[Sinopsis Orange Marmalade Episode 10]
Kdramastory - Mian, telat banget sinopsisnya ya... Liburan ini bener-bener bikin males pergi-pergi... Met lebaran ya buat yang merayakan. Buat yang mudik, hati-hati di jalan...Hehe... Ya udah, ga usah berlama-lama lagi ya. Lanjut!!!
Ma Ri mengakui pada Shi Hoo, alasannya bergabung di Proyek Koeksistensi adalah Jae Min. Ia tidak ingin membohongi Jae Min lagi karena ia sangat menyukai Jae Min.
Shi Hoo menjadi kesal. Kebetulan ia melihat Jae Min yang muncul di ujung jalan. Shi Hoo menarik dan memeluk Ma Ri, tapi pandangannya tajam memandang Jae Min yang berdiri tidak jauh di depannya, "Aku akan membantumu. Jadi tetaplah seperti ini sebentar saja", ucap Shi Hoo.
Ma Ri mendorong Shi Hoo, melepaskan dirinya dari pelukan Shi Hoo, "Apa yang kau lakukan?".
Shi Hoo melirik ke belakang Ma Ri. Ma Ri berbalik dan melihat Jae Min di sana. Jae Min menundukkan kepalanya, menggenggam erat ponselnya, dan berbalik pergi, tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Ma Ri memandang Shi Hoo, lalu ia mengambil kembali tas yang tadi dibuang oleh Shi Hoo ke jalan dan pergi. Tapi Shi Hoo menahannya, "Bukankah kau seharusnya mengucapkan terima kasih padaku?". Ma Ri diam saja. "Aku membantumu tadi", ucap Shi Hoo lagi.
Ma Ri sudah tiba di rumahnya dan masuk ke kamarnya. Ia teringat ucapan Shi Hoo tadi.
===Flashback===
Shi Hoo mengatakan bahwa ia ingin memberikan Jae Min sedikit obatnya sendiri. Apakah ia merasa terpukul ataukah merasa terluka, atau malah bersikap seolah-olah tidak terjadi sesuatu apa pun yang spesial, ia hanya ingin membuat Jae Min merasakannya sekali saja. Shi Hoo bertanya apa Ma Ri melihat ekspresi Jae Min tadi?.
===Flashback end===
--
Jae Min menemui teman sebangkunya yang sedang belajar di perpustakaan. "Kau... Kenapa kau tidak memberitahuku tentang ini?", tanya Jae Min sambil memperlihatkan video penampilan Orange Marmalade Band yang ada di ponselnya pada temannya itu. Temannya itu kaget. Ia tidak bisa memberikan penjelasan. Ia hanya berkata guru yang meminta mereka untuk tidak memberitahukan apa pun pada Jae Min sampai liburan nanti, karena selama Jae Min sakit, kondisi Jae Min benar-benar tidak baik. Mereka ingin Jae Min mengingat secara pelan-pelan dan alami. "Kau tau 'kan, kadang-kadang kita melupakan banyak hal dalam liburan...", sambungnya lagi.
Jae Min menghela nafasnya, bertanya apakah dia begitu dekat dengan Baek Ma Ri sampai-sampai membentuk band bersama-sama.
"Itu... aku juga tidak tau", jawab temannya itu. Jae Min tidak pernah mengatakan apa pun padanya tentang itu dulu, dan bahkan kalaupun ia bertanya, Jae Min hanya pergi begitu saja dengan tersenyum. Ia juga penasaran tentang alasan Jae Min membuat band bersama Ma Ri.
"Ya sudahlah... Tidak perlu katakan apa pun lagi. Aku akan menemukan dan mengingatnya sendiri", potong Jae Min. Jae Min meminta maaf karena sudah mengganggu temannya itu belajar. Ia meminta untuk tidak membicarakan tentang ini lagi lain waktu. "Masuklah", ucap Jae Min sambil menepuk bahu temannya itu dan pergi. Temannya itu hanya bisa menghela nafasnya saja. (Mian... belum tau juga namanya... Apa ada disebutin di episode-episode sebelumnya ya?)
--
Jae Min menunggu Ma Ri di sebuah taman. Begitu Ma Ri datang, ia mengatakan alasan ia menemui Ma Ri adalah untuk meminta SOS dari Ma Ri (maksudnya bantuan darurat dari Ma Ri). Kemudian Jae Min menceritakan tentang halusinasinya pada Ma Ri. Awalnya ia berpikir itu hanyalah mimpi di siang hari, tapi setelah melihat lebih jauh, ia merasa setiap kali tubuhnya semakin melemah, ia terus melihat hal-hal semacam itu.
"Apa kau mengingat sesuatu?", tanya Ma Ri.
"Bukan. Bukan seperti itu". Jae Min berkata ia tidak bisa menceritakan secara detail pada Ma Ri karena Ma Ri mungkin tidak mempercayainya. Tapi sekarang ia mengetahui sesuatu, mengetahui alasan kenapa Ma Ri ada dalam halusinasinya itu. Ia hanya ingin memastikannya saja. Oleh sebab itulah ia memerlukan Ma Ri. "Jika kau mau menerima SOSku, aku akan membantumu dalam Proyek Koeksistensi. Maksudku jika tujuanmu adalah untuk tetap bisa bersekolah, aku akan membantumu", ucap Jae Min.
Ma Ri menganggukkan kepalanya, setuju dengan tawaran Jae Min.
"Sampai aku dinyatakan normal, bekerja samalah denganku", ucap Jae Min. Ma Ri bertanya apa yang harus ia lakukan. "Untuk pertama-tama, ayo kita bersama-sama terus", ucap Jae Min.
--
Sementara itu, Shi Hoo sedang merenung di rumahnya sambil mengelus liontin yang ada di tangannya -Shi Hoo tidak tinggal lagi di rumah Ma Ri. Ia teringat ketika masih menjalani hukumannya, orang-orang dari VCS menawarkan bergabung dengan Proyek Koeksistensi padanya.
===Flashback===
Orang VCS mengatakan bahwa mereka melihat interview Shi Hoo di televisi. Pada saat itu Shi Hoo mempertanyakan apa yang dilakukan oleh manusia terkait dengan koeksistensi. Mereka menjelaskan tahapan kesepakatan yang sudah dan akan dilakukan. Kesepakatan pertama adalah tentang aman atau tidaknya vampir hidup bersama manusia. Dan untuk kesepakatan yang kedua, mereka akan menjalankan Proyek Koeksistensi secara serius dalam rentang waktu tertentu. Mereka bertanya apakah Shi Hoo sudah memikirkan tawaran mereka. Karena jika Proyek Koeksistensi ini berhasil, maka akan ada persidangan ulang dan amnesti (pengampunan) untuk semua vampir yang sedang menjalani hukuman berat.
"Dan satu lagi, aku mendengar kedua orang tuamu sedang menjadi tawanan saat ini". Shi Hoo yang tadinya hanya diam mematung, bereaksi. Ia meminta orang VCS itu untuk menjelaskan Proyek Koeksitensi itu sekali lagi padanya.
===Flashback End===
"Benar. Aku akan baik-baik saja hanya dengan itu", gumam Shi Hoo sedikit sedih. Ia memandang foto kedua orang tuanya yang ada di dalam liontin itu. (Maksudnya Shi Hoo baik-baik saja, walaupun akhir dari proyek itu ia hanya mendapatkan orang tuanya, bukan Ma Ri). :-((
--
Keesokan harinya, salah satu geng Ah Ra masuk ke dalam kelas. Dengan gembira, ia memberitahukan semua temannya bahwa saat ini ibu dari siswa kelas dua sedang bertemu dengan kepala sekolah. "Kenapa?", tanya Ah Ra. "Apa lagi...", temannya Ah Ra itu melirik ke arah Ma Ri yang sedang duduk di mejanya di depan kelas. Salah satu siswi yang lain juga berkomentar, ia juga memberitahukan ibunya tentang sekolah yang menerima vampir, saat ini seluruh sekolah pasti gempar.
Soo Ri memandang prihatin pada Ma Ri yang terlihat sedikit cemas, sementara Shi Hoo hanya diam saja. Jae Min memutuskan untuk keluar dari kelas.
--
Di ruang rapat, beberapa ibu dari siswa kelas dua bertemu dengan kepala sekolah. Salah seorang ibu berkata mereka melakukan ini bukan karena mereka tidak tahu karena sekolah tidak memberitahukan mereka, mereka manusia juga. Hanya saja yang mereka pertanyakan kenapa harus disekolah anak-anak mereka. Saat ini anak-anak mereka merasa cemas dengan satu vampir ditambah lagi sebentar lagi akan ujian. "Anda tau 'kan betapa pentingnya tahun kedua smu mereka? Hal semacam ini tidak bisa terjadi di sekolah..." protes ibu-ibu itu.
Kepala sekolah akan menjelaskan, namun tiba-tiba seorang guru mengetuk pintu dan masuk. Kepala sekolah memperkenalkannya sebagai wali kelasnya Ma Ri. Jae Min juga masuk bersama wali kelasnya itu, ia memperkenalkan dirinya sebagai ketua kelas. Wali kelas memberitahukan pada orang tua siswa bahwa ada sesuatu yang ingin disampaikan Jae Min sebagai ketua kelas.
Jae Min berkata vampir itu ada di kelasnya. Seperti yang diperkirakan, mereka memang menolak dan membenci vampir. Tapi setelah ia berpikir ulang tentang itu, itu hanya karena vampir yang belum mengungkapkan identitas mereka saja. Sebuah kenyataan bahwa mereka memang sudah hidup di tengah-tengah manusia. "Jika mereka benar-benar berbahaya, mereka pasti tidak akan bisa hidup bersama-sama dengan kita. Dan sebuah kenyataan juga bahwa Baek Ma Ri sudah pernah bersekolah di sekolah ini sebelumnya tanpa menimbulkan masalah apa pun. Tapi jika anda terus mengkhawatirkan tentang situasi 'Bagaimana kalau', lalu apa jadinya jika dari awal kita sudah berpikir seperti itu?", tanya Jae Min.
Jae Min sudah kembali ke kelasnya. Jae Min memindahkan meja Ma Ri ke sampingnya, sedangkan teman yang biasa duduk di sampingnya itu terpaksa pindah ke belakang, duduk di samping Soo Ri. Jae Min memberitahukan pada semua teman sekelasnya, mulai saat ini ia yang akan menjadi teman sebangku Ma Ri dan bertanggungjawab pada Ma Ri. Ia meminta semua teman-temannya untuk masuk ke kelas dengan nyaman dan fokus belajar saja karena ujian tidak akan lama lagi dilaksanakan. Ia juga meminta teman-temannya berhenti mempedulikan masalah vampir.
Ah Ra memandang Jae Min kesal sedangkan Soo Ri tersenyum tipis. Ma Ri juga senyam senyum sendiri, senang karena bisa duduk di samping Jae Min. Sementara Shi Hoo, ia memandang Ma Ri tajam dan bergumam sedih, "Dia tidak membutuhkan ksatria hitam lagi sekarang...".
Waktu istirahat sekolah sudah tiba. Salah satu geng Ah Ra berkata sambil memandang sinis pada Ma Ri, "Melihatnya minum darah kemarin, selera makanku langsung hilang...".
"Sudah... Jangan bicara apa pun lagi", ucap temannya yang lain sambil mendorongnya pergi.
--
Kembali ke Jae Min dan Ma Ri yang masih duduk di kursi mereka. Jae Min bertanya dimana Ma Ri akan 'makan siang'. Shi Hoo yang tadinya ada di dalam kelas, sekarang pergi keluar kelas. Ma Ri tidak menjawab pertanyaan Jae Min.
Ma Ri minum 'makan siang'nya di taman/amphiteater, tempat ia makan siang yang sama dengan kemarin, tapi kali ini Jae Min menemaninya sambil membaca buku. Beberapa siswa memperhatikan Ma Ri dari jendela gedung yang mengelilingi amphiteater. Teman sekelas Jae Min membicarakankan Jae Min yang memutuskan untuk berteman dengan vampir. Ia rasa berita itu memang benar. Teman sebangku Jae Min menimpali ucapan teman sekelasnya itu, ia berkata begitulah Jae Min, ia melakukan itu karena tanggung jawabnya sebagai ketua kelas. Menurutnya Jae Min itu benar-benar dewasa. Ibu Jae Min bahkan tidak mengkhawatirkan Jae Min ketika ia pergi, ia hanya minta agar Jae Min menjaga diri.
Ma Ri menoleh pada Jae Min yang duduk di sebelahnya, ia tersenyum senang, dan kemudian melanjutkan kembali 'makan siang'nya.
--
Kedua orang tua Ma Ri berdiri di depan sebuah kafe. Ibu Ma Ri khawatir, takut pemilik kafe menolak mereka karena mereka adalah vampir. Tapi ayah menenangkan ibu. Mereka saling bercanda untuk menghilangkan rasa khawatir. Lalu sesaat kemudian, mereka memantapkan tekad mereka dan masuk ke dalam kafe. Di dalam kafe, pemilik kafe yang mereka temui ternyata ibu Jae Min.
Mereka bertanya pada ibu Jae Min (mereka belum kenal dengan ibu Jae Min, bahkan dengan Jae Min sendiri pun belum kenal ataupun bertemu), yang mereka panggil 'bos', "Apakah anda tidak apa-apa dengan kami. Kami vampir".
Ibu Jae Min tersenyum dan berkata tidak semua manusia membenci vampir. Manusia sendiri berbeda-beda, tidak ada yang sama. Ada juga manusia yang tidak membenci vampir. Ia memuji kedua orang tua Ma Ri yang memiliki keberanian untuk mengungkapkan identitas mereka. Dan ibu Jae Min menambahkan, jika ia boleh mengatakan sesuatu, orang yang memperkenalkan orang tua Ma Ri padanya adalah guru Han Yoon Jae, dan ia adalah suaminya. Kedua orang tua Ma Ri sangat terkejut, tidak menyangka suami bos mereka vampir juga.
--
Kelas sudah berakhir, sebelum pulang, wali kelas memberitahukan bahwa besok akan diadakan acara donor darah. Bus donor darah akan datang ke sekolah mereka. Kelas menjadi sedikit gaduh, mereka melihat ke arah Ma Ri. Wali kelas menenangkan kelasnya dan melanjutkan pemberitahuan, bagi siswa yang ingin mendonohkan darah tapi belum menyerahkan kertas permohonan izin, ia minta untuk membawakannya besok hari bersama dengan ID mereka. Setelah kelas selesai, Jae Min memimpin teman-temannya memberi hormat pada guru mereka. Setelah kelas selesai, Shi Hoo memandang Ma Ri dan menghela nafasnya. Shi Hoo mengkhawatirkan Ma Ri.
Malam harinya, Ma Ri sedang menuliskan lagu di kamarnya. Ia teringat kejadian di kereta tadi siang.
===Flashback===
Ma Ri bertanya apakah hari ini Jae Min mengingat sesuatu. Tanpa mengalihkan pandangannya dari bukunya, Jae Min menjawab tidak. "Tapi paling tidak jika kita terus bersama, tidakkah kau berpikir aku akan mengingat sesuatu?", tanya Jae Min balik.
===Flashback End===
Ma Ri tersenyum senang, ia berharap halusinasi Jae Min itu bisa berhenti selamanya, karena itu akan baik untuk Jae Min.
--
Keesokan paginya, Shi Hoo menunggu Ma Ri. Ia tidak memakai seragam sekolah dan membawa tas gitar di bahunya. Ma Ri terkejut melihat Shi Hoo yang menunggunya. Shi Hoo mengajak Ma Ri bolos sekolah hari ini. "Kenapa?", tanya Ma Ri. Shi Hoo beralasan cuaca sangat bagus hari ini, ia merasa sudah berusaha terlalu keras di sekolah, oleh sebab itulah ia mengajak Ma Ri membolos.
Ma Ri tidak mau. Sekolah tinggal beberapa hari lagi jadi ia tidak mau membolos. Ia juga mengajak Shi Hoo pergi ke sekolah saja. "Hei, dump-pire!", panggil Shi Hoo pada Ma Ri yang sudah mendahuluinya. Ma Ri berhenti dan menghadap Shi Hoo. "Kenapa kau tidak sadar sedikitpun? Bukankah kau sudah mendengar hari ini akan ada donor darah?", tanya Shi Hoo.
Ma Ri terdiam sesaat, kemudian bertanya, "Lalu kenapa?".
"Apanya yang kenapa? Donor darah. Mereka mengambil darah. Anak-anak akan mencurigaimu sepanjang hari. Jika kau mengetahui sesuatu, maka menghindarlah. Gunakan otakmu!", Shi Hoo mendorong kepala Ma Ri lembut.
Ma Ri sedikit merengut. Kemudian ia meneruskan langkahnya dan berkata ia akan tetap ke sekolah. Tidak ada gunanya menghindari hal-hal seperti ini.
"Kau penuh dengan rasa percaya diri. Apa ini karena Jung Jae Min?", tanya Shi Hoo yang berjalan di samping Ma Ri. Ma Ri berhenti dan memandang Shi Hoo. "Jangan meningkatkan harapanmu. Jika harapan meningkat, maka kekecewaan akan meningkat juga", ucap Shi Hoo lagi.
Ma Ri berkata ia tidak mengharapkan apa pun. Walaupun Jae Min tidak menganggapnya teman karena ia adalah vampir, bisa berada di sekitar Jae Min dan tidak berada jauh dari Jae Min, sudah cukup baginya. Ia akan berpikir itu sebagai teman. Shi Hoo terdiam mendengar ucapan Ma Ri. Lalu Ma Ri menyuruh Shi Hoo untuk cepat pulang ke rumah, berganti pakaian dan pergi sekolah. "Melakukan hal seperti ini bisa menjadi kebiasaan...", ucap Ma Ri sambil berlalu ke sekolah.
Shi Hoo menyerah dan membiarkan Ma Ri pergi ke sekolah. Ia hanya bisa bergumam, mengomeli Ma Ri yang berlagak sok pintar...
--
Ma Ri masuk ke dalam kereta dan melihat Jae Min duduk di kursi sendirian. Ia tersenyum, menghampiri Jae Min dan duduk di kursi persis di samping Jae Min. Jae Min mengalihkan pandangannya dari bukunya dan menatap Ma Ri. Ma Ri berkata, yang ia lakukan sekarang hanya supaya ingatan Jae Min cepat kembali. Jae Min menatap Ma Ri sejenak lalu menjawab singkat, "Baiklah".
Tiba-tiba Jae Min mendapatkan sekelebat ingatan, Ma Ri pernah mencium, tepatnya menghisap lehernya di dalam kereta. Ia melihat ke arah Ma Ri, bingung sekaligus takut. Ma Ri tidak memperhatikan ekspresi Jae Min karena saat itu ia sedang mengambil buku dari dalam tasnya.
Tidak jauh dari tempat Ma Ri dan Jae Min, duduk tiga orang siswi dari sekolah yang sama. Mereka menggosipkan Ma Ri dan Jae Min. Ma Ri dan Jae Min mendengar semua pembicaraan mereka, apalagi ketika mereka membicarakan tentang donor darah yang akan diadakan hari itu. Mereka merasa tidak nyaman melakukannya karena ada vampir di sekolah mereka.
Ketika kereta akan berhenti, Jae Min memasukkan bukunya ke dalam tas dan mengajak Ma Ri bolos sekolah. Ma Ri tersenyum senang, Ma Ri mengikuti Jae Min keluar dari kereta tanpa protes sedikit pun.
--
Di dalam kelas, wali kelas menanyakan keberadaan Jae Min, Ma Ri, dan juga Shi Hoo. Tidak ada yang menjawab, karena tidak seorang pun yang tahu kemana mereka pergi.
Setelah wali kelas keluar, Ah Ra merasa lesu, tidak bersemangat. Ia membereskan bukunya dan memasukkan ke dalam tas. "Kau akan kemana?", tanya teman yang duduk di depannya.
"O... Aku akan pulang. Aku merasa tidak enak badan juga", jawab Ah Ra.
"Ah Ra, apa kau baik-baik saja?", tanya teman sebangku Ah Ra khawatir. Ah Ra diam saja dan pergi begitu saja.
Ah Ra berjalan di suatu tempat, ia melihat ke sekelilingnya seperti mencari seseorang, atau mungkin berharap bertemu Jae Min. Lalu ia melihat Shi Hoo sedang ngamen di depan sebuah toko. Beberapa orang berdiri di dekat Shi Hoo, mendengarkan permainan gitar Shi Hoo.
Ah Ra berjalan, mendekati Shi Hoo, tapi tidak cukup dekat juga dengan Shi Hoo. Ia melamun sambil mendengarkan suara permainan gitar Shi Hoo yang menurut saya sih sedikit sedih iramanya. Kebetulan Shi Hoo juga melihat Ah Ra yang berdiri tidak jauh darinya.
Ah Ra baru tersadar dari lamunannya setelah orang-orang yang mendengarkan Shi Hoo, bertepuk tangan. Ia berbalik, akan pergi. Namun Shi Hoo memanggilnya, "Jo Ah Ra! Jika kau mendengarkan musikku, kau harus membayarku sebelum kau pergi".
Ah Ra terdiam dan berjalan mendekati Shi Hoo. Tidak diperlihatkan apakah Ah Ra membayar Shi Hoo atau tidak. Tapi kemudian Ah Ra terlihat berdiri di depan Shi Hoo, kali ini Shi Hoo tidak hanya bermain gitar tapi menyanyikan lagu untuk Ah Ra. Ah Ra mendengarkannya sambil melamun.
--
Ma Ri dan Jae Min berjalan di suatu tempat hingga sampai di depan sebuah air mancur. "Apa kau ingin membuat harapan?", tanya Jae Min.
Tiba-tiba Jae Min teringat sesuatu lagi. Di dalam ingatannya Ma Ri mengatakan bahwa harapannya tidak akan pernah menjadi kenyataan.
"Hei, apakah ada situasi yang sama seperti ini sebelumnya?", tanya Jae Min pada Ma Ri.
"Apa?", tanya Ma Ri bingung.
"Apa kita pernah ke tempat ini sebelumnya?", tanya Jae Min lagi. Ma Ri menggelengkan kepalanya dan menjawab tidak. Jae Min menghela nafasnya dan berkata bahwa ia hanya menebak saja. Ma Ri tersenyum. Lalu Jae Min mengambil koin dari sakunya dan melemparkan ke air mancur, koinnya tepat jatuh di mangkuk paling atas. Ma Ri tersenyum senang.
Lalu Jae Min mengambil koin lain dari sakunya dan memberikannya pada Ma Ri. Ma Ri menerima koin itu dan melemparkan ke air mancur. Sayangnya, koin Ma Ri terjatuh ke dalam kolam. Wajah Ma Ri terlihat kecewa.
Jae Min bertanya harapan seperti apa yang diinginkan oleh Ma Ri sehingga membuat lemparan seperti itu. Dengan sedih Ma Ri menjawab vampir tidak tidak tertarik dengan harapan. Jae Min mengerti, tapi ia ingin tahu kenapa Ma Ri terlihat begitu kesal. Ma Ri tersenyum dan menjawab ia tidak kesal. Kemudian Jae Min memberikan tasnya pada Ma Ri dan masuk ke dalam kolam. Ia mengambil koin Ma Ri yang terjatuh di dalam kolam dan memperlihatkannya pada Ma Ri. Kemudian Jae Min berbalik dan melemparkan koinnya tepat ke dalam mangkuk paling atas.
Ma Ri tersenyum. "Kau lihat bukan? Sekarang harapan seorang vampir akan dikabulkan", ucap Jae Min. Ma Ri mengkhawatirkan Jae Min yang sudah basah, terlebih lagi sepatunya yang penuh dengan air. Dengan cueknya Jae Min berkata, "Membuat harapan itu bukan sesuatu yang mudah, bukan?". Sesaat kemudian, tiba-tiba hujan turun. Refleks Jae Min akan menarik tangan Ma Ri, Ma Ri tidak sadar tangan Jae Min hampir saja menyentuh tangannya karena ia sibuk memperhatikan hujan yang turun.
Jae Min tersadar dan menarik kembali tangannya. Ia hanya menepuk pundak Ma Ri dan kemudian berlari, diikuti oleh Ma Ri di belakangnya.
--
Shi Hoo dan Ah Ra pergi ke sebuah toko aksesoris. Ah Ra memilih sebuah jepit rambut. Shi Hoo memuji jepit rambut itu cantik dan akan membelikannya untuk Ah Ra. Ah Ra memandang Shi Hoo, penuh tanya. Shi Hoo berkata ia membelikan jepit rambut itu supaya Ah Ra bersikap baik pada Ma Ri, anak-anak perempuan di kelas mereka hanya mendengar kata-kata Ah Ra saja.
"Apa kau menyukainya juga?", tanya Ah Ra.
"Kenapa juga aku menyukai gadis yang bodoh seperti dia?", tanya Shi Hoo balik.
Ah Ra terdiam sesaat, lalu ia teringat kejadian ketika ada noda jus tomat di baju olahraganya dulu. "Bukan kau yang melakukannya, bukan?"
"Tentu saja bukan. Kau yang melakukannya sendiri. Bukankah kau yang merencanakannya?", tanya Shi Hoo balik.
Ah Ra terdiam, karena ketahuan oleh Shi Hoo. Lalu ia teringat, pada saat itu, Shi Hoo juga memiliki jus tomat yang mirip seperti milik Ma Ri, apakah Shi Hoo juga... seorang vampir.
Shi Hoo meraih tangan Ah Ra. Memperhatikan dan mengelus pembuluh nadi yang ada di tangan Ah Ra. "Jo Ah Ra! Bahkan pembuluh darahmu terlihat cantik". Ah Ra terdiam, menahan nafasnya ketika dengan perlahan Shi Hoo mendekatkan bibirnya ke nadi Ah Ra. "Bernafaslah. Apa kau takut?", tanya Shi Hoo.
"Tidak. Tidak setakut yang aku pikirkan", jawab Ah Ra sok berani. Shi Hoo meminta Ah Ra untuk tidak takut. "Karena... kami tidak makan darah manusia", bisik Shi Hoo. Ah Ra langsung menarik tangannya, Shi Hoo tersenyum, memperhatikan Ah Ra yang menyembunyikan ketakutannya.
--
Hujan sudah berhenti. Jae Min menyuruh Ma Ri cepat mengganti pakaiannya yang basah, kalau tidak nanti Ma Ri akan terkena flu. "Vampir tidak akan terkena flu", beritahu Ma Ri. Jae Min baru tau tentang itu. Ia merasa hal itu sungguh baik. Tiba-tiba malah Jae Min yang batuk. Ma Ri bertanya apa yang harus dilakukan, sekarang malah Jae Min yang terkena flu.
"Kalau kena ya kena saja", jawab Jae Min cuek. Lalu Jae Min bertanya apakah Ma Ri benar-benar tidak menyukai benda itu.
"Maksudmu?"
"O... Kau tau, benda yang selalu kau bawa bersamamu...". Jae Min berkata ia tidak pernah melihat isinya dan ia yakin tidak seorang pun tau apa isi tas itu.
"O... Tas?". Ma Ri berkata tas itu selalu membuatnya bahagia. Tas itu mengingatkannya pada hari yang baik. Benar-benar hari yang sangat baik.
Lalu tiba-tiba Jae Min mendapatkan telpon dari ibunya yang mengingatkannya untuk pergi ke rumah sakit. Jae Min berjanji pada ibunya ia akan segera menuju ke rumah sakit sekarang. Setelah menutup telponnya, Jae Min memberitahukan pada Ma Ri bahwa ia harus segera ke rumah sakit. Ia merasa Ma Ri beruntung, ia bahkan tidak akan terkena flu, oleh sebab itulah Ma Ri tidak perlu ke rumah sakit.
Ma Ri bertanya apakah Jae Min masih merasakan sakit. Jae Min menjawab ia pasti terluka di tempat yang tidak ia ketahui, itulah sebabnya ia meminta SOS dari Ma Ri, siapa tau dengan bantuan Ma Ri ia bisa mendapatkan sedikit petunjuk tentang penyakitnya itu.
--
Shi Hoo dan Ah Ra sudah selesai membeli jepit rambut dan akan keluar dari toko. Tapi pemilik toko menghentikan mereka, ia menawarkan Shi Hoo untuk bekerja part time, karena menurutnya Shi Hoo sesuai dengan image tokonya. Shi Hoo memotong ucapan pemilik toko itu dan berkata bahwa ia perlu izin dari pacarnya dulu. Lalu Shi Hoo mendekati Ah Ra yang sepertinya sedikit terkejut karena Shi Hoo menyebutkan dirinya sebagai pacar Shi Hoo. Dengan berbisik ia menantang Ah Ra untuk memberitahukan pada pemilik toko bahwa ia adalah vampir.
Ah Ra malah balik menantang Shi Hoo. Menyuruhnya untuk bekerja part time saja karena Shi Hoo sudah berjanji membelikan jus tomat untuknya. "Apa kau tidak ingat?". Lalu Ah Ra membuat gerakan seperti menggigit dengan mulutnya.
--
Sementara Jae Min menunggu di luar ruangan, Ibu Jae Min berbicara dengan dokter. Dokter menjelaskan tentang penyakit Jae Min yang menurutnya Jae Min harus mengembalikan ingatannnya secara alami. Ia menyarankan agar Jae Min melakukan aktifitas fisik yang dapat digunakan sebagai behavioral treatment.
Setelah selesai berkonsultasi, Ibu Jae Min keluar dari ruangan dokter dan mengajak Jae Min pulang. Ketika akan pulang Jae Min memperhatikan dokter yang kebetulan dikunjungi oleh istrinya yang membawakan makan siang. Ia tersenyum senang melihat kemesraan dokter dan istrinya itu. Ketika berbalik akan pulang, tiba-tiba ia merasa familiar dengan suara dokter itu. (ternyata dokter itu di masa Joseon dulu adalah Joong Yi, si kakek yang buta).
Jae Min merasa mendengarkan suara Joong Yi kembali yang mengatakan tentang takdir.
'Walaupun waktu berlalu... Bahkan ketika keabadian pergi... Takdir itu... sampai kalian bertemu lagi...'
Tangan Jae Min gemetar. Ia berbalik dan melihat dokter itu sekali lagi. Nafasnya menjadi sedikit terengah-engah.
Bersambung...
[Sinopsis Orange Marmalade Episode 11 Part 2]
Sinopsis Orange Marmalade Episode 11 Part 1
Kdramastory - Mian, telat banget sinopsisnya ya... Liburan ini bener-bener bikin males pergi-pergi... Met lebaran ya buat yang merayakan. Buat yang mudik, hati-hati di jalan...Hehe... Ya udah, ga usah berlama-lama lagi ya. Lanjut!!!
![]() |
Credit : KBS2 |
Ma Ri mengakui pada Shi Hoo, alasannya bergabung di Proyek Koeksistensi adalah Jae Min. Ia tidak ingin membohongi Jae Min lagi karena ia sangat menyukai Jae Min.
Shi Hoo menjadi kesal. Kebetulan ia melihat Jae Min yang muncul di ujung jalan. Shi Hoo menarik dan memeluk Ma Ri, tapi pandangannya tajam memandang Jae Min yang berdiri tidak jauh di depannya, "Aku akan membantumu. Jadi tetaplah seperti ini sebentar saja", ucap Shi Hoo.
Ma Ri mendorong Shi Hoo, melepaskan dirinya dari pelukan Shi Hoo, "Apa yang kau lakukan?".
Shi Hoo melirik ke belakang Ma Ri. Ma Ri berbalik dan melihat Jae Min di sana. Jae Min menundukkan kepalanya, menggenggam erat ponselnya, dan berbalik pergi, tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Ma Ri memandang Shi Hoo, lalu ia mengambil kembali tas yang tadi dibuang oleh Shi Hoo ke jalan dan pergi. Tapi Shi Hoo menahannya, "Bukankah kau seharusnya mengucapkan terima kasih padaku?". Ma Ri diam saja. "Aku membantumu tadi", ucap Shi Hoo lagi.
Ma Ri sudah tiba di rumahnya dan masuk ke kamarnya. Ia teringat ucapan Shi Hoo tadi.
===Flashback===
Shi Hoo mengatakan bahwa ia ingin memberikan Jae Min sedikit obatnya sendiri. Apakah ia merasa terpukul ataukah merasa terluka, atau malah bersikap seolah-olah tidak terjadi sesuatu apa pun yang spesial, ia hanya ingin membuat Jae Min merasakannya sekali saja. Shi Hoo bertanya apa Ma Ri melihat ekspresi Jae Min tadi?.
===Flashback end===
--
Jae Min menemui teman sebangkunya yang sedang belajar di perpustakaan. "Kau... Kenapa kau tidak memberitahuku tentang ini?", tanya Jae Min sambil memperlihatkan video penampilan Orange Marmalade Band yang ada di ponselnya pada temannya itu. Temannya itu kaget. Ia tidak bisa memberikan penjelasan. Ia hanya berkata guru yang meminta mereka untuk tidak memberitahukan apa pun pada Jae Min sampai liburan nanti, karena selama Jae Min sakit, kondisi Jae Min benar-benar tidak baik. Mereka ingin Jae Min mengingat secara pelan-pelan dan alami. "Kau tau 'kan, kadang-kadang kita melupakan banyak hal dalam liburan...", sambungnya lagi.
Jae Min menghela nafasnya, bertanya apakah dia begitu dekat dengan Baek Ma Ri sampai-sampai membentuk band bersama-sama.
"Itu... aku juga tidak tau", jawab temannya itu. Jae Min tidak pernah mengatakan apa pun padanya tentang itu dulu, dan bahkan kalaupun ia bertanya, Jae Min hanya pergi begitu saja dengan tersenyum. Ia juga penasaran tentang alasan Jae Min membuat band bersama Ma Ri.
"Ya sudahlah... Tidak perlu katakan apa pun lagi. Aku akan menemukan dan mengingatnya sendiri", potong Jae Min. Jae Min meminta maaf karena sudah mengganggu temannya itu belajar. Ia meminta untuk tidak membicarakan tentang ini lagi lain waktu. "Masuklah", ucap Jae Min sambil menepuk bahu temannya itu dan pergi. Temannya itu hanya bisa menghela nafasnya saja. (Mian... belum tau juga namanya... Apa ada disebutin di episode-episode sebelumnya ya?)
--
Jae Min menunggu Ma Ri di sebuah taman. Begitu Ma Ri datang, ia mengatakan alasan ia menemui Ma Ri adalah untuk meminta SOS dari Ma Ri (maksudnya bantuan darurat dari Ma Ri). Kemudian Jae Min menceritakan tentang halusinasinya pada Ma Ri. Awalnya ia berpikir itu hanyalah mimpi di siang hari, tapi setelah melihat lebih jauh, ia merasa setiap kali tubuhnya semakin melemah, ia terus melihat hal-hal semacam itu.
"Apa kau mengingat sesuatu?", tanya Ma Ri.
"Bukan. Bukan seperti itu". Jae Min berkata ia tidak bisa menceritakan secara detail pada Ma Ri karena Ma Ri mungkin tidak mempercayainya. Tapi sekarang ia mengetahui sesuatu, mengetahui alasan kenapa Ma Ri ada dalam halusinasinya itu. Ia hanya ingin memastikannya saja. Oleh sebab itulah ia memerlukan Ma Ri. "Jika kau mau menerima SOSku, aku akan membantumu dalam Proyek Koeksistensi. Maksudku jika tujuanmu adalah untuk tetap bisa bersekolah, aku akan membantumu", ucap Jae Min.
Ma Ri menganggukkan kepalanya, setuju dengan tawaran Jae Min.
"Sampai aku dinyatakan normal, bekerja samalah denganku", ucap Jae Min. Ma Ri bertanya apa yang harus ia lakukan. "Untuk pertama-tama, ayo kita bersama-sama terus", ucap Jae Min.
--
Sementara itu, Shi Hoo sedang merenung di rumahnya sambil mengelus liontin yang ada di tangannya -Shi Hoo tidak tinggal lagi di rumah Ma Ri. Ia teringat ketika masih menjalani hukumannya, orang-orang dari VCS menawarkan bergabung dengan Proyek Koeksistensi padanya.
===Flashback===
Orang VCS mengatakan bahwa mereka melihat interview Shi Hoo di televisi. Pada saat itu Shi Hoo mempertanyakan apa yang dilakukan oleh manusia terkait dengan koeksistensi. Mereka menjelaskan tahapan kesepakatan yang sudah dan akan dilakukan. Kesepakatan pertama adalah tentang aman atau tidaknya vampir hidup bersama manusia. Dan untuk kesepakatan yang kedua, mereka akan menjalankan Proyek Koeksistensi secara serius dalam rentang waktu tertentu. Mereka bertanya apakah Shi Hoo sudah memikirkan tawaran mereka. Karena jika Proyek Koeksistensi ini berhasil, maka akan ada persidangan ulang dan amnesti (pengampunan) untuk semua vampir yang sedang menjalani hukuman berat.
"Dan satu lagi, aku mendengar kedua orang tuamu sedang menjadi tawanan saat ini". Shi Hoo yang tadinya hanya diam mematung, bereaksi. Ia meminta orang VCS itu untuk menjelaskan Proyek Koeksitensi itu sekali lagi padanya.
===Flashback End===
"Benar. Aku akan baik-baik saja hanya dengan itu", gumam Shi Hoo sedikit sedih. Ia memandang foto kedua orang tuanya yang ada di dalam liontin itu. (Maksudnya Shi Hoo baik-baik saja, walaupun akhir dari proyek itu ia hanya mendapatkan orang tuanya, bukan Ma Ri). :-((
--
Keesokan harinya, salah satu geng Ah Ra masuk ke dalam kelas. Dengan gembira, ia memberitahukan semua temannya bahwa saat ini ibu dari siswa kelas dua sedang bertemu dengan kepala sekolah. "Kenapa?", tanya Ah Ra. "Apa lagi...", temannya Ah Ra itu melirik ke arah Ma Ri yang sedang duduk di mejanya di depan kelas. Salah satu siswi yang lain juga berkomentar, ia juga memberitahukan ibunya tentang sekolah yang menerima vampir, saat ini seluruh sekolah pasti gempar.
Soo Ri memandang prihatin pada Ma Ri yang terlihat sedikit cemas, sementara Shi Hoo hanya diam saja. Jae Min memutuskan untuk keluar dari kelas.
--
Di ruang rapat, beberapa ibu dari siswa kelas dua bertemu dengan kepala sekolah. Salah seorang ibu berkata mereka melakukan ini bukan karena mereka tidak tahu karena sekolah tidak memberitahukan mereka, mereka manusia juga. Hanya saja yang mereka pertanyakan kenapa harus disekolah anak-anak mereka. Saat ini anak-anak mereka merasa cemas dengan satu vampir ditambah lagi sebentar lagi akan ujian. "Anda tau 'kan betapa pentingnya tahun kedua smu mereka? Hal semacam ini tidak bisa terjadi di sekolah..." protes ibu-ibu itu.
Kepala sekolah akan menjelaskan, namun tiba-tiba seorang guru mengetuk pintu dan masuk. Kepala sekolah memperkenalkannya sebagai wali kelasnya Ma Ri. Jae Min juga masuk bersama wali kelasnya itu, ia memperkenalkan dirinya sebagai ketua kelas. Wali kelas memberitahukan pada orang tua siswa bahwa ada sesuatu yang ingin disampaikan Jae Min sebagai ketua kelas.
Jae Min berkata vampir itu ada di kelasnya. Seperti yang diperkirakan, mereka memang menolak dan membenci vampir. Tapi setelah ia berpikir ulang tentang itu, itu hanya karena vampir yang belum mengungkapkan identitas mereka saja. Sebuah kenyataan bahwa mereka memang sudah hidup di tengah-tengah manusia. "Jika mereka benar-benar berbahaya, mereka pasti tidak akan bisa hidup bersama-sama dengan kita. Dan sebuah kenyataan juga bahwa Baek Ma Ri sudah pernah bersekolah di sekolah ini sebelumnya tanpa menimbulkan masalah apa pun. Tapi jika anda terus mengkhawatirkan tentang situasi 'Bagaimana kalau', lalu apa jadinya jika dari awal kita sudah berpikir seperti itu?", tanya Jae Min.
Jae Min sudah kembali ke kelasnya. Jae Min memindahkan meja Ma Ri ke sampingnya, sedangkan teman yang biasa duduk di sampingnya itu terpaksa pindah ke belakang, duduk di samping Soo Ri. Jae Min memberitahukan pada semua teman sekelasnya, mulai saat ini ia yang akan menjadi teman sebangku Ma Ri dan bertanggungjawab pada Ma Ri. Ia meminta semua teman-temannya untuk masuk ke kelas dengan nyaman dan fokus belajar saja karena ujian tidak akan lama lagi dilaksanakan. Ia juga meminta teman-temannya berhenti mempedulikan masalah vampir.
Ah Ra memandang Jae Min kesal sedangkan Soo Ri tersenyum tipis. Ma Ri juga senyam senyum sendiri, senang karena bisa duduk di samping Jae Min. Sementara Shi Hoo, ia memandang Ma Ri tajam dan bergumam sedih, "Dia tidak membutuhkan ksatria hitam lagi sekarang...".
Waktu istirahat sekolah sudah tiba. Salah satu geng Ah Ra berkata sambil memandang sinis pada Ma Ri, "Melihatnya minum darah kemarin, selera makanku langsung hilang...".
"Sudah... Jangan bicara apa pun lagi", ucap temannya yang lain sambil mendorongnya pergi.
--
Kembali ke Jae Min dan Ma Ri yang masih duduk di kursi mereka. Jae Min bertanya dimana Ma Ri akan 'makan siang'. Shi Hoo yang tadinya ada di dalam kelas, sekarang pergi keluar kelas. Ma Ri tidak menjawab pertanyaan Jae Min.
Ma Ri minum 'makan siang'nya di taman/amphiteater, tempat ia makan siang yang sama dengan kemarin, tapi kali ini Jae Min menemaninya sambil membaca buku. Beberapa siswa memperhatikan Ma Ri dari jendela gedung yang mengelilingi amphiteater. Teman sekelas Jae Min membicarakankan Jae Min yang memutuskan untuk berteman dengan vampir. Ia rasa berita itu memang benar. Teman sebangku Jae Min menimpali ucapan teman sekelasnya itu, ia berkata begitulah Jae Min, ia melakukan itu karena tanggung jawabnya sebagai ketua kelas. Menurutnya Jae Min itu benar-benar dewasa. Ibu Jae Min bahkan tidak mengkhawatirkan Jae Min ketika ia pergi, ia hanya minta agar Jae Min menjaga diri.
Ma Ri menoleh pada Jae Min yang duduk di sebelahnya, ia tersenyum senang, dan kemudian melanjutkan kembali 'makan siang'nya.
--
Kedua orang tua Ma Ri berdiri di depan sebuah kafe. Ibu Ma Ri khawatir, takut pemilik kafe menolak mereka karena mereka adalah vampir. Tapi ayah menenangkan ibu. Mereka saling bercanda untuk menghilangkan rasa khawatir. Lalu sesaat kemudian, mereka memantapkan tekad mereka dan masuk ke dalam kafe. Di dalam kafe, pemilik kafe yang mereka temui ternyata ibu Jae Min.
Mereka bertanya pada ibu Jae Min (mereka belum kenal dengan ibu Jae Min, bahkan dengan Jae Min sendiri pun belum kenal ataupun bertemu), yang mereka panggil 'bos', "Apakah anda tidak apa-apa dengan kami. Kami vampir".
Ibu Jae Min tersenyum dan berkata tidak semua manusia membenci vampir. Manusia sendiri berbeda-beda, tidak ada yang sama. Ada juga manusia yang tidak membenci vampir. Ia memuji kedua orang tua Ma Ri yang memiliki keberanian untuk mengungkapkan identitas mereka. Dan ibu Jae Min menambahkan, jika ia boleh mengatakan sesuatu, orang yang memperkenalkan orang tua Ma Ri padanya adalah guru Han Yoon Jae, dan ia adalah suaminya. Kedua orang tua Ma Ri sangat terkejut, tidak menyangka suami bos mereka vampir juga.
--
Kelas sudah berakhir, sebelum pulang, wali kelas memberitahukan bahwa besok akan diadakan acara donor darah. Bus donor darah akan datang ke sekolah mereka. Kelas menjadi sedikit gaduh, mereka melihat ke arah Ma Ri. Wali kelas menenangkan kelasnya dan melanjutkan pemberitahuan, bagi siswa yang ingin mendonohkan darah tapi belum menyerahkan kertas permohonan izin, ia minta untuk membawakannya besok hari bersama dengan ID mereka. Setelah kelas selesai, Jae Min memimpin teman-temannya memberi hormat pada guru mereka. Setelah kelas selesai, Shi Hoo memandang Ma Ri dan menghela nafasnya. Shi Hoo mengkhawatirkan Ma Ri.
Malam harinya, Ma Ri sedang menuliskan lagu di kamarnya. Ia teringat kejadian di kereta tadi siang.
===Flashback===
Ma Ri bertanya apakah hari ini Jae Min mengingat sesuatu. Tanpa mengalihkan pandangannya dari bukunya, Jae Min menjawab tidak. "Tapi paling tidak jika kita terus bersama, tidakkah kau berpikir aku akan mengingat sesuatu?", tanya Jae Min balik.
===Flashback End===
Ma Ri tersenyum senang, ia berharap halusinasi Jae Min itu bisa berhenti selamanya, karena itu akan baik untuk Jae Min.
--
Keesokan paginya, Shi Hoo menunggu Ma Ri. Ia tidak memakai seragam sekolah dan membawa tas gitar di bahunya. Ma Ri terkejut melihat Shi Hoo yang menunggunya. Shi Hoo mengajak Ma Ri bolos sekolah hari ini. "Kenapa?", tanya Ma Ri. Shi Hoo beralasan cuaca sangat bagus hari ini, ia merasa sudah berusaha terlalu keras di sekolah, oleh sebab itulah ia mengajak Ma Ri membolos.
Ma Ri tidak mau. Sekolah tinggal beberapa hari lagi jadi ia tidak mau membolos. Ia juga mengajak Shi Hoo pergi ke sekolah saja. "Hei, dump-pire!", panggil Shi Hoo pada Ma Ri yang sudah mendahuluinya. Ma Ri berhenti dan menghadap Shi Hoo. "Kenapa kau tidak sadar sedikitpun? Bukankah kau sudah mendengar hari ini akan ada donor darah?", tanya Shi Hoo.
Ma Ri terdiam sesaat, kemudian bertanya, "Lalu kenapa?".
"Apanya yang kenapa? Donor darah. Mereka mengambil darah. Anak-anak akan mencurigaimu sepanjang hari. Jika kau mengetahui sesuatu, maka menghindarlah. Gunakan otakmu!", Shi Hoo mendorong kepala Ma Ri lembut.
Ma Ri sedikit merengut. Kemudian ia meneruskan langkahnya dan berkata ia akan tetap ke sekolah. Tidak ada gunanya menghindari hal-hal seperti ini.
"Kau penuh dengan rasa percaya diri. Apa ini karena Jung Jae Min?", tanya Shi Hoo yang berjalan di samping Ma Ri. Ma Ri berhenti dan memandang Shi Hoo. "Jangan meningkatkan harapanmu. Jika harapan meningkat, maka kekecewaan akan meningkat juga", ucap Shi Hoo lagi.
Ma Ri berkata ia tidak mengharapkan apa pun. Walaupun Jae Min tidak menganggapnya teman karena ia adalah vampir, bisa berada di sekitar Jae Min dan tidak berada jauh dari Jae Min, sudah cukup baginya. Ia akan berpikir itu sebagai teman. Shi Hoo terdiam mendengar ucapan Ma Ri. Lalu Ma Ri menyuruh Shi Hoo untuk cepat pulang ke rumah, berganti pakaian dan pergi sekolah. "Melakukan hal seperti ini bisa menjadi kebiasaan...", ucap Ma Ri sambil berlalu ke sekolah.
Shi Hoo menyerah dan membiarkan Ma Ri pergi ke sekolah. Ia hanya bisa bergumam, mengomeli Ma Ri yang berlagak sok pintar...
--
Ma Ri masuk ke dalam kereta dan melihat Jae Min duduk di kursi sendirian. Ia tersenyum, menghampiri Jae Min dan duduk di kursi persis di samping Jae Min. Jae Min mengalihkan pandangannya dari bukunya dan menatap Ma Ri. Ma Ri berkata, yang ia lakukan sekarang hanya supaya ingatan Jae Min cepat kembali. Jae Min menatap Ma Ri sejenak lalu menjawab singkat, "Baiklah".
Tiba-tiba Jae Min mendapatkan sekelebat ingatan, Ma Ri pernah mencium, tepatnya menghisap lehernya di dalam kereta. Ia melihat ke arah Ma Ri, bingung sekaligus takut. Ma Ri tidak memperhatikan ekspresi Jae Min karena saat itu ia sedang mengambil buku dari dalam tasnya.
Tidak jauh dari tempat Ma Ri dan Jae Min, duduk tiga orang siswi dari sekolah yang sama. Mereka menggosipkan Ma Ri dan Jae Min. Ma Ri dan Jae Min mendengar semua pembicaraan mereka, apalagi ketika mereka membicarakan tentang donor darah yang akan diadakan hari itu. Mereka merasa tidak nyaman melakukannya karena ada vampir di sekolah mereka.
Ketika kereta akan berhenti, Jae Min memasukkan bukunya ke dalam tas dan mengajak Ma Ri bolos sekolah. Ma Ri tersenyum senang, Ma Ri mengikuti Jae Min keluar dari kereta tanpa protes sedikit pun.
--
Di dalam kelas, wali kelas menanyakan keberadaan Jae Min, Ma Ri, dan juga Shi Hoo. Tidak ada yang menjawab, karena tidak seorang pun yang tahu kemana mereka pergi.
Setelah wali kelas keluar, Ah Ra merasa lesu, tidak bersemangat. Ia membereskan bukunya dan memasukkan ke dalam tas. "Kau akan kemana?", tanya teman yang duduk di depannya.
"O... Aku akan pulang. Aku merasa tidak enak badan juga", jawab Ah Ra.
"Ah Ra, apa kau baik-baik saja?", tanya teman sebangku Ah Ra khawatir. Ah Ra diam saja dan pergi begitu saja.
Ah Ra berjalan di suatu tempat, ia melihat ke sekelilingnya seperti mencari seseorang, atau mungkin berharap bertemu Jae Min. Lalu ia melihat Shi Hoo sedang ngamen di depan sebuah toko. Beberapa orang berdiri di dekat Shi Hoo, mendengarkan permainan gitar Shi Hoo.
Ah Ra berjalan, mendekati Shi Hoo, tapi tidak cukup dekat juga dengan Shi Hoo. Ia melamun sambil mendengarkan suara permainan gitar Shi Hoo yang menurut saya sih sedikit sedih iramanya. Kebetulan Shi Hoo juga melihat Ah Ra yang berdiri tidak jauh darinya.
Ah Ra baru tersadar dari lamunannya setelah orang-orang yang mendengarkan Shi Hoo, bertepuk tangan. Ia berbalik, akan pergi. Namun Shi Hoo memanggilnya, "Jo Ah Ra! Jika kau mendengarkan musikku, kau harus membayarku sebelum kau pergi".
Ah Ra terdiam dan berjalan mendekati Shi Hoo. Tidak diperlihatkan apakah Ah Ra membayar Shi Hoo atau tidak. Tapi kemudian Ah Ra terlihat berdiri di depan Shi Hoo, kali ini Shi Hoo tidak hanya bermain gitar tapi menyanyikan lagu untuk Ah Ra. Ah Ra mendengarkannya sambil melamun.
--
Ma Ri dan Jae Min berjalan di suatu tempat hingga sampai di depan sebuah air mancur. "Apa kau ingin membuat harapan?", tanya Jae Min.
Tiba-tiba Jae Min teringat sesuatu lagi. Di dalam ingatannya Ma Ri mengatakan bahwa harapannya tidak akan pernah menjadi kenyataan.
"Hei, apakah ada situasi yang sama seperti ini sebelumnya?", tanya Jae Min pada Ma Ri.
"Apa?", tanya Ma Ri bingung.
"Apa kita pernah ke tempat ini sebelumnya?", tanya Jae Min lagi. Ma Ri menggelengkan kepalanya dan menjawab tidak. Jae Min menghela nafasnya dan berkata bahwa ia hanya menebak saja. Ma Ri tersenyum. Lalu Jae Min mengambil koin dari sakunya dan melemparkan ke air mancur, koinnya tepat jatuh di mangkuk paling atas. Ma Ri tersenyum senang.
Lalu Jae Min mengambil koin lain dari sakunya dan memberikannya pada Ma Ri. Ma Ri menerima koin itu dan melemparkan ke air mancur. Sayangnya, koin Ma Ri terjatuh ke dalam kolam. Wajah Ma Ri terlihat kecewa.
Jae Min bertanya harapan seperti apa yang diinginkan oleh Ma Ri sehingga membuat lemparan seperti itu. Dengan sedih Ma Ri menjawab vampir tidak tidak tertarik dengan harapan. Jae Min mengerti, tapi ia ingin tahu kenapa Ma Ri terlihat begitu kesal. Ma Ri tersenyum dan menjawab ia tidak kesal. Kemudian Jae Min memberikan tasnya pada Ma Ri dan masuk ke dalam kolam. Ia mengambil koin Ma Ri yang terjatuh di dalam kolam dan memperlihatkannya pada Ma Ri. Kemudian Jae Min berbalik dan melemparkan koinnya tepat ke dalam mangkuk paling atas.
Ma Ri tersenyum. "Kau lihat bukan? Sekarang harapan seorang vampir akan dikabulkan", ucap Jae Min. Ma Ri mengkhawatirkan Jae Min yang sudah basah, terlebih lagi sepatunya yang penuh dengan air. Dengan cueknya Jae Min berkata, "Membuat harapan itu bukan sesuatu yang mudah, bukan?". Sesaat kemudian, tiba-tiba hujan turun. Refleks Jae Min akan menarik tangan Ma Ri, Ma Ri tidak sadar tangan Jae Min hampir saja menyentuh tangannya karena ia sibuk memperhatikan hujan yang turun.
Jae Min tersadar dan menarik kembali tangannya. Ia hanya menepuk pundak Ma Ri dan kemudian berlari, diikuti oleh Ma Ri di belakangnya.
--
Shi Hoo dan Ah Ra pergi ke sebuah toko aksesoris. Ah Ra memilih sebuah jepit rambut. Shi Hoo memuji jepit rambut itu cantik dan akan membelikannya untuk Ah Ra. Ah Ra memandang Shi Hoo, penuh tanya. Shi Hoo berkata ia membelikan jepit rambut itu supaya Ah Ra bersikap baik pada Ma Ri, anak-anak perempuan di kelas mereka hanya mendengar kata-kata Ah Ra saja.
"Apa kau menyukainya juga?", tanya Ah Ra.
"Kenapa juga aku menyukai gadis yang bodoh seperti dia?", tanya Shi Hoo balik.
Ah Ra terdiam sesaat, lalu ia teringat kejadian ketika ada noda jus tomat di baju olahraganya dulu. "Bukan kau yang melakukannya, bukan?"
"Tentu saja bukan. Kau yang melakukannya sendiri. Bukankah kau yang merencanakannya?", tanya Shi Hoo balik.
Ah Ra terdiam, karena ketahuan oleh Shi Hoo. Lalu ia teringat, pada saat itu, Shi Hoo juga memiliki jus tomat yang mirip seperti milik Ma Ri, apakah Shi Hoo juga... seorang vampir.
Shi Hoo meraih tangan Ah Ra. Memperhatikan dan mengelus pembuluh nadi yang ada di tangan Ah Ra. "Jo Ah Ra! Bahkan pembuluh darahmu terlihat cantik". Ah Ra terdiam, menahan nafasnya ketika dengan perlahan Shi Hoo mendekatkan bibirnya ke nadi Ah Ra. "Bernafaslah. Apa kau takut?", tanya Shi Hoo.
"Tidak. Tidak setakut yang aku pikirkan", jawab Ah Ra sok berani. Shi Hoo meminta Ah Ra untuk tidak takut. "Karena... kami tidak makan darah manusia", bisik Shi Hoo. Ah Ra langsung menarik tangannya, Shi Hoo tersenyum, memperhatikan Ah Ra yang menyembunyikan ketakutannya.
--
Hujan sudah berhenti. Jae Min menyuruh Ma Ri cepat mengganti pakaiannya yang basah, kalau tidak nanti Ma Ri akan terkena flu. "Vampir tidak akan terkena flu", beritahu Ma Ri. Jae Min baru tau tentang itu. Ia merasa hal itu sungguh baik. Tiba-tiba malah Jae Min yang batuk. Ma Ri bertanya apa yang harus dilakukan, sekarang malah Jae Min yang terkena flu.
"Kalau kena ya kena saja", jawab Jae Min cuek. Lalu Jae Min bertanya apakah Ma Ri benar-benar tidak menyukai benda itu.
"Maksudmu?"
"O... Kau tau, benda yang selalu kau bawa bersamamu...". Jae Min berkata ia tidak pernah melihat isinya dan ia yakin tidak seorang pun tau apa isi tas itu.
"O... Tas?". Ma Ri berkata tas itu selalu membuatnya bahagia. Tas itu mengingatkannya pada hari yang baik. Benar-benar hari yang sangat baik.
Lalu tiba-tiba Jae Min mendapatkan telpon dari ibunya yang mengingatkannya untuk pergi ke rumah sakit. Jae Min berjanji pada ibunya ia akan segera menuju ke rumah sakit sekarang. Setelah menutup telponnya, Jae Min memberitahukan pada Ma Ri bahwa ia harus segera ke rumah sakit. Ia merasa Ma Ri beruntung, ia bahkan tidak akan terkena flu, oleh sebab itulah Ma Ri tidak perlu ke rumah sakit.
Ma Ri bertanya apakah Jae Min masih merasakan sakit. Jae Min menjawab ia pasti terluka di tempat yang tidak ia ketahui, itulah sebabnya ia meminta SOS dari Ma Ri, siapa tau dengan bantuan Ma Ri ia bisa mendapatkan sedikit petunjuk tentang penyakitnya itu.
--
Shi Hoo dan Ah Ra sudah selesai membeli jepit rambut dan akan keluar dari toko. Tapi pemilik toko menghentikan mereka, ia menawarkan Shi Hoo untuk bekerja part time, karena menurutnya Shi Hoo sesuai dengan image tokonya. Shi Hoo memotong ucapan pemilik toko itu dan berkata bahwa ia perlu izin dari pacarnya dulu. Lalu Shi Hoo mendekati Ah Ra yang sepertinya sedikit terkejut karena Shi Hoo menyebutkan dirinya sebagai pacar Shi Hoo. Dengan berbisik ia menantang Ah Ra untuk memberitahukan pada pemilik toko bahwa ia adalah vampir.
Ah Ra malah balik menantang Shi Hoo. Menyuruhnya untuk bekerja part time saja karena Shi Hoo sudah berjanji membelikan jus tomat untuknya. "Apa kau tidak ingat?". Lalu Ah Ra membuat gerakan seperti menggigit dengan mulutnya.
--
Sementara Jae Min menunggu di luar ruangan, Ibu Jae Min berbicara dengan dokter. Dokter menjelaskan tentang penyakit Jae Min yang menurutnya Jae Min harus mengembalikan ingatannnya secara alami. Ia menyarankan agar Jae Min melakukan aktifitas fisik yang dapat digunakan sebagai behavioral treatment.
Setelah selesai berkonsultasi, Ibu Jae Min keluar dari ruangan dokter dan mengajak Jae Min pulang. Ketika akan pulang Jae Min memperhatikan dokter yang kebetulan dikunjungi oleh istrinya yang membawakan makan siang. Ia tersenyum senang melihat kemesraan dokter dan istrinya itu. Ketika berbalik akan pulang, tiba-tiba ia merasa familiar dengan suara dokter itu. (ternyata dokter itu di masa Joseon dulu adalah Joong Yi, si kakek yang buta).
Jae Min merasa mendengarkan suara Joong Yi kembali yang mengatakan tentang takdir.
'Walaupun waktu berlalu... Bahkan ketika keabadian pergi... Takdir itu... sampai kalian bertemu lagi...'
Tangan Jae Min gemetar. Ia berbalik dan melihat dokter itu sekali lagi. Nafasnya menjadi sedikit terengah-engah.
Bersambung...
[Sinopsis Orange Marmalade Episode 11 Part 2]
Post a Comment