[Sinopsis Orange Marmalade Episode 3 Part 1]
Kdramastory - Sementara itu, ternyata di dalam ruang band, Jae Min sedang duduk merenung sendirian. Ia menoleh ketika tiba-tiba seseorang membuka pintu dan terkejut karena Ma Ri lah yang membuka pintu itu.
Ma Ri tidak terlihat terkejut melihat Jae Min ada di sana, sepertinya ia sudah menduga Jae Min akan ada di sana. Jae Min menghela nafasnya melihat Ma Ri masuk dan berbalik memunggungi Ma Ri.
Dengan sedikit ragu, Ma Ri mengucapkan terima kasih pada Jae Min karena kemarin telah menemukan adiknya.
Jae Min terlihat marah pada Ma Ri. Ia belum bisa menerima ucapan terima kasih dari Ma Ri. Kemarin Ma Ri bersikap seolah-olah ia adalah penculik dan pergi dengan terburu-buru. Setelah melewati satu malam, satu makan siang, dan sekarang Ma Ri baru memikirkannya dan berterima kasih padanya?
"Mianhe", ucap Ma Ri singkat.
"Bo ga?"
"Untuk semuanya", jawab Ma Ri. "Untuk kemarin dan untuk insiden yang di kereta. Aku benar-benar tidak tahu itu kau".
Jae Min benar-benar terkejut mendengar ucapan Ma Ri dan langsung berdiri, berbalik menghadap ke arah Ma Ri. Ia tidak mengerti, jika memang Ma Ri tidak tahu itu dirinya, lalu bagaimana jika itu orang lain?
"Bukan... Bukan seperti itu", jawab Ma Ri semakin gugup.
Wajah Jae Min agak melunak mendengar jawaban Ma Ri. Ia tersenyum tipis. Ia mengatakan jika begitu sekarang Ma Ri berada dalam masalah. Beruntung bagi Ma Ri karena waktu itu adalah dirinya.
Ma Ri menjelaskan bahwa itu adalah pertama kali ia berbuat kesalahan seperti itu. Dan ia merasa semakin bersalah karena orang itu adalah Jae Min. Ma Ri berterima kasih sekali lagi karena Jae Min sudah membantunya mencari adiknya dan membantunya dalam insiden itu. Dan ia juga meminta maaf karena tidak mengatakan apa pun ketika itu. "Tetapi yang paling membuatku bersalah adalah aku merasa sepertinya kau akan menghindariku".
Jae Min menghela nafasnya. "Jadi kalau begitu apa ini hari terakhir kita bertemu? Jadi apa yang akan kau katakan sekarang?"
Ma Ri mengatakan bahwa ia tidak ingin mendapatkan perhatian dari teman-teman di sekolah karena Jae Min. Jae Min tidak mengerti apa salahnya mendapatkan perhatian, bukankah itu lebih baik daripada dilupakan?
Menurut Ma Ri, bagi Jae Min yang pintar dan populer, hal itu tidak menjadi masalah dan ia sudah terbiasa menjadi pusat perhatian. Jae Min tidak akan tahu perbedaannya. Ma Ri meminta Jae Min untuk tidak berpikir bahwa semua orang sama dengan dirinya. Ma Ri mengakui bahwa ia ingin seperti Jae Min, tetapi ia tidak menyukai menjadi perhatian banyak orang dan oleh sebab itulah sekarang ia tidak menyukai dirinya sendiri karena mulai membenci mereka. "Jadi, aku berbeda denganmu", tegas Ma Ri.
Mendengar penjelasan Ma Ri yang panjang lebar, Jae Min malah memuji Ma Ri. Ia merasa Ma Ri sangat pintar dalam berbicara. Jae Min meminta mereka berhenti membicarakan hal ini dan ia mengakui bahwa Ma Ri memang berbeda dengan dirinya dan ia juga menerima ucapan terima kasih dari Ma Ri, walaupun itu hanya kata-kata saja. Oleh karena itu, jika Ma Ri memang benar benar ingin berterima kasih padanya, Ma Ri harus melakukan sesuatu untuknya.
Ma Ri memandang Jae Min tidak mengerti. Jae Min melihat sekelilingnya, mencari gitar. Ia meminta Ma Ri mendengarkannya bermain gitar dan Ma Ri sama sekali tidak boleh pergi sebelum ia menyelesaikannya.
Ma Ri hanya menganggukkan kepalanya. Jae Min tersenyum manis melihat jawaban ragu Ma Ri. Jae Min memainkan lagu yang pernah dinyanyikan oleh Ma Ri di cafe (di akhir episode 1). Ma Ri tersenyum melihat Jae Min.
Sementara itu, Shi Hoo berjalan sendirian di koridor sekolah. Shi Hoo terlihat kurang begitu baik. Ia berjalan perlahan ke arah ruang band sekolah dan berdiri di dekat pintu ruang tersebut. Sepertinya Shi Hoo bisa mendengarkan suara gitar yang dimainkan oleh Jae Min karena jari tangan kirinya bergerak mengikuti kunci lagu yang dimainkan oleh Jae Min. Shi Hoo tersenyum.
Jae Min selesai memainkan gitarnya dan tersenyum senang karena Ma Ri masih ada di sana. Ia mengatakan bahwa lagu itu masih belum selesai, jadi ia meminta Ma Ri untuk menyelesaikannya.
Jae Min berterima kasih karena berkat Ma Ri, ia memainkan gitar kembali setelah berhenti selama 4 tahun. Jae Min memberitahukan bahwa ia berhenti memainkan gitar karena sebuah alasan, untuk menentang seseorang. Jae Min menceritakan bahwa kedua orang tuanya bercerai ketika ia masih kecil. Ibunya pergi ketika ia di kelas 7 dan ayahnya meninggal dua tahun yang lalu. "Dan aku tinggal sendirian sekarang".
Melihat Ma Ri hanya diam, Jae Min bertanya apa sekarang Ma Ri terkejut mendengar cerita masa lalunya? "Aku hanya bercerita, jadi kau boleh mendengarkannya". Jae Min kembali meneruskan ceritanya. Ia mengatakan bahwa ibunya sangat menyukai... musik (tidak mungkin kan Jae Min bilang ibunya sangat menyukai vampir??) Dan juga seorang guru musik. Ibunya sangat suka melihatnya bermain gitar, tetapi ia tidak ingin melakukannya lagi. Ia tidak ingin lagi melakukan apa pun yang disukai oleh ibunya.
Ma Ri tersenyum dan mengatakan bahwa itu benar-benar seperti Jae Min. Menurut Ma Ri, Jae Min memang terlihat seperti anak yang keras kepala.
Jae Min tertawa. Menurutnya itu lebih baik daripada kekanak-kanakan. Jae Min mengakui bahwa ia memang keras kepala terhadap ibunya. Tetapi semua itu berubah, setelah ia mendengarkan musik Ma Ri. "Aku tidak sanggup bertahan lagi. Kenapa aku melawan sebegitu kerasnya selama 4 tahun ini?". Jae Min menyadari tidak ada yang berubah setelah apa pun yang ia lakukan. Ia pun tidak akan pernah bisa mengerti ibunya. Akan tetapi, walaupun sedikit, ia ingin jujur pada dirinya sendiri.
"Aku akan melakukan apa yang ingin aku lakukan. Aku akan menyukai apa yang aku sukai. Mulai saat ini aku akan melakukan ini", ucap Jae Min sambil memandang lurus pada Ma Ri.
Ma Ri terdiam memandang Jae Min. Jae Min tersenyum dan berkata bahwa ia akan mulai melakukannya sekarang, jadi bagaimana menurut pendapat Ma Ri? "Baek Ma Ri, maukah kau melakukannya bersama-sama denganku?"
Ma Ri diam tidak menjawab. Tetapi hatinya mengatakan bahwa ia akan menyesali apa yang ia putuskan hari ini. Lalu Ma Ri mengatakan sebelum Jae Min melakukan kesalahan terlalu jauh, ia akan memberitahukan yang benar pada Jae Min. Ma Ri mengambil gitar dari Jae Min dan memainkan lagu yang tadi dimainkan oleh Jae Min. Jae Min tersenyum melihat Ma Ri bermain gitar.
Ma Ri mulai menulis lagu dengan serius, sementara Jae Min duduk tidak jauh dibelakang Ma Ri sambil sesekali melihat ke arah Ma Ri. Ah Ra sibuk dengan keyboardnya, Soo Ri dan teman sebangku Jae Min (masih juga belum tahu namanya. Ada yang tahu?) bermain lempar-lemparan kacang, dan Shi Hoo, duduk termenung sendirian sambil mengelus jam antik ditangannya (kayaknya jam itu milik orang tuanya Shi Hoo).
Ma Ri membereskan kertasnya dan memberitahukan teman-temannya bahwa ia sudah menyelesaikan lagunya. Mereka mulai berlatih dengan gembira. Awalnya teman-temannya melakukan kesalahan yang konyol di sana sini. Tetapi Ma Ri dengan gembira menyemangati teman-temannya untuk mengulangnya lagi.
Tidak lama kemudian, Pak Yoon Jae datang membawakan makanan. Jae Min sama sekali tidak mau menyentuh makanan yang dibawakan oleh Pak Yoon Jae padahal Ah Ra mengatakan kimbabnya enak sekali. Jae Min hanya tersenyum dan menyuruh Ah Ra makan saja. Pak Yoon Jae hanya bisa menghela nafasnya melihat sikap Jae Min yang sangat keras kepala.
Ma Ri sendiri ragu-ragu mengambil kimbab dan mengigit secuil. Terdengat suara hati Ma Ri yang mengatakan bahwa ia menyadari suatu awal yang bahagia belum tentu akan berakhir bahagia, tetapi ia tidak akan berhenti begitu saja.
Shi Hoo melihat aneh dan sedikit jijik pada Ma Ri yang mencoba memakan kimbab. Menurutnya Ma Ri berusaha terlalu keras supaya tidak terlihat berbeda dengan manusia normal lainnya.
Di ruang band, tinggal Ma Ri dan Jae Min saja berdua. Jae Min melirik Ma Ri yang sedang asik menulis di bukunya. Jae Min tersenyum tipis dan mengeluarkan cookies untuk Ma Ri. Ma Ri melihat ke arah Jae Min. Jae Min sok cool, pura-pura cuek, asik mengangguk-anggukkan kepalanya.
Ma Ri tersenyum melihat Jae Min. Lalu terdengar suara hati Ma Ri, "Dari semua orang, hanya Jung Jae Min yang memiliki darah yang manis". Ma Ri beralih jadi memperhatikan leher Jae Min. "Oleh karena itu, aku menjadi lebih khawatir lagi untuk memiliki awal yang baru bersamamu". Ma Ri tiba-tiba tersadar dan langsung berdiri dari kursinya, berlari keluar dari ruangan.
Jae Min heran melihat reaksi Ma Ri. Menghela nafasnya, kecewa melihat Ma Ri melarikan diri lagi. Jae Min menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Tidak mengerti dengan reaksi Ma Ri. Padahal tanpa sepengetahuan Jae Min, diam-diam Ma Ri melihat Jae Min dari balik pintu sambil tersenyum. Dalam hatinya, Ma Ri merasa senang karena walaupun hanya sekali, Jae Min mau bercerita padanya apa yang disukainya dan apa yang ingin dilakukannya.
--
Beberapa bola dimasukkan ke dalam wadah kaca. Soo Ri mengacak-ngacaknya dan mengambil salah satu bola. Soo Ri membuka bola itu dan mengambil kertas yang ada di dalamnya, 'Orange Marmalade'. Mereka terlihat senang dengan nama itu. "Punya siapa ini?", tanya Soo Ri.
Aku, jawab Ma Ri. Ah Ra terlihat tidak senang. Sementara Jae Min terlihat senang, karena secara tidak sengaja Ma Ri yang memberikan nama band mereka.
Dengan gembira mereka membentangkan spanduk nama band mereka. Soo Ri dan teman sebangku Jae Min menempelkan stiker nama band mereka di depan drum. Ah Ra, Jae Min, dan Ma Ri memberikan jempol mereka, tanda setuju. Kemudian terlihat mereka berlatih dengan lebih semangat.
Ma Ri dan Jae Min terlihat berjalan berdua, masuk ke toko gitar. "Kau yang pilih", ucap Jae Min. Ma Ri tersenyum dan menunjuk ke salah satu gitar yang dipajang. Kemudian terlihat mereka pulang berdua sambil masing-masing menenteng gitar. Mereka juga berdiri sambil berbicara berdua di dalam kereta.
Kemudian terlihat Band Orange Marmalade tampil di sebuah acara. Di antara penonton, terlihat ibu Jae Min dan Pak Yoon Jae. Ibu Jae Min terlihat menahan tangis, bahagia melihat Jae Min yang bermain gitar kembali. Jae Min dan Ma Ri terlihat memakai baju yang serasi dan saling tersenyum bahagia.
--
Terlihat spanduk yang berisikan tulisan, 'Hope High And In Wa Spring Festival'.
Ibu Jae Min membuka acara dan mengatakan bahwa ini adalah acara festival persahabatan antara sekolah Hope High dan In Wa dan ia berterima kasih atas partisipasi seluruh siswa sekolah High Hope. Sebagai pembukaan, ibu Jae Min memperkenalkan Band Orange Marmalade dari sekolah High Hope. Lalu ibu Jae Min mencoba bertanya pada Jae Min, yang kebetulan berdiri di sampingnya, alasan mereka memilih nama band mereka dengan nama Orange Marmalade.
Jae Min mengambil mic dari tangan ibunya, tanpa menoleh sedikit pun pada ibunya. Sementara ibu memandang Jae Min dengan menahan tangisnya. Jae Min hanya menjawab dengan singkat, walaupun ia pemimpin di band itu tetapi nama itu dipilih oleh Baek Ma Ri.
Lalu Jae Min memberikan mic pada Ma Ri. Ma Ri terlihat ragu-ragu menerimanya. Shi Hoo terlihat memperhatikan Ma Ri. Ma Ri menjelaskan bahwa ketika makan buah jeruk, biasanya orang tidak akan memakan kulitnya dan membuangnya. Tetapi ketika membuat orange marmalade/selai jeruk, orang akan menggunakan kulitnya dan memotongnya menjadi potongan-potongan kecil. Dan kemudian selai akan mengental dengan baik dan mempunyai rasa yang enak. Walaupun kulit jeruk biasanya dibuang, tetapi kulit jeruk adalah sesuatu yang dibutuhkan untuk membuat selai jeruk yang enak.
'Kami tidak akan membuang kalian hanya karena kalian berbeda'. Ma Ri mengatakan bahwa ia hanya berpikir akan jadi seperti apakah band mereka jika ia melakukan hal yang sama. Tidak mendiskriminasikan seseorang karena perbedaan, tetapi memberi ruang untuk orang yang dianggap tidak berguna oleh orang lain. Jadi, melalui nama bandnya itu, Ma Ri berharap mereka akan bersama-sama berusaha membuat musik seperti selai jeruk.
Semua anggota band terlihat terkejut sekaligus senang mendengar arti dari nama band mereka, termasuk Ah Ra. Sementara Shi Hoo terlihat tertegun mendengar penjelasan Ma Ri. Soo Ri bahkan berteriak gembira. Semua penonton bertepuk tangan untuk Ma Ri, mau tidak-tidak mau Ah Ra juga ikut bertepuk tangan.
Kemudian terdengar suara ibu Jae Min yang mengumumkan bahwa besok akan ada acara lagi dan begitu juga minggu depan.
Ma Ri sedang membereskan kursi. Pak Yoon Jae ikut membantu Ma Ri dan tersenyum pada Ma Ri.
--
Kemudian terlihat Pak Yoon Jae berbicara berdua dengan Ma Ri di tepi pantai. Pak Yoon Jae tidak menyangka bahwa selai jeruk itu bisa memiliki arti yang begitu dalam.
Ma Ri tertawa dan berkata tidak begitu dalam juga.
Pak Yoon Jae menduga Ma Ri pasti belum pernah merasakan bagaimana selai jeruk itu.
Ma Ri berkata ia melakukan observasi tentang makanan manusia, selai stroberi, selai anggur, selai apel. Tetapi menurutnya orange marmalade itu adalah nama yang cantik dan ia menjadi lebih tertarik karena kulit jeruk juga dimasukkan ke dalamnya.
Pak Yoon Jae bertanya, pasti berat bagi Ma Ri menjalani hidup yang berbeda dengan orang lain.
Ma Ri menunduk dan berkata, "Karena mungkin saja bisa tertangkap".
Pak Yoon Jae setuju dengan ucapan Ma Ri. Memang benar menyeramkan jika tertangkap oleh manusia.
Ma Ri berkata bahwa ia tidak akan pernah terbiasa, walaupun sudah beberapa kali menghadapinya. Di saat ia merasa akan ketahuan, hatinya selalu merasa tegang.
"Di dunia nyata, apakah seperti melakukan bungee jumping?", tanya Pak Yoon Jae.
"Benar sekali", jawab Ma Ri. Sebuah perasaan yang muncul ketika hampir saja ketahuan berbohong.
Perasaan seperti akan mati, walaupun kau mengetahui kau tidak akan mati, sahut Pak Yoon Jae. Pak Yoon Jae mengakui bahwa ia juga mengalami kesulitan yang sama seperti Ma Ri. Tapi, sekarang ia tidak merasa seberat dulu walaupun masih menyimpan rahasia itu.
"Jadi kita akan lebih mudah beradaptasi ketika sudah dewasa?", Ma Ri mengambil kesimpulan.
Pak Yoon Jae mengatakan bahwa sebenarnya alasannya adalah karena ia menjadi seorang yang dewasa yang mencintai seseorang. Ma Ri memandang Pak Yoon Jae tidak mengerti. Pak Yoon Jae meneruskan bahwa ia mencintai sesorang yang bahkan mencintai rahasianya. Dan kemudian kami bahkan menikah.
--
Jae Min sedang memperbaiki tendanya. Ibunya datang dan memanggil, "Jae Min-a".
Jae Min sempat tertegun. Ia mengenali suara ibunya dan tidak sedikitpun menoleh. Ia melanjutkan memperbaiki tendanya. Ibu berjalan mendekati Jae Min dan memanggilnya sekali lagi. Jae Min menghela nafasnya, mengatur rasa marahnya dan berbalik, "Ya, guru".
Ibu tersenyum sedih dan berkata paling tidak Jae Min mengangkat telpon darinya.
"Apakah anda menginginkan saya melakukan sesuatu?".
Ibu menghela nafasnya. Ia berterima kasih pada Jae Min karena mau bermain gitar kembali. Dan ia merasa sangat senang melihat Jae Min seperti itu. Ibu menundukkan kepalanya dan berkata, "Apa yang harus aku lakukan, aku seperti akan menangis".
Ibu kembali melanjutkan ucapannya, sudah cukup lama putranya...
Jae Min memotong ucapan ibunya dan berkata jika tidak ada yang perlu ia lakukan, maka ia akan pergi.
"Jae Min-a, bogosiposo", ucap ibu, menahan langkah Jae Min. Jae Min terdiam sesaat. "Mianhe, Jae Min-a. Omma...", Ibu mencoba memegang lengan Jae Min.
"Guru", Jae Min menghentakkan tangan ibunya dengan keras. Ia mengatakan ia mengikuti acara ini hanya karena sekolah dan karena 'guru' sudah membayar tagihannya. Jadi ia meminta 'guru' berhati-hati, karena ia tidak suka masalah keluarganya diketahui oleh teman-temannya. "Dan guru Han Yoon Jae, juga pasti tidak akan merasa nyaman". Lalu Jae Min pergi meninggalkan ibunya. Jae Min sama sekali tidak memanggil ibunya dengan ibu, ia memanggil ibunya dengan sebutan guru.
Ibu Jae Min terlihat sedih melihat kepergian Jae Min dan bergumam, "Mianhe, Jae Min-a".
Jae Min berjalan dan tidak sengaja berpapasan dengan ayah tirinya. Jae Min memandang sesaat dan kemudian melengos pergi. Tetapi langkahnya terhenti karena ayahnya menanyakan apakah Jae Min mengetahui tentang 'Wishing Lighthouse'?
Jae Min melirik ke arah ayahnya sekilas.
--
Ma Ri sedang berjalan ke arah sebuah mercusuar. Ia harus menaiki banyak anak tangga untuk mencapai mercusuar itu. Terdengar suara Pak Yoon Jae yang mengatakan bahwa mercusuar itu sudah lama kosong. Tetapi penduduk sekitar datang ke sana untuk membuat harapan. "Bahkan harapanku menjadi kenyataan. Menarik, bukan?".
Ma Ri sudah sampai di atas mercusuar. "Sekarang aku sudah sampai di sini, tapi aku bahkan tidak tahu harapan apa yang ingin aku katakan", gumam Ma Ri sendiri. Ma Ri merasa mungkin hanya orang-orang yang percaya harapan yang bisa membuat harapan.
Pak Yoon Jae melihat istrinya berdiri sendirian memandang ke arah laut. Lalu terdengar suara Ma Ri yang bertanya apakah suatu waktu Pak Yoon Jae pernah merasakan bahwa darah orang yang dicintainya begitu manis?
Dan terdengar jawaban Pak Yoon Jae, "Pernah. Bahkan sampai sekarang pun darah itu masih terasa manis".
Ma Ri bermain gitar di mercusuar. Terdengar lagi suara hati Ma Ri yang mengatakan bahwa baginya, orang yang memiliki darah yang paling manis yang sangat ingin ia makan... Ma Ri mengingat pertemuannya dengan Jae Min dan saat-saat ia bersama Jae Min.
Terdengar lagi suara hati Ma Ri yang mengatakan bahwa bagi seorang vampir yang berakhir dengan mencintai seorang manusia, darah yang manis adalah pertanda takdir. "Bogosipta, Jung Jae Min", gumam Ma Ri.
Tiba-tiba Jae Min sudah berdiri tidak jauh dari Ma Ri. Ma Ri terkejut melihat Jae Min ada di sana. Jae Min tersenyum manis melihat reaksi Ma Ri. Ia berjalan mendekati Ma Ri dan berdiri di depan Ma Ri, masih tersenyum.
Jae Min berkata bahwa mercusuar ini benar-benar menarik. Orang mengatakan bahwa harapanmu akan menjadi kenyataan. Dalam perjalanannya ke sana, ia berharap Ma Ri akan ada di sana.
Ma Ri tersenyum mendengar ucapan Jae Min. Jae Min tertawa senang melihat Ma Ri tersenyum padanya.
Ma Ri berdiri dan meletakkan gitarnya di atas kursi. Ia berkata pada Jae Min bahwa baru saja harapannya juga menjadi kenyataan. Ma Ri mengatakan bahwa ia memikirkan harapannya, baru saja tadi, ketika ia sudah tiba di mercusuar. Dan harapannya adalah ia merindukan Jung Jae Min. Ma Ri mendekat ke arah Jae Min dan memberinya kiss singkat.
Ma Ri mengatakan bahwa ia sama sekali bukan tipe yang dipikirkan oleh Jae Min, tetapi ia menyukai Jae Min. "Mianhe".
Jae Min tersenyum mendengar Ma Ri meminta maaf. Menurutnya, jika memang Ma Ri merasa bersalah, teruslah seperti itu, seberapa pun yang Ma Ri inginkan. Sekarang giliran Jae Min yang mendekati Ma Ri. Ia meraih lengan Ma Ri.
Terdengar lagi suara hati Ma Ri yang mengatakan bahwa awalnya ia merasa sangat gugup. Karena setiap kali ia bertemu dengan Jae Min, ia tidak mampu menahan perasaan tertariknya pada manisnya darah Jae Min.
Dan Jae Min pun mencium Ma Ri. Terdengar lagi suara hati Ma Ri yang akhirnya menyadari bahwa perasaan tertariknya pada manisnya darah Jae Min itu sesungguhnya adalah... CINTA.
Bersambung...
Komentar :
Di bagian akhir episode 3 ini, sy sangat menyukai Jae Min. Perasaan Jae Min pada Ma Ri sangat terlihat dari senyum dan sikapnya pada Ma Ri, auranya seperti keluar... Jae Min seperti sangat menyukai dan menikmati sikap Ma Ri yang sering gugup di depannya, walaupun kadang-kadang ia tidak mengerti dan kecewa kenapa Ma Ri selalu saja menghindar darinya. Tapi akhirnya, kekecewaan Jae Min hilang, setelah Ma Ri yang duluan menyatakan perasaannya pada Jae Min.
Btw, mercusuarnya sangat bagus. Tidak seperti mercusuar lain yang biasanya dibangun sangat tinggi, mercusuar ini cukup pendek, hanya lampunya saja yang ada di puncak mercusuar karena letakknya memang sudah cukup tinggi dari atas permukaan laut. Mercusuar ini letaknya di tepi tebing yang sangat tinggi, kereen...
Di bagian ini, Shi Hoo tidak memiliki banyak dialog, hanya ekspresi saja. Apa Shi Hoo menjadi begitu pendiam karena merasa bersalah setelah kehilangan adiknya Ma Ri ya?
Hmm, minggu ini Orange Marmalade hanya tayang satu episode saja, begitu juga minggu-minggu selanjutnya. Yaaah... lama banget ya... Mudah-mudahan ratingnya semakin membaik dan tidak membuat para penggemarnya bosan menunggu ya... Preview episode 4 akan sy tulis beberapa hari lagi. Dan untuk episode yang akan datang akan dibuatkan oleh Ratna di Drama Korea Lovers.
[Sinopsis Orange Marmalade Episode 4]
All images credit : KBS2
Sinopsis Orange Marmalade Episode 3 Part 2
![]() |
Credit : KBS2 |
Ma Ri tidak terlihat terkejut melihat Jae Min ada di sana, sepertinya ia sudah menduga Jae Min akan ada di sana. Jae Min menghela nafasnya melihat Ma Ri masuk dan berbalik memunggungi Ma Ri.
Dengan sedikit ragu, Ma Ri mengucapkan terima kasih pada Jae Min karena kemarin telah menemukan adiknya.
Jae Min terlihat marah pada Ma Ri. Ia belum bisa menerima ucapan terima kasih dari Ma Ri. Kemarin Ma Ri bersikap seolah-olah ia adalah penculik dan pergi dengan terburu-buru. Setelah melewati satu malam, satu makan siang, dan sekarang Ma Ri baru memikirkannya dan berterima kasih padanya?
"Mianhe", ucap Ma Ri singkat.
"Bo ga?"
"Untuk semuanya", jawab Ma Ri. "Untuk kemarin dan untuk insiden yang di kereta. Aku benar-benar tidak tahu itu kau".
Jae Min benar-benar terkejut mendengar ucapan Ma Ri dan langsung berdiri, berbalik menghadap ke arah Ma Ri. Ia tidak mengerti, jika memang Ma Ri tidak tahu itu dirinya, lalu bagaimana jika itu orang lain?
"Bukan... Bukan seperti itu", jawab Ma Ri semakin gugup.
Wajah Jae Min agak melunak mendengar jawaban Ma Ri. Ia tersenyum tipis. Ia mengatakan jika begitu sekarang Ma Ri berada dalam masalah. Beruntung bagi Ma Ri karena waktu itu adalah dirinya.
Ma Ri menjelaskan bahwa itu adalah pertama kali ia berbuat kesalahan seperti itu. Dan ia merasa semakin bersalah karena orang itu adalah Jae Min. Ma Ri berterima kasih sekali lagi karena Jae Min sudah membantunya mencari adiknya dan membantunya dalam insiden itu. Dan ia juga meminta maaf karena tidak mengatakan apa pun ketika itu. "Tetapi yang paling membuatku bersalah adalah aku merasa sepertinya kau akan menghindariku".
Jae Min menghela nafasnya. "Jadi kalau begitu apa ini hari terakhir kita bertemu? Jadi apa yang akan kau katakan sekarang?"
Ma Ri mengatakan bahwa ia tidak ingin mendapatkan perhatian dari teman-teman di sekolah karena Jae Min. Jae Min tidak mengerti apa salahnya mendapatkan perhatian, bukankah itu lebih baik daripada dilupakan?
Menurut Ma Ri, bagi Jae Min yang pintar dan populer, hal itu tidak menjadi masalah dan ia sudah terbiasa menjadi pusat perhatian. Jae Min tidak akan tahu perbedaannya. Ma Ri meminta Jae Min untuk tidak berpikir bahwa semua orang sama dengan dirinya. Ma Ri mengakui bahwa ia ingin seperti Jae Min, tetapi ia tidak menyukai menjadi perhatian banyak orang dan oleh sebab itulah sekarang ia tidak menyukai dirinya sendiri karena mulai membenci mereka. "Jadi, aku berbeda denganmu", tegas Ma Ri.
Mendengar penjelasan Ma Ri yang panjang lebar, Jae Min malah memuji Ma Ri. Ia merasa Ma Ri sangat pintar dalam berbicara. Jae Min meminta mereka berhenti membicarakan hal ini dan ia mengakui bahwa Ma Ri memang berbeda dengan dirinya dan ia juga menerima ucapan terima kasih dari Ma Ri, walaupun itu hanya kata-kata saja. Oleh karena itu, jika Ma Ri memang benar benar ingin berterima kasih padanya, Ma Ri harus melakukan sesuatu untuknya.
Ma Ri memandang Jae Min tidak mengerti. Jae Min melihat sekelilingnya, mencari gitar. Ia meminta Ma Ri mendengarkannya bermain gitar dan Ma Ri sama sekali tidak boleh pergi sebelum ia menyelesaikannya.
Ma Ri hanya menganggukkan kepalanya. Jae Min tersenyum manis melihat jawaban ragu Ma Ri. Jae Min memainkan lagu yang pernah dinyanyikan oleh Ma Ri di cafe (di akhir episode 1). Ma Ri tersenyum melihat Jae Min.
Sementara itu, Shi Hoo berjalan sendirian di koridor sekolah. Shi Hoo terlihat kurang begitu baik. Ia berjalan perlahan ke arah ruang band sekolah dan berdiri di dekat pintu ruang tersebut. Sepertinya Shi Hoo bisa mendengarkan suara gitar yang dimainkan oleh Jae Min karena jari tangan kirinya bergerak mengikuti kunci lagu yang dimainkan oleh Jae Min. Shi Hoo tersenyum.
Jae Min selesai memainkan gitarnya dan tersenyum senang karena Ma Ri masih ada di sana. Ia mengatakan bahwa lagu itu masih belum selesai, jadi ia meminta Ma Ri untuk menyelesaikannya.
Jae Min berterima kasih karena berkat Ma Ri, ia memainkan gitar kembali setelah berhenti selama 4 tahun. Jae Min memberitahukan bahwa ia berhenti memainkan gitar karena sebuah alasan, untuk menentang seseorang. Jae Min menceritakan bahwa kedua orang tuanya bercerai ketika ia masih kecil. Ibunya pergi ketika ia di kelas 7 dan ayahnya meninggal dua tahun yang lalu. "Dan aku tinggal sendirian sekarang".
Melihat Ma Ri hanya diam, Jae Min bertanya apa sekarang Ma Ri terkejut mendengar cerita masa lalunya? "Aku hanya bercerita, jadi kau boleh mendengarkannya". Jae Min kembali meneruskan ceritanya. Ia mengatakan bahwa ibunya sangat menyukai... musik (tidak mungkin kan Jae Min bilang ibunya sangat menyukai vampir??) Dan juga seorang guru musik. Ibunya sangat suka melihatnya bermain gitar, tetapi ia tidak ingin melakukannya lagi. Ia tidak ingin lagi melakukan apa pun yang disukai oleh ibunya.
Ma Ri tersenyum dan mengatakan bahwa itu benar-benar seperti Jae Min. Menurut Ma Ri, Jae Min memang terlihat seperti anak yang keras kepala.
Jae Min tertawa. Menurutnya itu lebih baik daripada kekanak-kanakan. Jae Min mengakui bahwa ia memang keras kepala terhadap ibunya. Tetapi semua itu berubah, setelah ia mendengarkan musik Ma Ri. "Aku tidak sanggup bertahan lagi. Kenapa aku melawan sebegitu kerasnya selama 4 tahun ini?". Jae Min menyadari tidak ada yang berubah setelah apa pun yang ia lakukan. Ia pun tidak akan pernah bisa mengerti ibunya. Akan tetapi, walaupun sedikit, ia ingin jujur pada dirinya sendiri.
"Aku akan melakukan apa yang ingin aku lakukan. Aku akan menyukai apa yang aku sukai. Mulai saat ini aku akan melakukan ini", ucap Jae Min sambil memandang lurus pada Ma Ri.
Ma Ri terdiam memandang Jae Min. Jae Min tersenyum dan berkata bahwa ia akan mulai melakukannya sekarang, jadi bagaimana menurut pendapat Ma Ri? "Baek Ma Ri, maukah kau melakukannya bersama-sama denganku?"
Ma Ri diam tidak menjawab. Tetapi hatinya mengatakan bahwa ia akan menyesali apa yang ia putuskan hari ini. Lalu Ma Ri mengatakan sebelum Jae Min melakukan kesalahan terlalu jauh, ia akan memberitahukan yang benar pada Jae Min. Ma Ri mengambil gitar dari Jae Min dan memainkan lagu yang tadi dimainkan oleh Jae Min. Jae Min tersenyum melihat Ma Ri bermain gitar.
Ma Ri mulai menulis lagu dengan serius, sementara Jae Min duduk tidak jauh dibelakang Ma Ri sambil sesekali melihat ke arah Ma Ri. Ah Ra sibuk dengan keyboardnya, Soo Ri dan teman sebangku Jae Min (masih juga belum tahu namanya. Ada yang tahu?) bermain lempar-lemparan kacang, dan Shi Hoo, duduk termenung sendirian sambil mengelus jam antik ditangannya (kayaknya jam itu milik orang tuanya Shi Hoo).
Ma Ri membereskan kertasnya dan memberitahukan teman-temannya bahwa ia sudah menyelesaikan lagunya. Mereka mulai berlatih dengan gembira. Awalnya teman-temannya melakukan kesalahan yang konyol di sana sini. Tetapi Ma Ri dengan gembira menyemangati teman-temannya untuk mengulangnya lagi.
Tidak lama kemudian, Pak Yoon Jae datang membawakan makanan. Jae Min sama sekali tidak mau menyentuh makanan yang dibawakan oleh Pak Yoon Jae padahal Ah Ra mengatakan kimbabnya enak sekali. Jae Min hanya tersenyum dan menyuruh Ah Ra makan saja. Pak Yoon Jae hanya bisa menghela nafasnya melihat sikap Jae Min yang sangat keras kepala.
Ma Ri sendiri ragu-ragu mengambil kimbab dan mengigit secuil. Terdengat suara hati Ma Ri yang mengatakan bahwa ia menyadari suatu awal yang bahagia belum tentu akan berakhir bahagia, tetapi ia tidak akan berhenti begitu saja.
Shi Hoo melihat aneh dan sedikit jijik pada Ma Ri yang mencoba memakan kimbab. Menurutnya Ma Ri berusaha terlalu keras supaya tidak terlihat berbeda dengan manusia normal lainnya.
Di ruang band, tinggal Ma Ri dan Jae Min saja berdua. Jae Min melirik Ma Ri yang sedang asik menulis di bukunya. Jae Min tersenyum tipis dan mengeluarkan cookies untuk Ma Ri. Ma Ri melihat ke arah Jae Min. Jae Min sok cool, pura-pura cuek, asik mengangguk-anggukkan kepalanya.
Ma Ri tersenyum melihat Jae Min. Lalu terdengar suara hati Ma Ri, "Dari semua orang, hanya Jung Jae Min yang memiliki darah yang manis". Ma Ri beralih jadi memperhatikan leher Jae Min. "Oleh karena itu, aku menjadi lebih khawatir lagi untuk memiliki awal yang baru bersamamu". Ma Ri tiba-tiba tersadar dan langsung berdiri dari kursinya, berlari keluar dari ruangan.
Jae Min heran melihat reaksi Ma Ri. Menghela nafasnya, kecewa melihat Ma Ri melarikan diri lagi. Jae Min menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Tidak mengerti dengan reaksi Ma Ri. Padahal tanpa sepengetahuan Jae Min, diam-diam Ma Ri melihat Jae Min dari balik pintu sambil tersenyum. Dalam hatinya, Ma Ri merasa senang karena walaupun hanya sekali, Jae Min mau bercerita padanya apa yang disukainya dan apa yang ingin dilakukannya.
--
Beberapa bola dimasukkan ke dalam wadah kaca. Soo Ri mengacak-ngacaknya dan mengambil salah satu bola. Soo Ri membuka bola itu dan mengambil kertas yang ada di dalamnya, 'Orange Marmalade'. Mereka terlihat senang dengan nama itu. "Punya siapa ini?", tanya Soo Ri.
Aku, jawab Ma Ri. Ah Ra terlihat tidak senang. Sementara Jae Min terlihat senang, karena secara tidak sengaja Ma Ri yang memberikan nama band mereka.
Dengan gembira mereka membentangkan spanduk nama band mereka. Soo Ri dan teman sebangku Jae Min menempelkan stiker nama band mereka di depan drum. Ah Ra, Jae Min, dan Ma Ri memberikan jempol mereka, tanda setuju. Kemudian terlihat mereka berlatih dengan lebih semangat.
Ma Ri dan Jae Min terlihat berjalan berdua, masuk ke toko gitar. "Kau yang pilih", ucap Jae Min. Ma Ri tersenyum dan menunjuk ke salah satu gitar yang dipajang. Kemudian terlihat mereka pulang berdua sambil masing-masing menenteng gitar. Mereka juga berdiri sambil berbicara berdua di dalam kereta.
Kemudian terlihat Band Orange Marmalade tampil di sebuah acara. Di antara penonton, terlihat ibu Jae Min dan Pak Yoon Jae. Ibu Jae Min terlihat menahan tangis, bahagia melihat Jae Min yang bermain gitar kembali. Jae Min dan Ma Ri terlihat memakai baju yang serasi dan saling tersenyum bahagia.
--
Terlihat spanduk yang berisikan tulisan, 'Hope High And In Wa Spring Festival'.
Ibu Jae Min membuka acara dan mengatakan bahwa ini adalah acara festival persahabatan antara sekolah Hope High dan In Wa dan ia berterima kasih atas partisipasi seluruh siswa sekolah High Hope. Sebagai pembukaan, ibu Jae Min memperkenalkan Band Orange Marmalade dari sekolah High Hope. Lalu ibu Jae Min mencoba bertanya pada Jae Min, yang kebetulan berdiri di sampingnya, alasan mereka memilih nama band mereka dengan nama Orange Marmalade.
Jae Min mengambil mic dari tangan ibunya, tanpa menoleh sedikit pun pada ibunya. Sementara ibu memandang Jae Min dengan menahan tangisnya. Jae Min hanya menjawab dengan singkat, walaupun ia pemimpin di band itu tetapi nama itu dipilih oleh Baek Ma Ri.
Lalu Jae Min memberikan mic pada Ma Ri. Ma Ri terlihat ragu-ragu menerimanya. Shi Hoo terlihat memperhatikan Ma Ri. Ma Ri menjelaskan bahwa ketika makan buah jeruk, biasanya orang tidak akan memakan kulitnya dan membuangnya. Tetapi ketika membuat orange marmalade/selai jeruk, orang akan menggunakan kulitnya dan memotongnya menjadi potongan-potongan kecil. Dan kemudian selai akan mengental dengan baik dan mempunyai rasa yang enak. Walaupun kulit jeruk biasanya dibuang, tetapi kulit jeruk adalah sesuatu yang dibutuhkan untuk membuat selai jeruk yang enak.
'Kami tidak akan membuang kalian hanya karena kalian berbeda'. Ma Ri mengatakan bahwa ia hanya berpikir akan jadi seperti apakah band mereka jika ia melakukan hal yang sama. Tidak mendiskriminasikan seseorang karena perbedaan, tetapi memberi ruang untuk orang yang dianggap tidak berguna oleh orang lain. Jadi, melalui nama bandnya itu, Ma Ri berharap mereka akan bersama-sama berusaha membuat musik seperti selai jeruk.
Semua anggota band terlihat terkejut sekaligus senang mendengar arti dari nama band mereka, termasuk Ah Ra. Sementara Shi Hoo terlihat tertegun mendengar penjelasan Ma Ri. Soo Ri bahkan berteriak gembira. Semua penonton bertepuk tangan untuk Ma Ri, mau tidak-tidak mau Ah Ra juga ikut bertepuk tangan.
Kemudian terdengar suara ibu Jae Min yang mengumumkan bahwa besok akan ada acara lagi dan begitu juga minggu depan.
Ma Ri sedang membereskan kursi. Pak Yoon Jae ikut membantu Ma Ri dan tersenyum pada Ma Ri.
--
Kemudian terlihat Pak Yoon Jae berbicara berdua dengan Ma Ri di tepi pantai. Pak Yoon Jae tidak menyangka bahwa selai jeruk itu bisa memiliki arti yang begitu dalam.
Ma Ri tertawa dan berkata tidak begitu dalam juga.
Pak Yoon Jae menduga Ma Ri pasti belum pernah merasakan bagaimana selai jeruk itu.
Ma Ri berkata ia melakukan observasi tentang makanan manusia, selai stroberi, selai anggur, selai apel. Tetapi menurutnya orange marmalade itu adalah nama yang cantik dan ia menjadi lebih tertarik karena kulit jeruk juga dimasukkan ke dalamnya.
Pak Yoon Jae bertanya, pasti berat bagi Ma Ri menjalani hidup yang berbeda dengan orang lain.
Ma Ri menunduk dan berkata, "Karena mungkin saja bisa tertangkap".
Pak Yoon Jae setuju dengan ucapan Ma Ri. Memang benar menyeramkan jika tertangkap oleh manusia.
Ma Ri berkata bahwa ia tidak akan pernah terbiasa, walaupun sudah beberapa kali menghadapinya. Di saat ia merasa akan ketahuan, hatinya selalu merasa tegang.
"Di dunia nyata, apakah seperti melakukan bungee jumping?", tanya Pak Yoon Jae.
"Benar sekali", jawab Ma Ri. Sebuah perasaan yang muncul ketika hampir saja ketahuan berbohong.
Perasaan seperti akan mati, walaupun kau mengetahui kau tidak akan mati, sahut Pak Yoon Jae. Pak Yoon Jae mengakui bahwa ia juga mengalami kesulitan yang sama seperti Ma Ri. Tapi, sekarang ia tidak merasa seberat dulu walaupun masih menyimpan rahasia itu.
"Jadi kita akan lebih mudah beradaptasi ketika sudah dewasa?", Ma Ri mengambil kesimpulan.
Pak Yoon Jae mengatakan bahwa sebenarnya alasannya adalah karena ia menjadi seorang yang dewasa yang mencintai seseorang. Ma Ri memandang Pak Yoon Jae tidak mengerti. Pak Yoon Jae meneruskan bahwa ia mencintai sesorang yang bahkan mencintai rahasianya. Dan kemudian kami bahkan menikah.
--
Jae Min sedang memperbaiki tendanya. Ibunya datang dan memanggil, "Jae Min-a".
Jae Min sempat tertegun. Ia mengenali suara ibunya dan tidak sedikitpun menoleh. Ia melanjutkan memperbaiki tendanya. Ibu berjalan mendekati Jae Min dan memanggilnya sekali lagi. Jae Min menghela nafasnya, mengatur rasa marahnya dan berbalik, "Ya, guru".
Ibu tersenyum sedih dan berkata paling tidak Jae Min mengangkat telpon darinya.
"Apakah anda menginginkan saya melakukan sesuatu?".
Ibu menghela nafasnya. Ia berterima kasih pada Jae Min karena mau bermain gitar kembali. Dan ia merasa sangat senang melihat Jae Min seperti itu. Ibu menundukkan kepalanya dan berkata, "Apa yang harus aku lakukan, aku seperti akan menangis".
Ibu kembali melanjutkan ucapannya, sudah cukup lama putranya...
Jae Min memotong ucapan ibunya dan berkata jika tidak ada yang perlu ia lakukan, maka ia akan pergi.
"Jae Min-a, bogosiposo", ucap ibu, menahan langkah Jae Min. Jae Min terdiam sesaat. "Mianhe, Jae Min-a. Omma...", Ibu mencoba memegang lengan Jae Min.
"Guru", Jae Min menghentakkan tangan ibunya dengan keras. Ia mengatakan ia mengikuti acara ini hanya karena sekolah dan karena 'guru' sudah membayar tagihannya. Jadi ia meminta 'guru' berhati-hati, karena ia tidak suka masalah keluarganya diketahui oleh teman-temannya. "Dan guru Han Yoon Jae, juga pasti tidak akan merasa nyaman". Lalu Jae Min pergi meninggalkan ibunya. Jae Min sama sekali tidak memanggil ibunya dengan ibu, ia memanggil ibunya dengan sebutan guru.
Ibu Jae Min terlihat sedih melihat kepergian Jae Min dan bergumam, "Mianhe, Jae Min-a".
Jae Min berjalan dan tidak sengaja berpapasan dengan ayah tirinya. Jae Min memandang sesaat dan kemudian melengos pergi. Tetapi langkahnya terhenti karena ayahnya menanyakan apakah Jae Min mengetahui tentang 'Wishing Lighthouse'?
Jae Min melirik ke arah ayahnya sekilas.
--
Ma Ri sedang berjalan ke arah sebuah mercusuar. Ia harus menaiki banyak anak tangga untuk mencapai mercusuar itu. Terdengar suara Pak Yoon Jae yang mengatakan bahwa mercusuar itu sudah lama kosong. Tetapi penduduk sekitar datang ke sana untuk membuat harapan. "Bahkan harapanku menjadi kenyataan. Menarik, bukan?".
Ma Ri sudah sampai di atas mercusuar. "Sekarang aku sudah sampai di sini, tapi aku bahkan tidak tahu harapan apa yang ingin aku katakan", gumam Ma Ri sendiri. Ma Ri merasa mungkin hanya orang-orang yang percaya harapan yang bisa membuat harapan.
Pak Yoon Jae melihat istrinya berdiri sendirian memandang ke arah laut. Lalu terdengar suara Ma Ri yang bertanya apakah suatu waktu Pak Yoon Jae pernah merasakan bahwa darah orang yang dicintainya begitu manis?
Dan terdengar jawaban Pak Yoon Jae, "Pernah. Bahkan sampai sekarang pun darah itu masih terasa manis".
Ma Ri bermain gitar di mercusuar. Terdengar lagi suara hati Ma Ri yang mengatakan bahwa baginya, orang yang memiliki darah yang paling manis yang sangat ingin ia makan... Ma Ri mengingat pertemuannya dengan Jae Min dan saat-saat ia bersama Jae Min.
Terdengar lagi suara hati Ma Ri yang mengatakan bahwa bagi seorang vampir yang berakhir dengan mencintai seorang manusia, darah yang manis adalah pertanda takdir. "Bogosipta, Jung Jae Min", gumam Ma Ri.
Tiba-tiba Jae Min sudah berdiri tidak jauh dari Ma Ri. Ma Ri terkejut melihat Jae Min ada di sana. Jae Min tersenyum manis melihat reaksi Ma Ri. Ia berjalan mendekati Ma Ri dan berdiri di depan Ma Ri, masih tersenyum.
Jae Min berkata bahwa mercusuar ini benar-benar menarik. Orang mengatakan bahwa harapanmu akan menjadi kenyataan. Dalam perjalanannya ke sana, ia berharap Ma Ri akan ada di sana.
Ma Ri tersenyum mendengar ucapan Jae Min. Jae Min tertawa senang melihat Ma Ri tersenyum padanya.
Ma Ri berdiri dan meletakkan gitarnya di atas kursi. Ia berkata pada Jae Min bahwa baru saja harapannya juga menjadi kenyataan. Ma Ri mengatakan bahwa ia memikirkan harapannya, baru saja tadi, ketika ia sudah tiba di mercusuar. Dan harapannya adalah ia merindukan Jung Jae Min. Ma Ri mendekat ke arah Jae Min dan memberinya kiss singkat.
Ma Ri mengatakan bahwa ia sama sekali bukan tipe yang dipikirkan oleh Jae Min, tetapi ia menyukai Jae Min. "Mianhe".
Jae Min tersenyum mendengar Ma Ri meminta maaf. Menurutnya, jika memang Ma Ri merasa bersalah, teruslah seperti itu, seberapa pun yang Ma Ri inginkan. Sekarang giliran Jae Min yang mendekati Ma Ri. Ia meraih lengan Ma Ri.
Terdengar lagi suara hati Ma Ri yang mengatakan bahwa awalnya ia merasa sangat gugup. Karena setiap kali ia bertemu dengan Jae Min, ia tidak mampu menahan perasaan tertariknya pada manisnya darah Jae Min.
Dan Jae Min pun mencium Ma Ri. Terdengar lagi suara hati Ma Ri yang akhirnya menyadari bahwa perasaan tertariknya pada manisnya darah Jae Min itu sesungguhnya adalah... CINTA.
Bersambung...
Komentar :
Di bagian akhir episode 3 ini, sy sangat menyukai Jae Min. Perasaan Jae Min pada Ma Ri sangat terlihat dari senyum dan sikapnya pada Ma Ri, auranya seperti keluar... Jae Min seperti sangat menyukai dan menikmati sikap Ma Ri yang sering gugup di depannya, walaupun kadang-kadang ia tidak mengerti dan kecewa kenapa Ma Ri selalu saja menghindar darinya. Tapi akhirnya, kekecewaan Jae Min hilang, setelah Ma Ri yang duluan menyatakan perasaannya pada Jae Min.
Btw, mercusuarnya sangat bagus. Tidak seperti mercusuar lain yang biasanya dibangun sangat tinggi, mercusuar ini cukup pendek, hanya lampunya saja yang ada di puncak mercusuar karena letakknya memang sudah cukup tinggi dari atas permukaan laut. Mercusuar ini letaknya di tepi tebing yang sangat tinggi, kereen...
Di bagian ini, Shi Hoo tidak memiliki banyak dialog, hanya ekspresi saja. Apa Shi Hoo menjadi begitu pendiam karena merasa bersalah setelah kehilangan adiknya Ma Ri ya?
Hmm, minggu ini Orange Marmalade hanya tayang satu episode saja, begitu juga minggu-minggu selanjutnya. Yaaah... lama banget ya... Mudah-mudahan ratingnya semakin membaik dan tidak membuat para penggemarnya bosan menunggu ya... Preview episode 4 akan sy tulis beberapa hari lagi. Dan untuk episode yang akan datang akan dibuatkan oleh Ratna di Drama Korea Lovers.
[Sinopsis Orange Marmalade Episode 4]
All images credit : KBS2
Post a Comment