[Sinopsis Orange Marmalade Episode 11 Part 1]
Kdramastory - Ma Ri melewati sebuah apotik. Ia melihat poster iklan vitamin C yang ditempel di pintu apotik dan tersenyum. Lalu Ma Ri masuk ke dalam apotik dan membeli vitamin itu. Sementara itu, Jae Min sedang berada di ruang belajar, mengulang kembali kata-kata Joong Yi terngiang di telinganya tadi. Tapi ia benar-benar bingung, tidak memiliki petunjuk apa pun.
--
Kemudian teman sebangkunya itu datang dengan wajah tertutup masker, ia bertanya apakah Jae Min baru kembali dari rumah sakit. Jae Min terkejut melihat temannya itu, dan reaksi Jae Min itu sedikit mengganggu teman-teman mereka yang lain yang sedang belajar. Jae Min bertanya apa yang dilakukan oleh temannya itu.
"Oh... ruang belajar sedikit kering, jadi aku merawat kulitku", jawab temannya itu. Jae Min menertawai temannya itu, sementara temannya itu berusaha meyakinkan Jae Min bahwa Jae Min juga perlu melakukan hal yang sama, meningkatkan sesuatu yang baik yang sudah dimiliki Jae Min sejak lahir.
Sebelum pulang ke rumah, Jae Min terlihat mampir ke sebuah toko perawatan kulit. Ia berkata pada penjaga toko bahwa ia mencari produk sebagai hadiah untuk ibunya. Penjaga toko menunjukkan padanya.
--
Di rumah, ayah Ma Ri menemani Joseph membuat origami berbentuk love. Ayah sangat bosan sampai-sampai ia menguap. Tiba-tiba Ma Ri pulang, ayah langsung menariknya supaya mau menggantikannya menemani Joseph bermain, sudah 3 jam ia membuat origami bersama Joseph, keluh ayah. Ma Ri tertawa. Lalu ayah teringat bahwa ia harus menyiapkan makan malam untuk Ma Ri. Ayah mengatakan pada Joseph untuk melipat origami yang banyak bersama kakaknya saja.
Setelah ayah pergi, Ma Ri mendekati Joseph, meminta Joseph mengajarkannya bagaimana cara melipat origami love. Joseph tersenyum pada Ma Ri.
Di kamarnya, Ma Ri membuat origami love yang cukup besar, ia memasukkan bungkusan-bungkusan kecil vitamin C yang ia beli tadi ke dalam origami itu, ia tersenyum senang melihat hasil origaminya dan berkata, "Jangan terkena flu, Jae Min-a".
Di rumahnya, Jae Min selesai mencuci wajahnya dan melihat wajahnya di cermin sambil mengulang ucapan temannya tadi di ruang belajar, bahwa ia harus meningkatkan sesuatu yang baik yang sudah ia miliki sejak lahir. Jae Min meninju cermin yang ada di depannya, fighting...
Ibu Jae Min masuk ke kamar Jae Min. Ia mendapati Jae Min sudah tertidur di meja belajarnya. Ia juga melihat bungkus penghilang komedo di dekat Jae Min. Ibu tersenyum, melihat Jae Min yang memakai pengangkat komedo di hidungnya, dan kemudian membangunkannya. Jae Min sudah tinggal kembali bersama ibunya, tapi dari sikapnya ia masih sedikit dingin pada ibunya, walaupun tidak sebesar sebelumnya. Ibu membicarakan tentang dokter yang menyarankan Jae Min untuk melakukan aktifitas fisik. Ia menyarankan Jae Min untuk memulai kembali band-nya, walaupun ia tidak tahu alasannya tapi beberapa bulan yang lalu, ia melihat Jae Min terlihat gembira bisa bermain gitar lagi.
Jae Min hanya diam saja, tidak menjawab. Lalu ibu berkata lagi, jika Jae Min memang belum mau melakukannya, ia mengatakan itu hanya agar Jae Min memikirkan tentang itu. Lalu ibu menggoda Jae Min, "Tapi, putraku yang tampan, jika kau terus merawat kulitmu, nanti kulitmu akan terus bersinar sehingga membuatku tidak dapat melihatmu". Jae Min terkejut, baru sadar pengangkat komedo masih tertempel di hidungnya. Cepat-cepat ia melepaskannya. Jae Min menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Hehe...
--
Pihak perusahaan rekaman, melihat lagi video penampilan Orange Marmalade band. Sayangnya, mereka hanya muncul sebentar dan kemudian menghilang. Menurut mereka, band itu cukup potensial, dengan latihan hanya dua bulan mereka bisa tampil sebaik itu, apalagi jika dilatih selama 1 tahun. Sang direktur (sepertinya ya...) meminta team leader untuk tidak berpikir terlalu lama dan memutuskan untuk langsung merekrut mereka saja.
--
Di dalam kereta, Ma Ri dan Jae Min masih duduk dengan posisi seperti biasanya, Jae Min tetap sibuk membaca bukunya. Ma Ri membuka tasnya dan akan mengambil origami yang sudah ia buatkan semalam untuk Jae Min. Ma Ri memanggil Jae Min, tanpa menoleh ke arah Ma Ri, Jae Min menjawab, "Ada apa?". Tiba-tiba Ma Ri ragu, lalu ia memutuskan tidak jadi memberikan origami itu untuk Jae Min.
Di dalam kelas, Ma Ri menyodorkan bungkusan kertas biasa pada Jae Min. Jae Min menoleh dan bertanya, "Apa ini?".
"Untukmu, supaya kau tidak terkena flu. Karena aku tidak memakannya, makanya aku memberikannya padamu", jawab Ma Ri. Jae Min mengambil bungkusan itu dan membukanya. Ia menoleh pada Ma Ri tapi tidak mengatakan sepatah kata pun.
Tiba-tiba teman Jae Min datang, memberitahukan ada seseorang yang datang, dan Jae Min tidak akan mempercayainya. Beberapa saat kemudian, seluruh anggota band sudah berkumpul di ruang band. Sepertinya mereka memberitahukan pada pihak perusahaan rekaman bahwa vokalisnya adalah seorang vampir. Direktur merasa terkejut dan ia berpikir hal itu kurang begitu baik untuk debut pertama band mereka. Ia akan tetap merekrut mereka tetapi dengan syarat vokalisnya diganti dengan orang lain. Kemudian ia bertanya bagaimana pendapat Jae Min sebagai leader.
Jae Min menjawab, pendapatnya tidak lebih penting dari pendapat anggota band lainnya. Tapi secara pribadi, ia berpendapat tanpa Ma Ri, mereka tidak bisa. Lalu direktur juga bertanya bagaimana pendapat anggota band lainnya. Ah Ra akan menjawab, tapi ucapannya dipotong oleh Soo Ri. Soo Ri memiliki pendapat yang sama dengan Jae Min, ia juga tidak ingin melakukannya tanpa Ma Ri.
Shi Hoo tersenyum. Lalu Ma Ri mencoba memberi saran, baginya tidak masalah tidak bergabung dengan band, menurutnya Soo Ri juga pintar bernyanyi. Lalu Shi Hoo yang tadinya hanya duduk diam, agak terpisah dari anggota band yang lain, berdiri dan berjalan mendekati direktur dan teman-temannya. Ia mengatakan jika band harus dipecah dan vokalis harus diganti, artinya basistnya juga harus diganti, karena ia juga seorang vampir...
Soo Ri dan teman Jae Min itu sangat terkejut. Jae Min memandang tajam pada Shi Hoo, sepertinya ia sedikit marah. Sementara itu Ah Ra tersenyum tipis.
--
Kemudian Jae Min membawa Shi Hoo ke tempat yang sepi. Ia mengatakan pada Shi Hoo bahwa seluruh anggota band sependapat untuk merahasiakan hal ini, oleh sebab itu ia meminta Shi Hoo menutup mulutnya.
"Kenapa?", tanya Shi Hoo, tersenyum jahil pada Jae Min.
"Kau bertanya karena kau tidak tahu? Kau tidak boleh dikeluarkan atau pun tidak boleh tidak bisa ke sekolah", jawab Jae Min. Shi Hoo tersenyum, ia merasa Jae Min terlalu berbaik hati pada seorang vampir, ia bertanya apa alasan Jae Min menjadi baik padanya.
"Jangan bercanda. Seluruh sekolah akan gempar kalau tau kau juga seorang vampir", ucap Jae Min, serius. Sayangnya Shi Hoo masih menanggapinya tidak serius. Ia merasa jika itu terjadi, pasti akan menyenangkan.
Jae Min memperingatkan Shi Hoo untuk tidak membuat masalah ini menjadi lebih besar, jika tidak, ia tidak akan bisa membantu Shi Hoo. Jae Min mengakui vampir itu menjijikkan sehingga ia sangat membenci vampir, tapi ia sudah berjanji akan bekerja sama untuk Proyek Koeksistensi. "Jadi tutup mulutmu. Baek Ma Ri saja sudah cukup".
Shi Hoo tersenyum, tidak mengatakan apa pun lagi. Ia pun pergi setelah menepuk pundak Jae Min. Sayangnya setelah pembicaraan ini selesai, ternyata ada salah seorang teman geng Ah Ra yang mendengar pembicaraan antara Jae Min dan Shi Hoo. Ia terlihat cemas.
--
Di rumah, ibu Jae Min mendapatkan kado ulang tahun dari Jae Min, sekotak produk kecantikan. Ibu merasa sangat bahagia bisa mendapatkan ucapan dan kado dari Jae Min. Ibu memakai produk itu di wajahnya dan memuji produk itu sungguh lembut. Ia bergumam senang, "Jae Min-a, ibu akan semakin cantik...". Lalu tiba-tiba ibu teringat dengan tas yang pernah Jae Min belikan. Ia berpikir untuk siapa Jae Min memberikan tas itu...
--
Jae Min membawa Ma Ri ke depan pohon mereka. Jae Min tahu Ma Ri tidak berminat tentang debut band mereka, tetapi ia tetap ingin mengajak Ma Ri untuk memulai band mereka kembali. Bukan untuk debut, hanya saja bermain musik bersama di band adalah sesuatu yang pernah ia lakukan dalam rentang waktu yang belum bisa ia ingat. "Dokter juga mengatakan demikian".
"Apa itu akan membantu menyembuhkanmu?", tanya Ma Ri.
Jae Min berkata dokter mengatakan ia terjatuh dari mercusuar dan terkena arus listrik (mungkin dari petir ya?), tapi beberapa waktu yang lalu, sejujurnya ia terus melihat sesuatu di pohon itu. "Dan juga... Ada kau disana".
Ma Ri bingung, ia berkata ini baru pertama kalinya ia melihat pohon itu bahkan ia juga baru tahu ada pohon itu di sana.
Jae Min menjadi yakin, jika demikian ia benar-benar berhalusinasi dan sepertinya Ma Ri yang berada di dalam halusinasinya berbeda dengan Ma Ri yang sekarang. Ia mendengar dan melihat hal-hal yang tidak bisa dimengerti. Ia merasa otaknya terbagi menjadi ribuan puzzle yang terpisah yang tidak dapat diselesaikan. Contohnya seperti kenapa ia memulai kembali bermain gitar. Jae Min berharap ia bisa menyelesaikan sedikit dari puzzle itu.
Ma Ri memandang khawatir pada Jae Min.
--
Malam harinya, ibu Jae Min merayakan ulang tahunnya bersama Yoon Jae. Yoon Jae berharap ia bisa makan kue ulang tahun bersama ibu Jae Min. Sedangkan ibu Jae Min berharap ia minum darah bersama-sama dengan Yoon Jae. Yoon Jae dan ibu Jae Min saling tersenyum. Sementara itu, Jae Min sedang dalam perjalanan pulang ke rumah. Yoon Jae juga sudah akan pulang, ia berpamitan pada ibu Jae Min yang mengantarnya ke depan rumah. Ibu Jae Min meminta maaf karena mereka hanya bisa bertemu seminggu sekali saja.
Yoon Jae mengerti, baginya Jae Min juga lebih penting. Ia juga merasa berat dan ingin keluar dari sekolah. Ia ingin mengungkapkan identitasnya supaya bisa hidup dengan nyaman. Tapi ibu Jae Min melarangnya, jika Yoon Jae keluar dari sekolah, siapa lagi yang akan membantu siswi itu (maksudnya Ma Ri). Ibu Jae Min meraih tangan Yoon Jae dan menggenggamnya, meminta Yoon Jae untuk terus berjuang. Yoon Jae tersenyum dan mengucapkan selamat ulang tahun sekali lagi. Kemudian ia memeluk ibu Jae Min. Suasana menjadi romantis, Yoon Jae akan mencium ibu Jae Min, tapi tiba-tiba Jae Min sudah muncul di depan rumah. Hehe... gagal deh...
Suasana berubah menjadi canggung. Jae Min memandang ibu dan Yoon Jae dengan pandangan marah. Tanpa mengatakan apa pun, ataupun menyapa ibu dan Yoon Jae, Jae Min masuk ke dalam rumah.
Di dalam rumah, Jae Min melempar tasnya dan masuk ke dalam kamar mandi. Ia mendinginkan kepalanya dengan air yang mengucur dari shower. "Kenapa vampir? Kenapa?", gumam Jae Min marah. Jae Min menutup matanya.
--
Ma Ri memikirkan kembali ucapan Jae Min tadi siang saat ia bertanya kenapa ia memulai kembali bermain gitar. Ma Ri teringat kembali ucapan Jae Min di ruang band beberapa bulan yang lalu. Saat itu Jae Min berkata ia ingin melakukan apa pun yang ia ingin lakukan dan menyukai apa pun yang ingin ia sukai. Ia ingin memulai kembali dan mengajak Ma Ri memulai bersamanya. Saat itulah mereka membentuk band mereka.
Ma Ri menghela nafasnya, bergumam, "Jae Min-a, apakah aku bisa menyelesaikan puzzle yang ada di dalam kepalamu?".
--
Jae Min masih menutup matanya di bawah shower, entah bagaiman tiba-tiba Jae Min berhalusinasi, air yang keluar dari shower berubah menjadi berwarna merah seperti darah. Sangat banyak... Jae Min membuka matanya, terkejut melihat darah yang membasahi seluruh tubuhnya. Tiba-tiba ia teringat Ma Ri pernah menghisap lehernya di kereta.
Jae Min berbalik dan melihat bayangannya di cermin sambil memegang lehernya, ia terengah-engah karena ketakutan tapi ternyata tidak ada lagi darah di seluruh tubuhnya. Jae Min melihat kembali tangannya dan air yang keluar dari shower, masih air biasa. Wajahnya seperti menahan marah.
--
Sementara itu, Ma Ri sedang bersiap-siap di rumahnya, ia memakai tas yang diberikan oleh Jae Min dan menyampirkan tas gitar di bahunya. Ia akan pergi bernyanyi di cafe. Ma Ri melihat bayangannya di cermin dan berkata, ia akan membuat hari ini menjadi hari yang indah.
--
Yoon Jae mendekati Shi Hoo yang sedang 'makan malam', ia menanyakan tentang Shi Hoo yang menolak tawaran dari perusahaan rekaman. Ia sedikit menyayangkan keputusan Shi Hoo itu karena perusahaan rekaman itu adalah perusahaan yang bagus. Kemudian ia menyerahkan sebuah cd video pada Shi Hoo.
"Apa ini?", tanya Shi Hoo. "Video penampilan band kalian", jawab Yoon Jae. Shi Hoo memperhatikan sampul cd video itu, ada foto Jae Min dan Ma Ri yang sedang tampil di sana. Lalu Shi Hoo berdiri dan akan pergi. Yoon Jae bertanya kemana Shi Hoo akan pergi. "Cuma jalan-jalan", jawab Shi Hoo singkat.
Jae Min sedang berjalan sendirian, mencari udara segar sepertinya karena halusinasinya tadi. Kebetulan Ma Ri menelponnya, Ma Ri berkata bahwa ia ingin membantu Jae Min menyelesaikan puzzlenya, ia ingin Jae Min mendengarkan sebuah lagu. Ia menawarkan apakah Jae Min ingin bertemu di kafe atau di tempat yang lain.
Jae Min belum menjawabnya karena tiba-tiba ia melihat Ma Ri keluar dari tangga yang ada di dekatnya. Ma Ri juga melihat Jae Min ada di depannya. Ma Ri tersenyum pada Jae Min, sementara Jae Min memandang Ma Ri dengan marah. Ia meminta Ma Ri berbicara jujur padanya. "Apakah bibirmu pernah menyentuh leherku?". Ma Ri sedikit terkejut, tidak bisa menjawab, ia hanya menundukkan wajahnya. "Baek Ma Ri, kau tidak terlihat seberani itu. Kenapa?". Ma Ri masih diam. "Apakah karena darahku?".
"Benar", jawab Ma Ri.
"Apa?".
Ma Ri berkata di dalam hati bahwa ia tidak ingin berbohong lagi pada Jae Min. Lalu dengan jujur Ma Ri mengakui baginya darah Jae Min terasa manis. Jadi terjadilah kejadian seperti itu. Saat itu ia tidak sadar melakukan hal itu. Walaupun ia berusaha menahannya, tapi baginya darah Jae Min memang terasa manis. Ma Ri mencoba menjelaskan lagi, tapi Jae Min meminta Ma Ri berhenti.
Jae Min memutuskan Ma Ri tidak perlu lagi membantunya lagi. Ma Ri menundukkan wajahnya, sedih. "Jangan... jangan pernah berada di dekatku lagi. Keluar dari pandanganku. Karena apa pun yang aku ingat adalah kosong. Pindah. Pergi".
Ma Ri terdiam, ia hanya bisa melihat punggung Jae Min yang pergi menjauh. Dari tangga tempat tadi dilewati Ma Ri, Shi Hoo mendengar semua pembicaraan antara Ma Ri dan Jae Min, ia terlihat sedih dan mengkhawatirkan Ma Ri.
--
Shi Hoo pergi mencari Jae Min dan menemukan Jae Min sedang duduk termenung di halte bus. "Jung Jae Min, kau memintaku merahasiakan bahwa aku vampir, 'kan? Apakah ini karena dia?". Jae Min tidak menjawab. Shi Hoo meneruskan, alasan Jae Min memintanya melakukan itu adalah karena Baek Ma Ri. Karena apa pun masalah yang akan ia lakukan nanti sebagai vampir, mungkin akan menyakiti Ma Ri. Shi Hoo yakin itulah perasaan Jae Min yang sesungguhnya.
Jae Min masih diam saja. Lalu Shi Hoo mengungkapkan alasan sebenarnya mengapa Ma Ri mengungkapkan identitasnya sebagai vampir, yaitu karena Jae Min. Ma Ri tidak ingin lagi berbohong pada Jae Min. Karena, walaupun orang lain tidak ada yang tau, tapi ia tau Jae Min membencinya. "Apa kau pikir ia tetap berada di dekatmu karena ia ingin menghisap darahmu?", tanya Shi Hoo lagi.
"Tutup mulutmu", ucap Jae Min lemah, Jae Min ingin agar Shi Hoo berhenti berbicara. Tapi Shi Hoo belum selesai. Ia berkata Ma Ri itu hanya ingin berada di dekat Jae Min, karena hanya dengan itu, ia sudah cukup bahagia. Karena si 'bodoh' itu sangat menyukai Jae Min, sangat meyukai sampai-sampai ia ingin mati. Lalu Shi Hoo menatap Jae Min tajam dan melemparkan cd video penampilan band mereka di samping Jae Min dan pergi.
Jae Min menoleh dan melihat apa yang dilemparkan oleh Shi Hoo tadi.
--
Ma Ri sudah pulang kembali ke rumahnya. Sambil memandang tas yang pernah digunting oleh Jae Min, ia berkata di dalam hati, "Kau selalu membebaskan hatiku yang menderita. Aku memang hanya menjadi gangguan bagimu. Aku tidak bisa mengakhiri apa pun".
Keesokan harinya, Ma Ri membereskan barang-barang miliknya dari lokernya. Semua teman sekelasnya memperhatikannya, sedangkan Jae Min hanya duduk diam, tidak mempedulikan Ma Ri.
Salah satu teman Ah Ra bertanya pada Ah Ra, apakah Ma Ri akan pindah. Ah Ra tidak tau. Lalu teman sebangku Ah Ra, yang kemarin tidak sengaja mendengar pembicaraan antara Shi Hoo dan Jae Min, merasa lega jika memang benar Ma Ri pindah, karena ia sudah lelah melihat Ma Ri. Lalu kemudian ia melirik ke arah Shi Hoo yang hanya duduk diam saja.
Shi Hoo menatap tajam pada Jae Min. Kemudian Jae Min berdiri dan berjalan keluar dari kelas, ia melewati Ma Ri begitu saja.
Jae Min pergi ke ruangan band. Ia memperhatikan sekelilingnya, teringat video yang ia tonton semalam. Di dalam video itu, Ma Ri menjelaskan alasannya memberi nama band mereka dengan nama Orange Marmalade. Jae Min menghela nafasnya dan berbalik akan keluar dari ruangan band. Tapi tidak sengaja ia melihat sesuatu di rak yang ada di depannya.
Ia menarik kain yanng ternyata itu adalah spanduk logo dari bandnya. Jae Min sedikit terguncang dan cepat-cepat mengembalikan spanduk itu ke tempatnya lagi.
Kemudian ia menemukan buku musik milik Ma Ri. Jae Min membuka-buka halamannya dan menemukan post-it yang bertuliskan ,"Jae Min, maafkan aku".
Jae Min mengambil gitar dan memainkan lagu yang ada di dalam buku itu. Sementara Ma Ri sudah mulai meninggalkan kelas. Jae Min terus memainkan lagu itu sampai tiba-tiba ia teringat bahwa ia pernah melihat Ma Ri bernyanyi di kafe, dan juga peristiwa di kereta saat Ma Ri menghisap lehernya.
Tangan Jae Min gemetar. Ekspresinya sama persis dengan ekspresinya di kereta waktu itu. Ia teringat perasaannya di saat itu.
'Untuk pertama kalinya aku menyadari seseorang telah menghentikan waktuku. Dan dalam waktu yang berhenti itu, hanya ada satu sensasi.'
Lalu Jae Min teringat lagi peristiwa yang lain. Ia teringat pernah mencium Ma Ri di jaman Joseon.
'Perasaan nafas dari seseorang dan orang itu adalah kau.'
Beberapa kilatan peristiwa dengan cepat berkelabat di dalam ingatan Jae Min. Mulai dari awalnya ia melihat Ma Ri di hutan sampai kematian Ma Ri dan akhirnya ia menguburkan sebuah pita di dekat sebuah pohon. Jae Min teringat janjinya saat itu :
'Aku akan menunggumu.'
Jae Min terguncang, tanpa ia sadari gitar yang ia pegang terjatuh ke lantai. Dengan segera ia berlari menuju ke pohon itu. Ma Ri yang sudah hampir keluar dari sekolah berhenti, ia menoleh ke belakang sekali lagi.
Jae Min sudah sampai di pohon itu. Ia menggali kembali tanah yang ada di dekat pohon dan menemukan sebuah kotak yang sudah sangat usang. Di dalamnya ada sebuah pita berwarna merah, pita itu juga sudah sangat usang dan bercampur dengan tanah.
Dan Ma Ri sendiri, ternyata ia kembali ke pohon itu. Jae Min menatapnya. Dengan sedikit ragu, Ma Ri berkata ia hanya ingin melihat pohon itu untuk terakhir kalinya, hanya sekali saja.
Jae Min tidak marah pada Ma Ri, ia hanya berkata, "Halusinasiku memang benar". Lalu Jae Min berdiri, menatap Ma Ri. "Selalu... Hanya ada dirimu"
Bersambung...
Komentar :
Akhirnya Jae Min teringat kembali janjinya pada Ma Ri, janji yang ia ucapkan ketika menguburkan pita milik Ma Ri. Di sana Jae Min berjanji ia akan menunggu Ma Ri. Apakah ini artinya seluruh ingatan Jae Min, baik di masa Joseon dan di masa sekarang sudah kembali? Tunggu lanjutannya ya... :-)
Hmmm.... Apa feeling kalian sama dengan feelingku? Kok aku ngerasa Ah Ra sedikit mulai memperhatikan Shi Hoo ya? Kalo memang iya, gapapa. Biarin aja Jae Min sama Ma Ri, Shi Hoo oke juga kok.. :-P.
Jika memang drama ini hanya sampai episode 12 saja, maka ini menjadi postingku yang terakhir. Benar-benar berharap drama ini akan berakhir dengan baik. Terima kasih untuk semua yang sudah setia membaca dari awal sampai akhir dan juga meluangkan waktu memberikan komentar, komentar kalian benar-benar membuat aku bersemangat dan senang, senang rasanya bisa sharing drama yang sama-sama disukai... Karena aku fansnya Lee Jong Hyun, sungguh berharap Jong Hyun akan muncul lagi di drama yang lain, smoga jadi lead ya... Biar dia ga jealous lagi sm Yeo Jin Goo... :-P.
Terima kasih ya. Gomaweoyo...
[Sinopsis Orange Marmalade Episode 12]
All images credit : KBS2
Sinopsis Orange Marmalade Episode 11 Part 2
![]() |
Credit : KBS2 |
--
Kemudian teman sebangkunya itu datang dengan wajah tertutup masker, ia bertanya apakah Jae Min baru kembali dari rumah sakit. Jae Min terkejut melihat temannya itu, dan reaksi Jae Min itu sedikit mengganggu teman-teman mereka yang lain yang sedang belajar. Jae Min bertanya apa yang dilakukan oleh temannya itu.
"Oh... ruang belajar sedikit kering, jadi aku merawat kulitku", jawab temannya itu. Jae Min menertawai temannya itu, sementara temannya itu berusaha meyakinkan Jae Min bahwa Jae Min juga perlu melakukan hal yang sama, meningkatkan sesuatu yang baik yang sudah dimiliki Jae Min sejak lahir.
Sebelum pulang ke rumah, Jae Min terlihat mampir ke sebuah toko perawatan kulit. Ia berkata pada penjaga toko bahwa ia mencari produk sebagai hadiah untuk ibunya. Penjaga toko menunjukkan padanya.
--
Di rumah, ayah Ma Ri menemani Joseph membuat origami berbentuk love. Ayah sangat bosan sampai-sampai ia menguap. Tiba-tiba Ma Ri pulang, ayah langsung menariknya supaya mau menggantikannya menemani Joseph bermain, sudah 3 jam ia membuat origami bersama Joseph, keluh ayah. Ma Ri tertawa. Lalu ayah teringat bahwa ia harus menyiapkan makan malam untuk Ma Ri. Ayah mengatakan pada Joseph untuk melipat origami yang banyak bersama kakaknya saja.
Setelah ayah pergi, Ma Ri mendekati Joseph, meminta Joseph mengajarkannya bagaimana cara melipat origami love. Joseph tersenyum pada Ma Ri.
Di kamarnya, Ma Ri membuat origami love yang cukup besar, ia memasukkan bungkusan-bungkusan kecil vitamin C yang ia beli tadi ke dalam origami itu, ia tersenyum senang melihat hasil origaminya dan berkata, "Jangan terkena flu, Jae Min-a".
Di rumahnya, Jae Min selesai mencuci wajahnya dan melihat wajahnya di cermin sambil mengulang ucapan temannya tadi di ruang belajar, bahwa ia harus meningkatkan sesuatu yang baik yang sudah ia miliki sejak lahir. Jae Min meninju cermin yang ada di depannya, fighting...
Ibu Jae Min masuk ke kamar Jae Min. Ia mendapati Jae Min sudah tertidur di meja belajarnya. Ia juga melihat bungkus penghilang komedo di dekat Jae Min. Ibu tersenyum, melihat Jae Min yang memakai pengangkat komedo di hidungnya, dan kemudian membangunkannya. Jae Min sudah tinggal kembali bersama ibunya, tapi dari sikapnya ia masih sedikit dingin pada ibunya, walaupun tidak sebesar sebelumnya. Ibu membicarakan tentang dokter yang menyarankan Jae Min untuk melakukan aktifitas fisik. Ia menyarankan Jae Min untuk memulai kembali band-nya, walaupun ia tidak tahu alasannya tapi beberapa bulan yang lalu, ia melihat Jae Min terlihat gembira bisa bermain gitar lagi.
Jae Min hanya diam saja, tidak menjawab. Lalu ibu berkata lagi, jika Jae Min memang belum mau melakukannya, ia mengatakan itu hanya agar Jae Min memikirkan tentang itu. Lalu ibu menggoda Jae Min, "Tapi, putraku yang tampan, jika kau terus merawat kulitmu, nanti kulitmu akan terus bersinar sehingga membuatku tidak dapat melihatmu". Jae Min terkejut, baru sadar pengangkat komedo masih tertempel di hidungnya. Cepat-cepat ia melepaskannya. Jae Min menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Hehe...
--
Pihak perusahaan rekaman, melihat lagi video penampilan Orange Marmalade band. Sayangnya, mereka hanya muncul sebentar dan kemudian menghilang. Menurut mereka, band itu cukup potensial, dengan latihan hanya dua bulan mereka bisa tampil sebaik itu, apalagi jika dilatih selama 1 tahun. Sang direktur (sepertinya ya...) meminta team leader untuk tidak berpikir terlalu lama dan memutuskan untuk langsung merekrut mereka saja.
--
Di dalam kereta, Ma Ri dan Jae Min masih duduk dengan posisi seperti biasanya, Jae Min tetap sibuk membaca bukunya. Ma Ri membuka tasnya dan akan mengambil origami yang sudah ia buatkan semalam untuk Jae Min. Ma Ri memanggil Jae Min, tanpa menoleh ke arah Ma Ri, Jae Min menjawab, "Ada apa?". Tiba-tiba Ma Ri ragu, lalu ia memutuskan tidak jadi memberikan origami itu untuk Jae Min.
Di dalam kelas, Ma Ri menyodorkan bungkusan kertas biasa pada Jae Min. Jae Min menoleh dan bertanya, "Apa ini?".
"Untukmu, supaya kau tidak terkena flu. Karena aku tidak memakannya, makanya aku memberikannya padamu", jawab Ma Ri. Jae Min mengambil bungkusan itu dan membukanya. Ia menoleh pada Ma Ri tapi tidak mengatakan sepatah kata pun.
Tiba-tiba teman Jae Min datang, memberitahukan ada seseorang yang datang, dan Jae Min tidak akan mempercayainya. Beberapa saat kemudian, seluruh anggota band sudah berkumpul di ruang band. Sepertinya mereka memberitahukan pada pihak perusahaan rekaman bahwa vokalisnya adalah seorang vampir. Direktur merasa terkejut dan ia berpikir hal itu kurang begitu baik untuk debut pertama band mereka. Ia akan tetap merekrut mereka tetapi dengan syarat vokalisnya diganti dengan orang lain. Kemudian ia bertanya bagaimana pendapat Jae Min sebagai leader.
Jae Min menjawab, pendapatnya tidak lebih penting dari pendapat anggota band lainnya. Tapi secara pribadi, ia berpendapat tanpa Ma Ri, mereka tidak bisa. Lalu direktur juga bertanya bagaimana pendapat anggota band lainnya. Ah Ra akan menjawab, tapi ucapannya dipotong oleh Soo Ri. Soo Ri memiliki pendapat yang sama dengan Jae Min, ia juga tidak ingin melakukannya tanpa Ma Ri.
Shi Hoo tersenyum. Lalu Ma Ri mencoba memberi saran, baginya tidak masalah tidak bergabung dengan band, menurutnya Soo Ri juga pintar bernyanyi. Lalu Shi Hoo yang tadinya hanya duduk diam, agak terpisah dari anggota band yang lain, berdiri dan berjalan mendekati direktur dan teman-temannya. Ia mengatakan jika band harus dipecah dan vokalis harus diganti, artinya basistnya juga harus diganti, karena ia juga seorang vampir...
Soo Ri dan teman Jae Min itu sangat terkejut. Jae Min memandang tajam pada Shi Hoo, sepertinya ia sedikit marah. Sementara itu Ah Ra tersenyum tipis.
--
Kemudian Jae Min membawa Shi Hoo ke tempat yang sepi. Ia mengatakan pada Shi Hoo bahwa seluruh anggota band sependapat untuk merahasiakan hal ini, oleh sebab itu ia meminta Shi Hoo menutup mulutnya.
"Kenapa?", tanya Shi Hoo, tersenyum jahil pada Jae Min.
"Kau bertanya karena kau tidak tahu? Kau tidak boleh dikeluarkan atau pun tidak boleh tidak bisa ke sekolah", jawab Jae Min. Shi Hoo tersenyum, ia merasa Jae Min terlalu berbaik hati pada seorang vampir, ia bertanya apa alasan Jae Min menjadi baik padanya.
"Jangan bercanda. Seluruh sekolah akan gempar kalau tau kau juga seorang vampir", ucap Jae Min, serius. Sayangnya Shi Hoo masih menanggapinya tidak serius. Ia merasa jika itu terjadi, pasti akan menyenangkan.
Jae Min memperingatkan Shi Hoo untuk tidak membuat masalah ini menjadi lebih besar, jika tidak, ia tidak akan bisa membantu Shi Hoo. Jae Min mengakui vampir itu menjijikkan sehingga ia sangat membenci vampir, tapi ia sudah berjanji akan bekerja sama untuk Proyek Koeksistensi. "Jadi tutup mulutmu. Baek Ma Ri saja sudah cukup".
Shi Hoo tersenyum, tidak mengatakan apa pun lagi. Ia pun pergi setelah menepuk pundak Jae Min. Sayangnya setelah pembicaraan ini selesai, ternyata ada salah seorang teman geng Ah Ra yang mendengar pembicaraan antara Jae Min dan Shi Hoo. Ia terlihat cemas.
--
Di rumah, ibu Jae Min mendapatkan kado ulang tahun dari Jae Min, sekotak produk kecantikan. Ibu merasa sangat bahagia bisa mendapatkan ucapan dan kado dari Jae Min. Ibu memakai produk itu di wajahnya dan memuji produk itu sungguh lembut. Ia bergumam senang, "Jae Min-a, ibu akan semakin cantik...". Lalu tiba-tiba ibu teringat dengan tas yang pernah Jae Min belikan. Ia berpikir untuk siapa Jae Min memberikan tas itu...
--
Jae Min membawa Ma Ri ke depan pohon mereka. Jae Min tahu Ma Ri tidak berminat tentang debut band mereka, tetapi ia tetap ingin mengajak Ma Ri untuk memulai band mereka kembali. Bukan untuk debut, hanya saja bermain musik bersama di band adalah sesuatu yang pernah ia lakukan dalam rentang waktu yang belum bisa ia ingat. "Dokter juga mengatakan demikian".
"Apa itu akan membantu menyembuhkanmu?", tanya Ma Ri.
Jae Min berkata dokter mengatakan ia terjatuh dari mercusuar dan terkena arus listrik (mungkin dari petir ya?), tapi beberapa waktu yang lalu, sejujurnya ia terus melihat sesuatu di pohon itu. "Dan juga... Ada kau disana".
Ma Ri bingung, ia berkata ini baru pertama kalinya ia melihat pohon itu bahkan ia juga baru tahu ada pohon itu di sana.
Jae Min menjadi yakin, jika demikian ia benar-benar berhalusinasi dan sepertinya Ma Ri yang berada di dalam halusinasinya berbeda dengan Ma Ri yang sekarang. Ia mendengar dan melihat hal-hal yang tidak bisa dimengerti. Ia merasa otaknya terbagi menjadi ribuan puzzle yang terpisah yang tidak dapat diselesaikan. Contohnya seperti kenapa ia memulai kembali bermain gitar. Jae Min berharap ia bisa menyelesaikan sedikit dari puzzle itu.
Ma Ri memandang khawatir pada Jae Min.
--
Malam harinya, ibu Jae Min merayakan ulang tahunnya bersama Yoon Jae. Yoon Jae berharap ia bisa makan kue ulang tahun bersama ibu Jae Min. Sedangkan ibu Jae Min berharap ia minum darah bersama-sama dengan Yoon Jae. Yoon Jae dan ibu Jae Min saling tersenyum. Sementara itu, Jae Min sedang dalam perjalanan pulang ke rumah. Yoon Jae juga sudah akan pulang, ia berpamitan pada ibu Jae Min yang mengantarnya ke depan rumah. Ibu Jae Min meminta maaf karena mereka hanya bisa bertemu seminggu sekali saja.
Yoon Jae mengerti, baginya Jae Min juga lebih penting. Ia juga merasa berat dan ingin keluar dari sekolah. Ia ingin mengungkapkan identitasnya supaya bisa hidup dengan nyaman. Tapi ibu Jae Min melarangnya, jika Yoon Jae keluar dari sekolah, siapa lagi yang akan membantu siswi itu (maksudnya Ma Ri). Ibu Jae Min meraih tangan Yoon Jae dan menggenggamnya, meminta Yoon Jae untuk terus berjuang. Yoon Jae tersenyum dan mengucapkan selamat ulang tahun sekali lagi. Kemudian ia memeluk ibu Jae Min. Suasana menjadi romantis, Yoon Jae akan mencium ibu Jae Min, tapi tiba-tiba Jae Min sudah muncul di depan rumah. Hehe... gagal deh...
Suasana berubah menjadi canggung. Jae Min memandang ibu dan Yoon Jae dengan pandangan marah. Tanpa mengatakan apa pun, ataupun menyapa ibu dan Yoon Jae, Jae Min masuk ke dalam rumah.
Di dalam rumah, Jae Min melempar tasnya dan masuk ke dalam kamar mandi. Ia mendinginkan kepalanya dengan air yang mengucur dari shower. "Kenapa vampir? Kenapa?", gumam Jae Min marah. Jae Min menutup matanya.
--
Ma Ri memikirkan kembali ucapan Jae Min tadi siang saat ia bertanya kenapa ia memulai kembali bermain gitar. Ma Ri teringat kembali ucapan Jae Min di ruang band beberapa bulan yang lalu. Saat itu Jae Min berkata ia ingin melakukan apa pun yang ia ingin lakukan dan menyukai apa pun yang ingin ia sukai. Ia ingin memulai kembali dan mengajak Ma Ri memulai bersamanya. Saat itulah mereka membentuk band mereka.
Ma Ri menghela nafasnya, bergumam, "Jae Min-a, apakah aku bisa menyelesaikan puzzle yang ada di dalam kepalamu?".
--
Jae Min masih menutup matanya di bawah shower, entah bagaiman tiba-tiba Jae Min berhalusinasi, air yang keluar dari shower berubah menjadi berwarna merah seperti darah. Sangat banyak... Jae Min membuka matanya, terkejut melihat darah yang membasahi seluruh tubuhnya. Tiba-tiba ia teringat Ma Ri pernah menghisap lehernya di kereta.
Jae Min berbalik dan melihat bayangannya di cermin sambil memegang lehernya, ia terengah-engah karena ketakutan tapi ternyata tidak ada lagi darah di seluruh tubuhnya. Jae Min melihat kembali tangannya dan air yang keluar dari shower, masih air biasa. Wajahnya seperti menahan marah.
--
Sementara itu, Ma Ri sedang bersiap-siap di rumahnya, ia memakai tas yang diberikan oleh Jae Min dan menyampirkan tas gitar di bahunya. Ia akan pergi bernyanyi di cafe. Ma Ri melihat bayangannya di cermin dan berkata, ia akan membuat hari ini menjadi hari yang indah.
--
Yoon Jae mendekati Shi Hoo yang sedang 'makan malam', ia menanyakan tentang Shi Hoo yang menolak tawaran dari perusahaan rekaman. Ia sedikit menyayangkan keputusan Shi Hoo itu karena perusahaan rekaman itu adalah perusahaan yang bagus. Kemudian ia menyerahkan sebuah cd video pada Shi Hoo.
"Apa ini?", tanya Shi Hoo. "Video penampilan band kalian", jawab Yoon Jae. Shi Hoo memperhatikan sampul cd video itu, ada foto Jae Min dan Ma Ri yang sedang tampil di sana. Lalu Shi Hoo berdiri dan akan pergi. Yoon Jae bertanya kemana Shi Hoo akan pergi. "Cuma jalan-jalan", jawab Shi Hoo singkat.
Jae Min sedang berjalan sendirian, mencari udara segar sepertinya karena halusinasinya tadi. Kebetulan Ma Ri menelponnya, Ma Ri berkata bahwa ia ingin membantu Jae Min menyelesaikan puzzlenya, ia ingin Jae Min mendengarkan sebuah lagu. Ia menawarkan apakah Jae Min ingin bertemu di kafe atau di tempat yang lain.
Jae Min belum menjawabnya karena tiba-tiba ia melihat Ma Ri keluar dari tangga yang ada di dekatnya. Ma Ri juga melihat Jae Min ada di depannya. Ma Ri tersenyum pada Jae Min, sementara Jae Min memandang Ma Ri dengan marah. Ia meminta Ma Ri berbicara jujur padanya. "Apakah bibirmu pernah menyentuh leherku?". Ma Ri sedikit terkejut, tidak bisa menjawab, ia hanya menundukkan wajahnya. "Baek Ma Ri, kau tidak terlihat seberani itu. Kenapa?". Ma Ri masih diam. "Apakah karena darahku?".
"Benar", jawab Ma Ri.
"Apa?".
Ma Ri berkata di dalam hati bahwa ia tidak ingin berbohong lagi pada Jae Min. Lalu dengan jujur Ma Ri mengakui baginya darah Jae Min terasa manis. Jadi terjadilah kejadian seperti itu. Saat itu ia tidak sadar melakukan hal itu. Walaupun ia berusaha menahannya, tapi baginya darah Jae Min memang terasa manis. Ma Ri mencoba menjelaskan lagi, tapi Jae Min meminta Ma Ri berhenti.
Jae Min memutuskan Ma Ri tidak perlu lagi membantunya lagi. Ma Ri menundukkan wajahnya, sedih. "Jangan... jangan pernah berada di dekatku lagi. Keluar dari pandanganku. Karena apa pun yang aku ingat adalah kosong. Pindah. Pergi".
Ma Ri terdiam, ia hanya bisa melihat punggung Jae Min yang pergi menjauh. Dari tangga tempat tadi dilewati Ma Ri, Shi Hoo mendengar semua pembicaraan antara Ma Ri dan Jae Min, ia terlihat sedih dan mengkhawatirkan Ma Ri.
--
Shi Hoo pergi mencari Jae Min dan menemukan Jae Min sedang duduk termenung di halte bus. "Jung Jae Min, kau memintaku merahasiakan bahwa aku vampir, 'kan? Apakah ini karena dia?". Jae Min tidak menjawab. Shi Hoo meneruskan, alasan Jae Min memintanya melakukan itu adalah karena Baek Ma Ri. Karena apa pun masalah yang akan ia lakukan nanti sebagai vampir, mungkin akan menyakiti Ma Ri. Shi Hoo yakin itulah perasaan Jae Min yang sesungguhnya.
Jae Min masih diam saja. Lalu Shi Hoo mengungkapkan alasan sebenarnya mengapa Ma Ri mengungkapkan identitasnya sebagai vampir, yaitu karena Jae Min. Ma Ri tidak ingin lagi berbohong pada Jae Min. Karena, walaupun orang lain tidak ada yang tau, tapi ia tau Jae Min membencinya. "Apa kau pikir ia tetap berada di dekatmu karena ia ingin menghisap darahmu?", tanya Shi Hoo lagi.
"Tutup mulutmu", ucap Jae Min lemah, Jae Min ingin agar Shi Hoo berhenti berbicara. Tapi Shi Hoo belum selesai. Ia berkata Ma Ri itu hanya ingin berada di dekat Jae Min, karena hanya dengan itu, ia sudah cukup bahagia. Karena si 'bodoh' itu sangat menyukai Jae Min, sangat meyukai sampai-sampai ia ingin mati. Lalu Shi Hoo menatap Jae Min tajam dan melemparkan cd video penampilan band mereka di samping Jae Min dan pergi.
Jae Min menoleh dan melihat apa yang dilemparkan oleh Shi Hoo tadi.
--
Ma Ri sudah pulang kembali ke rumahnya. Sambil memandang tas yang pernah digunting oleh Jae Min, ia berkata di dalam hati, "Kau selalu membebaskan hatiku yang menderita. Aku memang hanya menjadi gangguan bagimu. Aku tidak bisa mengakhiri apa pun".
Keesokan harinya, Ma Ri membereskan barang-barang miliknya dari lokernya. Semua teman sekelasnya memperhatikannya, sedangkan Jae Min hanya duduk diam, tidak mempedulikan Ma Ri.
Salah satu teman Ah Ra bertanya pada Ah Ra, apakah Ma Ri akan pindah. Ah Ra tidak tau. Lalu teman sebangku Ah Ra, yang kemarin tidak sengaja mendengar pembicaraan antara Shi Hoo dan Jae Min, merasa lega jika memang benar Ma Ri pindah, karena ia sudah lelah melihat Ma Ri. Lalu kemudian ia melirik ke arah Shi Hoo yang hanya duduk diam saja.
Shi Hoo menatap tajam pada Jae Min. Kemudian Jae Min berdiri dan berjalan keluar dari kelas, ia melewati Ma Ri begitu saja.
Jae Min pergi ke ruangan band. Ia memperhatikan sekelilingnya, teringat video yang ia tonton semalam. Di dalam video itu, Ma Ri menjelaskan alasannya memberi nama band mereka dengan nama Orange Marmalade. Jae Min menghela nafasnya dan berbalik akan keluar dari ruangan band. Tapi tidak sengaja ia melihat sesuatu di rak yang ada di depannya.
Ia menarik kain yanng ternyata itu adalah spanduk logo dari bandnya. Jae Min sedikit terguncang dan cepat-cepat mengembalikan spanduk itu ke tempatnya lagi.
Kemudian ia menemukan buku musik milik Ma Ri. Jae Min membuka-buka halamannya dan menemukan post-it yang bertuliskan ,"Jae Min, maafkan aku".
Jae Min mengambil gitar dan memainkan lagu yang ada di dalam buku itu. Sementara Ma Ri sudah mulai meninggalkan kelas. Jae Min terus memainkan lagu itu sampai tiba-tiba ia teringat bahwa ia pernah melihat Ma Ri bernyanyi di kafe, dan juga peristiwa di kereta saat Ma Ri menghisap lehernya.
Tangan Jae Min gemetar. Ekspresinya sama persis dengan ekspresinya di kereta waktu itu. Ia teringat perasaannya di saat itu.
'Untuk pertama kalinya aku menyadari seseorang telah menghentikan waktuku. Dan dalam waktu yang berhenti itu, hanya ada satu sensasi.'
Lalu Jae Min teringat lagi peristiwa yang lain. Ia teringat pernah mencium Ma Ri di jaman Joseon.
'Perasaan nafas dari seseorang dan orang itu adalah kau.'
Beberapa kilatan peristiwa dengan cepat berkelabat di dalam ingatan Jae Min. Mulai dari awalnya ia melihat Ma Ri di hutan sampai kematian Ma Ri dan akhirnya ia menguburkan sebuah pita di dekat sebuah pohon. Jae Min teringat janjinya saat itu :
'Aku akan menunggumu.'
Jae Min terguncang, tanpa ia sadari gitar yang ia pegang terjatuh ke lantai. Dengan segera ia berlari menuju ke pohon itu. Ma Ri yang sudah hampir keluar dari sekolah berhenti, ia menoleh ke belakang sekali lagi.
Jae Min sudah sampai di pohon itu. Ia menggali kembali tanah yang ada di dekat pohon dan menemukan sebuah kotak yang sudah sangat usang. Di dalamnya ada sebuah pita berwarna merah, pita itu juga sudah sangat usang dan bercampur dengan tanah.
Dan Ma Ri sendiri, ternyata ia kembali ke pohon itu. Jae Min menatapnya. Dengan sedikit ragu, Ma Ri berkata ia hanya ingin melihat pohon itu untuk terakhir kalinya, hanya sekali saja.
Jae Min tidak marah pada Ma Ri, ia hanya berkata, "Halusinasiku memang benar". Lalu Jae Min berdiri, menatap Ma Ri. "Selalu... Hanya ada dirimu"
Bersambung...
Komentar :
Akhirnya Jae Min teringat kembali janjinya pada Ma Ri, janji yang ia ucapkan ketika menguburkan pita milik Ma Ri. Di sana Jae Min berjanji ia akan menunggu Ma Ri. Apakah ini artinya seluruh ingatan Jae Min, baik di masa Joseon dan di masa sekarang sudah kembali? Tunggu lanjutannya ya... :-)
Hmmm.... Apa feeling kalian sama dengan feelingku? Kok aku ngerasa Ah Ra sedikit mulai memperhatikan Shi Hoo ya? Kalo memang iya, gapapa. Biarin aja Jae Min sama Ma Ri, Shi Hoo oke juga kok.. :-P.
Jika memang drama ini hanya sampai episode 12 saja, maka ini menjadi postingku yang terakhir. Benar-benar berharap drama ini akan berakhir dengan baik. Terima kasih untuk semua yang sudah setia membaca dari awal sampai akhir dan juga meluangkan waktu memberikan komentar, komentar kalian benar-benar membuat aku bersemangat dan senang, senang rasanya bisa sharing drama yang sama-sama disukai... Karena aku fansnya Lee Jong Hyun, sungguh berharap Jong Hyun akan muncul lagi di drama yang lain, smoga jadi lead ya... Biar dia ga jealous lagi sm Yeo Jin Goo... :-P.
Terima kasih ya. Gomaweoyo...
[Sinopsis Orange Marmalade Episode 12]
All images credit : KBS2
Post a Comment