikahan yang sudah dibuatnya pada Jae Min. Dengan takut-takut, Jae Min menolaknya dengan halus. Ia merasa pernikahan masih terlalu cepat untuknya.
"Aku yang memutuskan berapa umur yang tepat untuk menikah", potong ayah Jae Min.
"Ayah...".
"Apa kau akan mengakhiri keturunan keluarga ini?", tanya ayahnya lagi. Untuk seseorang yang lemah seperti Jae Min, ia tidak bisa berharap Jae Min akan bisa masuk ke sekolah beladiri. Calon mertua Jae Min itu adalah pejabat tingkat tinggi yang memiliki hubungan dengan ratu. Keluarga calon istri Jae Min sudah menghasilkan banyak prajurit dan putrinya memiliki kualifikasi yang bagus bahkan melebihi Jae Min.
Jae Min mencoba mengatakan keberatannya. Tetapi ucapannya dipotong lagi oleh ayahnya. Ayah berkata bahwa ia tidak bisa bertemu dengan leluhur mereka, Dan tahukah Jae Min bahwa pernikahan ini merupakan kesempatan Jae Min yang terakhir untuk mempertahankan nama baik keluarga?
"Aku tidak bisa", jawab Jae Min gemetar.
"Sebagai putra tertua, apa yang sudah kau lakukan?", tuntut ayah Jae Min. Jae Min terdiam. Ayah menghela nafasnya dan berpaling. Ia tetap pada keputusannya, memerintahkan Jae Min untuk menikah dan meneruskan keturunan keluarga mereka, hanya itu yang bisa ia harapkan dari Jae Min.
Jae Min keluar dari kamar ayahnya dengan lesu. Di halaman ia bertemu dengan Shi Woo. Shi Woo seperti mengetahui Jae Min yang lagi galau bertanya apa yng bisa ia lakukan untuk Jae Min malam ini, hanya mereka berdua saja.
--
Kemudian terlihat Jae Min dan Shi Woo duduk di depan sebuah gubuk. "Dua pria muda berdarah panas duduk dan mengamati bintang bukanlah suatu hal uang buruk", ucap Shi Hoo.
Jae Min hanya tersenyum, tidak mengatakan apa pun. Shi Woo ingin tahu mengapa Jae Min tidak mengatakan saja alasannya menolak pernikahan itu. Hanya masalah waktu saja, keluarga mengatur pernikahan kita dan kita hanya bisa menerimanya sebagai aturan dan hidup kita, bukan? Apalagi menurut Shi Woo Jae Min adalah orang yang sangat patuh pada ayahnya. "Siapa yang ada dalam pikiranmu?", tanya Shi Woo.
Jae Min tidak menjawab. Shi Woo mengakui bahwa ia memiliki seseorang di dalam pikirannya juga. Ia bertemu dengan seseorang yang ingin ia nikahi. Ia tahu gadis itulah orangnya.
Jae Min terlihat tertarik dengan ucapan Shi Woo, ingin mengetahui lebih lanjut. Shi Woo menoleh pada Jae Min, "Kau juga bukan? Siapa gadis yang ada dihatimu?".
Jae Min tersenyum dan menengadah, melihat ke arah bintang. "Dia seperti daun yang liar atau bunga yang liar. Pertama kali bertemu, ia terlihat seperti tidak berasal dari dunia ini".
Shi Woo tertawa. Ia juga merasakan hal yang sama seperti Jae Min. Semangatnya benar-benar sangat luar biasa.
"Seperti semangat sebuah pohon", sambung Jae Min. "Aku bertemu dengan seorang gadis yang mengamati bintang di siang hari". Jae Min dan Shi Woo, sama-sama tersenyum memandang bintang, sama-sama mengingat sosok Ma Ri.
Bersambung...
Komentar :
Jeongmal mianhe... Sinopsisnya agak lama keluar. Banyak halangan di sana sini. Cuaca di Bandung benar-benar bikin batuk dan pilek awet... Berharap segera sembuh dan juga untuk readers Kdramastory, sehat terus ya... Jangan lupa minum air putih yang banyak dan juga minum suplemen. Biar daya tahan tubuhnya kuat.
Di episode ini, banyak sekali karakter baru yang tidak dijelaskan siapa namanya. Agak bingung juga sih cara menyebutkannya siapa. Cerita di masa Joseon ini belum terlihat hubungannya dengan cerita di masa sekarang. Tapi mungkin di episode ke depan, kita akan mengerti jalan ceritanya. Jadi kita liat aja dulu ya...
Di masa lalu, Shi Hoo memiliki sifat yang ceria dan bandel. Ia juga berteman dekat dengan Jae Min. Berbeda dengan Jae Min, di sini Jae Min walaupun tetap sama-sama pintar, tetapi ia terlihat tertekan. Seperti takut dengan ayahnya sekaligus merasa bersalah karena tidak bisa menjadi seperti yang diinginkan oleh ayahnya.
Tanpa mereka sadari, Jae Min dan Shi Hoo membicarakan gadis yang sama. Mereka menyukai gadis yang sama. Apa sikap Shi Hoo setelah mengetahui Jae Min juga menyukai gadis yang sama dengannya? Jae Min sendiri sepertinya akan mempertahankan Ma Ri. Begitu juga dengan Ma Ri. Sepertinya ia akan memilih Jae Min. Sama seperti di masa sekarang.
Bagaimana cerita Orange Marmalade selanjutnya? Gidaryeo...
[Sinopsis Orange Marmalade Episode 6]
All images credit : KBS2
Post a Comment